Situraja, Sumedang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k bot Menambah: jv:Situraja, Sumedang |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 12:
'''Situraja''' adalah sebuah [[kecamatan]] di [[Kabupaten Sumedang]], [[Provinsi]] [[Jawa Barat]], [[Indonesia]].
== Desa ==
=== Ambit ===
=== Bangbayang ===
=== Cijati ===
Cijati adalah nama sebuah [[kampung]] sekaligus nama [[desa]]. Desa Cijati meliputi kampung Cijati Girang, Cigangsa, Bunut, Cilengkong dan Warung Limus.
Kampung Cijati berbatasan dengan kampung Cigangsa di sebelah selatan, Cikopo dan Cijambe disebelah barat. Sebelah utara dan timur dibatasi pesawahan. Ya kampung Cijati dikelilingi pesawahan yang dapat ditanami padi dan palawija.
Sebagian besar penduduk kampung Cijati adalah bercocok tanam atau petani. Beberapa diantaranya menjadi pegawai negeri dan juga pengrajin.
Pengrajin di kampung Cijati banyak menggeluti pembuatan sapu ijuk yakni sapu yang berbahan baku [http://arengabroom.blogspot.com/2009/08/serat-ijuk-merupakan-serat-alam-terbaik.html ijuk], sejenis bahan yang didapat dari pohon [[enau]]. Dengan gagang yang terbuat dari [[bambu]] atau [[rotan]] dan ijuknya dijahit memakai "benang" yang juga dipintal dari ijuk maka sapu made in Cijati ini sangat kuat dan awet. Dibanding dengan sapu buatan pabrik yang kerap kali copot gagangnya, sapu ijuk buatan kampung Cijati bisa diandalkan.
Karena terkenal, pemasarannya bisa sampai ke [[kota Bandung]] dan [[Jakarta]]
Bila anda ingin mengunjungi kampug Cijati, maka dari [[Sumedang]] umpamanya, anda bisa memakai angkutan umum dari eks terminal Tegal Kalong. Umumnya angkutan umum itu jurusan Corenda, Darmaraja atau Wado. Anda bisa turun di Warung Ketan atau Situ Asem untuk kemudian naik [[Ojek]] yang banyak tersedia di sana. Anda tinggal menyebutkan Cijati atau nama orang yang akan dituju, maka pengendara Ojek akan mengantar anda ke pemilik rumah yang anda sebutkan.
Di antara Cigangsa dan Bunut terdapat dusun Warung Limus, dusun ini terbilang kecil dan hanya terdiri dari beberapa kepala keluarga saja. Letak dusun ini persis di sepanjang jalan raya Situraja. Di Warung Limus terdapat sebuah [[masjid]] yang bernama masjid Al-Ikhlas.
=== Cijeler ===
Cijeler berasal dari kata "cai" yang artinya air dan "jeler" artinya ikan mujair. Asal usul terbentuknya desa cijeler yaitu:
Pada suatu hari ada sebuah desa yang belum memiliki nama. Kemudian para warga itu memikirkan apa yang pantas untuk nama desa itu. Karena di desa itu banyak sekali ikan mujair maka warga menamakannya "Ci"=air dan "jeler"=mujair.
=== Cikadu ===
=== Jatimekar ===
=== Kaduwulung ===
=== Karangheuleut ===
=== Malaka ===
=== Mekarmulya ===
Tadinya adalah pemekaran dari Desa Cikadu, terdiri dari kampung Cigodeg, Tarikolot, Cilimus, Cimuruy. Penduduk disini sebagian besar adalah petani.
=== Situraja Utara ===
=== Situraja ===
Secara geografis berbatasaan dengan desa '''Situraja''' disebelah selatan, desa Malaka disebelah utara, desa sukatali disebelah Barat. Mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah sebagai petani dan wiraswasta.
=== Sukatali ===
Desa ini berada di perbatasan Kecamatan Ganeas dan Situraja yaitu jalan antara Sumedang – Wado. Kepala desanya saat ini adalah Ade Ratna Wulan.
Sukatali terkenal sebagai daerah penghasil buah sawo unggul, karena selain rasanya yang manis, ukurannya juga cukup besar. Namun pembeli sering terkecoh mengira buah sawo yang dijual masih mentah, karena daging buah yang matang memang mengkal. Bibit sawo Sukatali berupa cangkokan banyak diminati, sehingga telah dikirim ke berbagai daerah.
'''Sawo Sukatali'''
Sawo sukatali jenis apel kapas merupakan primadona dari sekian jenis sawo yang rasa manisnya khas. Buah ini terakhir kali diubah namanya menjadi sawo sukatali ST1 oleh Dinas Petanian Sumedang setelah penyerahan sertifikat oleh Menteri Pertanian era Bungaran Saragih pada tahun 2002. Sawo sukatali ST1 berhasil mengharumkan nama Desa Sukatali di berbagai daerah serta mengangkat nama daerah tersebut menjadi tak asing lagi di Sumedang.
