Tarian Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Membatalkan revisi 6420748 oleh 125.167.93.140 (talk) vandalisme |
|||
Baris 35:
Perlindungan kerajaan atas seni dan budaya istana umumnya digalakkan oleh pranata kerajaan sebagai penjaga dan pelindung tradisi mereka. Misalnya para Sultan dan Sunan dari [[Keraton Yogyakarta]] dan [[Keraton Surakarta]] terkenal sebagai pencipta berbagai tarian keraton lengkap dengan komposisi [[gamelan]] pengiring tarian tersebut. Tarian istana juga terdapat dalam tradisi istana Bali dan Melayu, yang bisanya—seperti di Jawa—juga menekankan pada kehalusan, keagungan dan gengsi. Tarian Istana Sumatra seperti bekas [[Kesultanan Aceh]], [[Kesultanan Deli]] di Sumatera Utara, Kesultanan Melayu Riau, dan Kesultanan Palembang di Sumatera Selatan lebih dipengaruhi budaya Islam, sementara Jawa dan Bali lebih kental akan warisan budaya Hindu-Buddhanya.
[[--[[Istimewa:Kontribusi pengguna/114.79.51.248|114.79.51.248]] 18 Februari 2013 07.36 (UTC)Berkas:Tarian|jmpl|sbk''[[Teks miring]]''''''Teks tebal'''--[[Istimewa:Kontribusi pengguna/114.79.51.248|114.79.51.248]] 18 Februari 2013 07.36 (UTC)--[[Istimewa:Kontribusi pengguna/114.79.51.248|114.79.51.248]] 18 Februari 2013 07.36 (UTC)''''']]
=== Tari rakyat ===
Tarian Indonesia menunjukkan kompleksitas sosial dan pelapisan tingkatan sosial dari masyarakatnya, yang juga menunjukkan kelas sosial dan derajat kehalusannya. Berdasarkan pelindung dan pendukungya, tari rakyat adalah tari yang dikembangkan dan didukung oleh rakyat kebanyakan, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Dibandingkan dengan tari istana (keraton) yang dikembangkan dan dilindungi oleh pihak istana, tari rakyat Indonesia lebih dinamis, enerjik, dan relatif lebih bebas dari aturan yang ketat dan disiplin tertentu, meskipun demikian beberapa langgam gerakan atau sikap tubuh yang khas seringkali tetap dipertahankan. Tari rakyat lebih memperhatikan fungsi hiburan dan sosial pergaulannya daripada fungsi ritual.
|