Abah Anom: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{rapikan|date=2012}}'''KH. A Shohibulwafa Tajul Arifin''' yang dikenal dengan nama '''Abah Anom'''.
{{rapikan|date=2012}}'''KH. A Shohibulwafa Tajul Arifin''' yang dikenal dengan nama '''Abah Anom''', dilahirkan di Suryalaya tanggal 1 Januari 1915. Beliau adalah putra kelima Syaikh Abdullah Mubarok ([[Abah Sepuh]]) bin Nur Muhammad, pendiri [[Pondok Pesantren Suryalaya]], dari ibu yang bernama [[Hj Juhriyah]]. Pada usia delapan tahun '''Abah Anom''' masuk Sekolah Dasar (Verfolg School) di [[Ciamis]] antara tahun 1923-1928. Kemudian ia masuk Sekolah Menengah semacam Tsanawiyah di Ciawi [[Tasikmalaya]]. Pada tahun 1930 '''Abah Anom''' memulai perjalanan menuntut ilmu agama Islam secara lebih khusus. Beliau belajar ilmu fiqih dari seorang Kyai terkenal di Pesantren Cicariang Cianjur, kemudian belajar ilmu [[fiqih]], [[nahwu]], [[sorof]] dan [[balaghah]] kepada Kyai terkenal di [[Pesantren Jambudipa]] [[Cianjur]]. Setelah kurang lebih dua tahun di [[Pesantren Jambudipa]], beliau melanjutkan ke [[Pesantren Gentur]], [[Cianjur]] yang saat itu diasuh oleh [[Ajengan Syatibi]].
== Kelahiran ==
{{rapikan|date=2012}}'''KH. A Shohibulwafa Tajul Arifin''' yang dikenal dengan nama '''Abah Anom''', dilahirkan di Suryalaya tanggal 1 Januari 1915. Beliau adalah putra kelima Syaikh Abdullah Mubarok ([[Abah Sepuh]]) bin Nur Muhammad, pendiri [[Pondok Pesantren Suryalaya]], dari ibu yang bernama [[Hj Juhriyah]]. Pada usia delapan tahun '''Abah Anom''' masuk Sekolah Dasar (Verfolg School) di [[Ciamis]] antara tahun 1923-1928. Kemudian ia masuk Sekolah Menengah semacam Tsanawiyah di Ciawi [[Tasikmalaya]]. Pada tahun 1930 '''Abah Anom''' memulai perjalanan menuntut ilmu agama Islam secara lebih khusus. Beliau belajar ilmu fiqih dari seorang Kyai terkenal di Pesantren Cicariang Cianjur, kemudian belajar ilmu [[fiqih]], [[nahwu]], [[sorof]] dan [[balaghah]] kepada Kyai terkenal di [[Pesantren Jambudipa]] [[Cianjur]]. Setelah kurang lebih dua tahun di [[Pesantren Jambudipa]], beliau melanjutkan ke [[Pesantren Gentur]], [[Cianjur]] yang saat itu diasuh oleh [[Ajengan Syatibi]].
== Pendidikan ==
Dua tahun kemudian (1935-1937) Abah Anom melanjutkan belajar di [[Pesantren Cireungas]], Cimelati Sukabumi. Pesantren ini terkenal sekali terutama pada masa kepemimpinan [[Ajengan Aceng Mumu]] yang ahli hikmah dan silat. Dari Pesatren inilah Abah Anom banyak memperoleh pengalaman dalam banyak hal, termasuk bagaimana mengelola dan memimpin sebuah pesantren. Beliau telah meguasai ilmu-ilmu agama [[Islam]]. Oleh karena itu, pantas jika beliau telah dicoba dalam usia muda untuk menjadi Wakil Talqin Abah Sepuh. Percobaan ini nampaknya juga menjadi ancang-ancang bagi persiapan memperoleh pengetahuan dan pengalaman keagaman di masa mendatang. Kegemarannya bermain silat dan kedalaman rasa keagamaannya diperdalam lagi di [[Pesantren Citengah]], [[Panjalu]], yang dipimpin oleh [[H. Junaedi]] yang terkenal sebagai ahli alat, jago silat, dan ahli hikmah.
 
Baris 8 ⟶ 10:
 
Di samping melestarikan dan menyebarkan ajaran agama Islam melalui metode [[Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]]. Abah Anom juga sangat konsisten terhadap perkembangan dan kebutuhan masyarakat. Maka sejak tahun 1961 didirikan [[Yayasan Serba Bakti]] dengan berbagai lembaga di dalamnya termasuk pendidikan formal mulai [[TK]], [[SMP Islam]], [[SMU]], [[SMK]], [[Madrasah Tsanawiyah]], [[Madrasah Aliyah]], [[Madrasah Aliyah keagamaan]], [[Perguruan Tinggi]] (IAILM) dan [[Sekolah Tinggi Ekonomi Latifah Mubarokiyah]] serta Pondok Remaja Inabah. Didirikannya Pondok Remaja Inabah sebagai wujud perhatian Abah Anom terhadap kebutuhan umat yang sedang tertimpa musibah. Berdirinya Pondok Remaja Inabah membawa hikmah, di antaranya menjadi jembatan emas untuk menarik masyarakat luas, para pakar ilmu [[kesehatan]], [[pendidikan]], [[sosiologi]], dan [[psikologi]], bahkan pakar ilmu agama mulai yakin bahwa agama [[Islam]] dengan berbagai disiplin Ilmunya termasuk [[tasawuf]] dan [[tarekat]] mampu merehabilitasi kerusakan [[mental]] dan membentuk daya tangkal yang kuat melalui pemantapan keimanan dan ketakwaan dengan pengamalan [[Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]]. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, Abah Anom menunjuk tiga orang pengelola, yaitu [[KH. Noor Anom Mubarok BA]], [[KH. Zaenal Abidin Anwar]], dan [[H. Dudun Nursaiduddin]].
 
== Referensi ==
http://www.suryalaya.org/ver2/riwayat2.html
{{base-stub}}
 
{{Indonesia-bio-stub}}