Konon menurut salah satu sesepuh Sukatali, pertama kali pohon sawo ditanam di wilayah Sukatali oleh orang yang bernama Satir, warga Sukatali yang menjadi abdi dalem pada waktu zaman Pangeran Mekkah atau Pangeran Suriatmadja. Satir, seperti yang dituturkan oleh Kepala Desa Sukatali Ny. Ade Ratna Wulan adalah warga Sukatali yang disuruh oleh Pangeran Mekah untuk menanam sawo di depan halaman rumahnya.
“Eta sawo saurna sawo ti Belanda, tah ku Kanjeng Dalem (Pangeran Mekah) dipasihkeun ka Satir kanggo dipelak di payuneun bumina. Malah Kanjeng dalem teh nyarios yen engke mun eta sawo tos dipelak, Sukatali bisa terkenal,”tutur Ny. Ade Ratna Wulan mengutip cerita sepuh Sukatali terdahulu.
Terlepas dari adanya kepercayaan terhadap “saciduh metu saucap nyata”-nya Kanjeng Dalem, pada dasarnya, kata Ade, menurut penelitian memang tanah di Sukatali sangatlah subur, sehingga apapun pohon yang ditanam di wilayahnya akan tumbuh dengan baik.
“Banyak yang melakukan kajian baik itu dari instansi sampai mahasiswa yang meneliti sawo di wilayah kami. Mereka umumnya mengatakan tanah di Sukatali sangat subur,”ujarnya.
Namun begitu, kata Ade, khusus untuk sawo memang benar-benar tumbuh dengan baik dan sampai sekarang warganya sebagian besar mempunyai pohon sawo, baik itu di kebun maupun di halaman rumah.
“Ini sudah semacam sugesti warga, bahwa pohon sawo tak bisa dilepaskan dari kami dan sawolah yang sampai saat ini menjadi sarana meningkatkan ekonomi,”ungkap Ade.
Ade percaya terkenalnya sawo sukatali karena sejumlah keistimewaannya yang tidak bisa didapat dari sawo yang tumbuh di daerah lain.
“Banyak sawo dari daerah lain, tapi bisa dibedakan dengan sawo Sukatali yang mempunyai kelebihan dari rasa dan dagingnya. Hal itu menandakan sawo kami tak akan ada yang menyaingi dan tidak akan ada yang sama,”tegasnya.
Ke depan, Ade dan warga Sukatali berharap dibuatkannya sentral sawo berupa “outlet” atau sejenisnya untuk tempat promosi sekaligus menampung warganya yang berdagang di kios-kios pinggir jalan. Hal itu untuk mengundang pembeli yang lewat melintasi Jalan Raya Sumedang [[Wado]] yang juga akses alternatif tengah jalan provinsi.
“Ya, harapan itu harus ada, termasuk bagaimana kami mengemas cara penyajian dan memberlakukan sawo sebagai aset yang harus dibanggakan dan menjadi buah yang enak dikonsumsi pembeli,”ujar seorang warga Sukatali.
Para pedagang di jalur Wado mengaku sampai saat ini merasa tertolong dengan adanya buah sawo yang menjadi komoditas dagangannya. Sudah seharusnya semua elemen untuk menjaga keaslian dan kualitas sawo sukatali agar komoditas unggulan Sumedang tersebut abadi terlebih buah ini sudah mendapat sertifikasi dari pemerintah.
'''Mengenal Sukatali'''
Mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani dan berkebun sawo. Ada banyak kios-kios penjual sawo di sepanjang jalan desa ini. Toko-toko semakin banyak bermunculan, mulai dari toko sparepart motor, alat pertanian, bahan bangunan, furnitur, handphone, sembako, air minum isi ulang, gas LPG, tempat pembayaran listrik, telepon dan PAM, toko serba ada, sanggar seni anak-anak, dan lain-lain. Desa ini berkembang sangat pesat, bahkan kabel optik pun telah ditanam. Prasarana sekolah telah lengkap dibangun, mulai dari Playgroup, TK, SD, SMP, hingga SMK dan pesantren. Sukatali pernah mendapat predikat desa terbaik sekecamatan versi [[PNPM]] (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat).
Di desa ini juga telah dibentuk radio komunitas yang diberi nama e-channel, dengan motto "Sinergi anak bangsa, berkarya tanpa narkoba". Beberapa penyiarnya adalah Teh Riri, Bunda Zalfa, Mas Arjuno, Cute Boy, Ayah Boboko, Kang Doyok, Kang Deden, Haji Dahlia, Kang Arai, Melon, dll.
Desa Sukatali juga dikenal sebagai tempat garasi angkot (angkutan kota) jurusan Sumedang-Cileunyi yaitu garasi Dahlia, serta angkot jurusan Sumedang-Situraja, yaitu garasi Mawar dan garasi Mawar Putra.
=== Wanakerta ===
{{Kabupaten Sumedang}}
|