Ujong Tanoh, Trumon, Aceh Selatan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi '{{gampong |peta = |nama =Ujong Tanoh |provinsi =Aceh |dati2 =Kabupaten |nama dati2 =Aceh Selatan |kecamatan =Trumon |luas =...'
 
Erihermaputra (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 7:
|kecamatan =Trumon
|luas =... km<sup>2</sup>
<gallery>
|penduduk =... jiwa
 
</gallery>
|penduduk =...611 jiwa (Survey BPS 2010)
|kepadatan =... jiwa/km<sup>2</sup>
}}
<big>Desa Ujong Tanoh (Ujung Tanah) Kecamatan Trumon Kabupaten Aceh Selatan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Nama desa tersebut diawali dari ditemukan sebuah gundukan rumah semut yang kerucut keatas yang tingginya kira-kira 1,5 Meter oleh tetua sewaktu pertama kali membuka pemukiman penduduk disana, kemudian dengan serta merta tetua dan orang yang pertama merintis desa tersebut dinamakanlah dengan Ujong Tanoh (Ujung Tanah) yaitu tanah yang mengerucut keatas dan mempunyai ujungnya bak piramida tapi berbentuk bulat yang mengerucut keatas.
'''Ujong Tanoh''' merupakan salah satu [[gampong]] yang ada di kecamatan [[Trumon, Aceh Selatan|Trumon]], Kabupaten [[Kabupaten Aceh Selatan|Aceh Selatan]], provinsi [[Aceh]], [[Indonesia]].
 
Ujong Tanoh mengalami banyak pancaroba dalam mengarungi waktu, dimulai dari sebuah desa kecil yang dipimpin seorang Keuchik yang baik dan berwibawa yaitu Keuchik I, Alm. Teuku Muhammaddin (Keuchik Tuha), kemudian diiringi waktu yang terus berubah banyak investor dari luar negeri menanamkan investasinya dibidang industri pengolahan kayu (Korea, China, dan Pengusaha Lokal). Perusahaan pertama yang cukup besar dulu adalah PT. Riski Ayu, membuka tempat pengolahan kayu dalam skala besar dan didirikanlah kilang-kilang kayu dengan segala perlengkapannya, disanalah dimulai migrasi pekerja-pekerja dari luar Aceh (Kalimantan, NTB, dan Medan) perusahaan-perusahaan tersebut mendatangkan pekerja-pekerja dari luar Aceh untuk menjadi pekerja karena mereka sangat berpengalaman dalam mengolah kayu, keahlian itu yang tidak dimiliki penduduk setempat dikarenakan pendidikan yang minim. Dan banyak juga pekerja-pekerja itu yang menikah dengan perempuan desa disana dan menjadi warga tetap di desa Ujong Tanoh. Waktu terus berubah dan pada masa Kepemimpinan Keuchik Ke II Asnawi, mulailah Ujong Tanoh kedatangan tetangga-tetangga baru dari luar pulau Aceh yaitu para Transmigrasi dari pulau Jawa mereka di Migrasikan oleh Pemerintah untuk mencari masa depan lebih baik di tempat yang baru.
Ujong Tanoh yang dulu adalah desa kecil dengan penduduk jarang, sekarang berubah menjadi sebuah daerah yang cukup padat untuk sebuah desa, dan di huni Multi Etnis, Aceh (Penduduk Lokal), Jawa, Padang dan Batak dll. Ditengah keindahan kebersamaan diantara berbagai suku-suku di Indonesia ini, masyarakat dengan pendapatan diatas rata-rata UMR dan perdagangan dengan desa lain terjalin dengan indahnya, sekolah-sekolah padat dengan murid-murid bila pagi jalan-jalan padat oleh anak-anak sekolah berseragam yang memadati jalan-jalan didesa. Keharmonisan itu berlangsung dengan indahnya, ekonomi berjalan baik dengan Komoditas utama: Kayu, Pertanian, Buah-buahan, dan Perikanan (Ikan Sungai).
 
Pada tahap selanjutnya Ujong Tanoh di pimpin oleh seorang Keuchik Muda Yusri Agus, dibawah kepemimpinan beliau tidak begitu lama lagi keharmonisan terjalin hingga akhirnya pecahlah konflik yang melanda Aceh pada umumnya yang sangat berdampak pada desa Ujong Tanoh, karena Ujong Tanoh dihuni oleh berbagai Suku-suku, itu sangat berpengaruh diakibatkan kekerabatan antar suku belumlah terjalin begitu erat kemudian terjadi perpecahan konflik berlangsung sangat terasa panjang sekali karena masyarakat hidup dalam ketakutan apalagi bila seorang itu berhubungan langsung dengan pemerintahan misalnya Keuchik. Kehancuran desa tersebut dimulai dengan Eksodusnya (Keluar/Pindah) para Transmigrasi yang mendiami desa tersebut, disanalah dimulai berantakan semua apa yang pernah dibangun bersama-sama baik itu kepercayaan maupun persaudaraan antarsuku. Diantara penduduk asli dan pendatang saling mencurigai, seakan terbalik dengan apa yang pernah berlaku sebelumnya mereka saling membuka silahturahmi dan persaudaraan. Puncak konflik disaat semua warga Transmigrasi meninggalkan Ujong Tanoh, kemudian tinggallah masyarakat lokal hidup dalam himpitan dua kelompok yang berperang saling mengklaim bahwa mereka benar. Didalam ketidaktahuan masyarakat yang sedang berlaku, datanglah para TNI dan membawa suasana baru.
 
Tsunami yang melanda Aceh juga berdampak luas pada desa tersebut, disisi lain masyarakat bersedih dengan apa yang berlaku pada saudara di Aceh di sisi lain. Dilain pihak Ujong Tanoh mulai menemukan cahaya baru yaitu kedamaian tanpa konflik yang memakan korban jiwa.(ehp).</big>
 
{{Trumon, Aceh Selatan}}