Marhaenisme: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k merapikan,+ref |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
'''Marhaenisme''' adalah [[ideologi]] yang menentang penindasan manusia atas manusia dan [[bangsa]] atas bangsa. Untuk masa sekarang, [[ideologi]] ini telah berkembang dan dikenal dengan nama [[Marhaenisme Kekinian]]. [[Ideologi]] ini dikembangkan dari pemikiran presiden pertama [[Indonesia]], [[Soekarno]]. Ajaran ini
Marhaenisme diambil dari
Marhaenisme pada esensinya adalah sebuah ideologi perjuangan yang terbentuk dari Sosio-Nasionalisme, Sosio-Demokrasi dan Ketuhanan Yang Maha Esa versi [[Bung Karno]].
Menurut [[marhaenisme]], agar mandiri secara ekonomi dan terbebas dari eksploitasi pihak lain, tiap orang atau rumahtangga memerlukan faktor produksi atau modal. Wujudnya dapat berupa tanah atau mesin/alat. Dalam konteks modern, alat transpor, perangkat teknologi informasi dan barang elektronik bisa saja diberdayakan dengan tepat guna sebagai modal atau faktor produksi. Kepemilikan modal sendiri ini perlu untuk menjamin kemandirian orang atau rumahtangga itu dalam perekonomian.
Berbeda dengan [[kapitalisme]], modal dalam [[marhaenisme]] bukanlah untuk ditimbun atau dilipatgandakan, melainkan diolah untuk mencukupi kebutuhan hidup dan menghasilkan surplus. Petani menanam untuk mencukupi makan keluarganya sendiri, barulah menjual surplus atau kelebihannya ke pasar. Penjahit, pengrajin atau [[buruh]] memproduksi barang yang kelak sebagian akan dipakainya sendiri, walau selebihnya tentu dijual. Idealnya, syarat kecukupan-sendiri ini harus dipenuhi lebih dulu sebelum melayani pasar. Ini artinya ketika [[buruh]], pengrajin atau petani memproduksi barang yang tak akan dikonsumsinya sendiri, ia cuma bertindak sebagai faktor produksi bagi pihak lain, yang menjadikannya rawan untuk didikte oleh pasar atau dieksploitasi. Secara agregat (keseluruhan) dalam sistem ekonomi [[marhaenisme]], barang yang tidak/belum diperlukan tidak akan diproduksi, sebab setiap orang/rumahtangga tentu memastikan dulu profil dan taraf kebutuhannya sendiri sebelum membuat apapun. [[Inovasi]] kelahiran produk baru akan terjadi manakala kebutuhannya sudah kongkret betul.
Cara ini mendorong tercapainya efisiensi, sekaligus mencegah pemborosan sumberdaya serta sikap konsumtif. Dan karena hanya difungsikan sekadar menghasilkan surplus, modal yang tersedia juga mustahil ditimbun atau diselewengkan untuk menindas tumbuh-kembangnya perekonomian pihak lain.
==Referensi==
|