Marga: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Etimo~idwiki (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Etimo~idwiki (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 10:
 
== Etimologi Marga ==
Secara [[etimologi]], kata marga ini diyakini berasal dari cakap([[bahasa]]) [[Karo]], yang dimana awalnya berbunyi [[merga]] dari akar kata [[meherga]] dan [[mehaga]](r setara dengan h/ r=h) yang berarti berharga dan mulia dalam arti berkuasa. Berharga, karena mereka dipandang sebagai turunan dari individu ataupun kelompon yang terpandang dan berkuasa, sehingga dinamai [[Si Merga]] ataupun Si Meherga ataupun [[Si Mehaga]].
 
Me = sangat, lebih, atau bisa disetarakan dengan ber dalam bahasa Indonesia.
Baris 28:
mbaca = menjadi baca
 
Dalam turi-turin(tradisi) Karo dikatakan, Karo adalah suku asli yang mendiami wilayah yang meliputi seluruh bekas daerah Kresidenan [[Sumatera Timur]], [[dataran Tinggi Karo]], sebagian wilayah [[Dairi]], serta beberapa wilayah di [[Aceh Tenggara]] yang diyakini ber-nenek moyangkan [[Aroe]](Karo). Keturunan dari nenek moyang Karo ini-lahinilah yang kemudian menjadi [[Sibayak]](raja, penguasa, si kaya, bangsawan, gelar bangsawan Karo) di wilayah-wilayah Karo yang disebut [[Taneh Karo Simalem]], yang didalam kebiasaan masyarakat Karo dipanggil dengan sebutan Si Meherga ataupun, Si Mehaga (sama halnya dalam penuturan bahasa Indonesia untuk menunjuk penguasa, yakni [[Yang Mulia]]), yang kemudian menjadi Si Merga dari asal kata “me[-h-]erga” ataupun “mehaga” yang berarti berharga, mulia, agung, berkuasa, dan lain-lain. Selanjutnya masih dalam tradisi yang sama, Si Merga ini kemudian memiliki lima orang anak, yanki [[Karo-karo]], [[Ginting]], [[Tarigan]], [[Sembiring]], dan [[Peranginangin]]. Kemudian kelima anak Si Merga ini dipanggil dengan sebutan [[Merga Silima]](kelima merga/marga). Dan, itulah diyakini awal terbentuknya kekerabatan pada masyarakat Karo dan diyakini embrio dari seluruh marga.
 
Namun, muncul pertanyaan. Mengapa etimologi “marga” diambil dari cakapCakap Karo (merga) dan “merga” berubah menjadi marga? Asumsi: kata merga yang awalnya berasal dari kata meherga(h-nya hilang), ataupun mehaga(bunyi r dan h hampir sama: Prof. H. G. T), sehingga menjadi merga juga, seiring waktu dan dialek-dialek diberbagai wilayah diyakini turut dalam merubah dan membentuk kata merga/mehaga ini menjadi marga.
 
Mengenai cakap Karo, bahasa ini belum banyak mengalami perubahan, sehingga masih belum terasing dari bahasa Indonesia(Melayu) asli ([[R. Brandstetter, Ph. D]] : “[[Root and Word]]”). Perhatikan berikut ini!
 
Bunyi [[e]] asli Indonesia/Melayu dan masih ditemukan di Karo, tetapi menjadi [[o]] dan tak jarang menjadi [[a]] juga di Toba.
 
Contoh:
[[beru]] di [[Karo]] = menjadi [[boru]] di Toba(BAtak)
[[reh]] di Karo = menjadi [[roh]] di Toba
[[teba]] di Karo = menjadi [[toba]] di Toba
 
demikian jugalah diyakini kata merga di Karo = menjadi marga di Toba(Batak) dan [[morga]] di [[Simalungun]], dan dalam penuturan lainnya.
 
Bunyi [[k]] asli dan masih ada di Karo, tetapi berubah menjadi [[h]] di Toba.
Contoh:
[[karo]] di Karo = menjadi [[haro[-h] ]] di [[Toba]]
[[bukit]] di Karo = menjadi [[buhit]] di Toba
[[kesah]] di Karo = menjadi hosa di Toba
 
Bunyi [[h]] asli dan masih ditemukan di Karo, akan tetapi hilang di Toba.
Contoh:
Contoh: [[kesah]] di Karo = berubah dan menghilang bunyi h-nya di Toba menjadi [[hosa]].
[[karo]] di Karo = berubah dan menghilang h-nya di Toba menjadi [[haro]]
 
Mungkin akibat dari ini, kata meherga di Karo yang berarti berkuasa(keturunan) menjadi marga di Toba, dimana bunyi [[e]] di Indo/Karo berubah menjadi [[a]] atau terkadang [[o]] di Toba, serta bunyi [[h]] yang asli di Indo/Melayu masih ada di Karo, tetapi hilang di Toba.
 
Dan, mengapa kajian ini diperbandingkan antara bahasa Karo dan Toba? Ya, mengingat dikedua kelompok(Karo dan Toba) ini-lahinilah paling kuat tradisi akan asal-usul dari merga/marga yang dalam pergaulan sehari-hari dipandang sebagai klan-klan hubungan darah dalam konteks satuan etnis.