Pada 1 Juli Yayasan SMA B didirikan oleh beberapa tokoh, terutama mereka yang berada di DPRD Salatiga dan beberapa ilmuwan seperti Mr Djoko Soetontro. Pembentukan yayasan ini dimaksudkan untuk membantu warga di Salatiga memiliki pendidikan lebih lanjut mereka dan mendapatkan ujian nasional mereka di Salatiga karena mereka digunakan untuk mendaftar dan memiliki ujian nasional mereka di Semarang. Setelah mendapatkan surat ijin dari Jakarta, SMA B didirikan sebagai sekolah tinggi swasta senior yang pada tanggal 1 Agustus 1954 di Jalan Diponegoro 39.
Dua tahun kemudian pada 1 Agustus 1956 SMA B secara resmi diumumkan sebagai SMA Negeri 1 Salatiga (satu-satunya negara sekolah tingkat lanjut). Karena daerah sangat terbatas, hanya membuka kelas Ilmu Pengetahuan Alam saja. Setelah sekolah itu sudah stabil, memiliki sumber daya manusia yang memadai, dan didukung oleh administrasi yang lebih baik, dibuka SMA A (untuk kelas aliran bahasa) dan SMA C (untuk kelas ilmu sosial) di 1958/1959.
Karena daerah yang sempit, SMAN1 Salatiga meminjam SGTK pada Jalan Kartini, kemudian di 1063/1964 harus digunakan SMP2 dan pada tahun berikutnya juga digunakan oleh SMP1 di mana pelajaran yang diadakan di sore hari. Pada 27 Mei 1966 SMAN 1 Salatiga diijinkan oleh PEPEKUPER Salatiga untuk menempati bangunan CHKI di Jalan Kesatrian (sekarang Jalan A.Yani) di samping bangunan di Jalan Diponegoro 39, dan bangunan lainnya dikembalikan kembali.▼
Pada tahun 1967 beberapa kelas SMAN 1 menduduki daerah pada Jalan Kemiri 1, di mana M. Soedijono, Walikota serta Pemimpin yayasan SMAN1, berhasil membuat lahan milik SMAN 1 Salatiga. Kemudian, kelas di Jalan Kesatrian dan Jalan Diponegoro, secara bertahap pindah ke Jalan Kemiri 1.▼
▲Karena daerah yang sempit, SMAN1 Salatiga meminjam SGTK pada Jalan Kartini, kemudian di 1063/1964 harus digunakan SMP2 dan pada tahun berikutnya juga digunakan oleh SMP1 di mana pelajaran yang diadakan di sore hari. Pada 27 Mei 1966 SMAN 1 Salatiga diijinkan oleh PEPEKUPER Salatiga untuk menempati bangunan CHKI di Jalan Kesatrian (sekarang Jalan A.Yani) di samping bangunan di Jalan Diponegoro 39, dan bangunan lainnya dikembalikan kembali.
Terlepas dari kenyataan bahwa sebagian tanah belum dapat ditempati (sekitar 7.749 meter persegi tanah masih diperdebatkan), semua kelas dapat diselenggarakan di daerah itu sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.▼
▲Pada tahun 1967 beberapa kelas SMAN 1 menduduki daerah pada Jalan Kemiri 1, di mana M. Soedijono, Walikota serta Pemimpin yayasan SMAN1, berhasil membuat lahan milik SMAN 1 Salatiga. Kemudian, kelas di Jalan Kesatrian dan Jalan Diponegoro, secara bertahap pindah ke Jalan Kemiri 1.
▲Terlepas dari kenyataan bahwa sebagian tanah belum dapat ditempati (sekitar 7.749 meter persegi tanah masih diperdebatkan), semua kelas dapat diselenggarakan di daerah itu sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.