Dursasana: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 71:
== Versi Pewayangan Sunda ==
Dikisahkan setelah menemukan [[Gatotkaca]] yang telah gugur tertusuk tombak kuntawijayadanu, Bhima mengejar pembunuh [[Gatotkaca]] yang tidak lain adalah Adipati [[Karna]]. Dalam suasana malam yang gelap, [[Bhima]] mencari Adipati Karna yang menurutnya harus ia bunuh karena sudah menghilangkan nyawa Gatotkaca. Entah bagaimana, muncullah Dursasana yang menghalangi pencarian Bhima' dalam pertemuan itu [[Dursasana]] menantang berkelahi dengan [[Bhima]]. Tetapi Bhima tidak mau mengabulkan tantangan [[Dursasana]], maka secara paksa Dursasana menyerang Bhima dengan pertarungan di pinggir sungai. Cepot, yang mengetahui tuannya itu sedang bertarung melawan Dursasana' segera melapor kepada Kyai [[Semar]] Badranaya dan Prabu [[Kresna]]. Mendengar laporan [[Cepot]], Kyai [[Semar]] Badranaya dan Prabu [[Kresna]] segera menuju lokasi kejadian.
Pertarungan antara Bhima melawan Dursasana berlangsung sengit, keduanya saling membanting dan saling menjambak rambut' Para Prajurit dari kedua belah pihak yang melihatnya tidak berani mencegahnya dan hanya bisa menyaksikan saja.
Baris 79:
Malah hal itu semakin membakar emosi Dursasana sehingga ia melabrak Bhima dan kembali melanjutkan pertarungan tersebut, sampai pada akhirnya Dursasana kelelahan dan berniat lari dari pertarungan. Tetapi Dursasana berhasil dicegat dan kembali dihabisi oleh Bhima, Setalah Dursasana babak belur dihakimi Bhima' Duryudana dan para Kurawa yang lain datang menemui Bhima.
[[Duryudana]] meminta agar Dursasana jangan disiksa terus-menerus, sambil berjanji jika Dursasana diampuni maka [[Kerajaan Hastina]] dan [[Kerajaan Amarta]] akan diberikan secara sukarela. Lalu setelah mendengar perkataan Duryudana, Bhima pun melepas tangannya yang sedang menjambak rambut Dursasana. Tetapi, Bhima kembali menjambak rambut Dursasana' hal ini dilakukan karena dahulu Dursasana pernah menjambak rambut Dewi [[Drupadi]], kakak iparnya' saat terjadinya permainan judi 12 Tahun yang lalu.
Disaat bersamaan datanglah Prabu Kresna dan Kyai Semar Badranaya, mereka menasehati agar Dursasana jangan diampuni' Semar berkata bahwa Dursasana lebih pantas dihukum atas dosa-dosanya terhadap Dewi [[Drupadi]] yang hingga saat ini tidak mau memakai sanggul karena rambutnya dijambak Dursasana dan diseret sampai tempat perjudian.
Ditambah lagi ungkapan pribadi Prabu Kresna yang mengatakan bahwa Dursasana dahulu pernah bersumpah dihadapannya' kalau kerajaan milik pandawa yang ada di Hastina tidak diserahkan, maka darahku' kata Dursasana, siap menjadi minuman untuk Pandawa sebagai pelepas dahaga atas hukuman pembuangan 12 Tahun.
Sontak mengamuklah Bhima dan lantas rambut Dursasana diseret-seret seperti ketika Dursasana menyeret rambut Dewi Drupadi, Kulitnya dikupas seperti kulit buah mangga, tangan kanan dan kiri dipatahkan seperti kejadian yang dialami [[Kumbakarna]], adik [[Rahwana]]. Kedua matanya dicukil lalu dibuang dan perutnya ditusuki [[Kuku Pancanaka]] sehingga keluar usus dari perutnya disertai darah segar yang mengalir.
Tragisnya, Diminumlah darah Dursasana dan darahnya diperas untuk keramas rambut Dewi Drupadi' sedangkan kulitnya dikelupas untuk dijadikan ikat kepala Begawan Abiyasa. Seketika Dursasana menghembuskan nafas yang terakhirnya dan tubuhnya dikerumuni lalat keesokan harinya.
== Lihat pula ==
|