Marga: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 10:
== Etimologi Marga ==
Secara [[etimologi]], kata marga ini diyakini berasal dari cakap([[bahasa]]) [[Karo]], yang dimana awalnya berbunyi [[merga]] dari akar kata [[meherga]] dan [[mehaga]](r setara dengan h/ r=h) yang berarti berharga dan mulia dalam arti berkuasa. Berharga, karena mereka dipandang sebagai turunan dari individu ataupun kelompon yang terpandang dan berkuasa, sehingga dinamai [[Si Merga]] ataupun Si Meherga ataupun [[Si Mehaga]].▼
▲Secara [[etimologi]], kata [[marga]] ini diyakini berasal dari cakap([[bahasa]]) [[Karo]], yang dimana awalnya berbunyi [[merga]] dari akar kata [[meherga]] dan [[mehaga]](bunyi r setara dengan h
<br/>
Contoh:▼
Me = sangat, lebih, ataupun unggul.<br/>
1. me-haga : sangat agung, sangat berhaga, sangat elegan, terhormat, berkuasa dll▼
▲Contoh:<br/>
▲1. me-haga : sangat agung, sangat berhaga, sangat elegan, terhormat, berkuasa dll <br/>
3. me-jile : sangat cantik.▼
5. ,dll.▼
5. me-karo : sangat kekaro-karoan<br/>
▲5. ,dll.<br/>
[h-]erga = harga, juga sama dengan haga yang berarti sesuatu yang dipandang berharga.▼
<br/>
▲[h-]erga = harga, juga sama dengan [[haga]] yang berarti sesuatu yang dipandang sangat berharga.
Jadi: meherga = merga(“h” tidak dipakai) => sangat berharga▼
<br/>
Sama halnya dengan mbatak yang “m”-nya hilang, sehingga menjadi “batak”.▼
▲Jadi: meherga = merga(“h” tidak dipakai) => sangat berharga<br/>
mbakau = menjadi bakau▼
▲Sama halnya dengan mbatak yang “m”-nya hilang, sehingga menjadi “batak”.<br/>
mbaca = menjadi baca▼
▲mbakau = menjadi bakau<br/>
▲mbaca = menjadi baca<br/>
Dalam turi-turin(tradisi) Karo dikatakan, Karo adalah suku asli yang mendiami wilayah yang meliputi seluruh bekas daerah Kresidenan [[Sumatera Timur]], [[dataran Tinggi Karo]], sebagian wilayah [[Dairi]], serta beberapa wilayah di [[Aceh Tenggara]] yang diyakini ber-nenek moyangkan [[Aroe]](Karo). Keturunan dari nenek moyang Karo inilah yang kemudian menjadi [[Sibayak]](raja, penguasa, si kaya, bangsawan, gelar bangsawan Karo) di wilayah-wilayah Karo yang disebut [[Taneh Karo Simalem]], yang didalam kebiasaan masyarakat Karo dipanggil dengan sebutan Si Meherga ataupun, Si Mehaga (sama halnya dalam penuturan bahasa Indonesia untuk menunjuk penguasa, yakni [[Yang Mulia]]), yang kemudian menjadi Si Merga dari asal kata “me[-h-]erga” ataupun “mehaga” yang berarti berharga, mulia, agung, berkuasa, dan lain-lain. Selanjutnya masih dalam tradisi yang sama, Si Merga ini kemudian memiliki lima orang anak, yanki [[Karo-karo]], [[Ginting]], [[Tarigan]], [[Sembiring]], dan [[Peranginangin]]. Kemudian kelima anak Si Merga ini dipanggil dengan sebutan [[Merga Silima]](kelima merga/marga). Dan, itulah diyakini awal terbentuknya kekerabatan pada masyarakat Karo dan diyakini embrio dari seluruh marga.▼
<br/>
▲Dalam turi-turin([[tradisi]]) Karo dikatakan, [[suku Karo| Karo]] adalah [[suku asli]] yang mendiami wilayah yang meliputi seluruh bekas daerah Kresidenan [[Sumatera Timur]], [[dataran Tinggi Karo]], sebagian wilayah [[Dairi]], serta beberapa wilayah di [[Aceh Tenggara]] yang diyakini ber-nenek moyangkan [[Aroe]](Karo). Keturunan dari nenek moyang Karo inilah yang kemudian menjadi [[Sibayak]](raja, penguasa, si kaya, bangsawan, gelar bangsawan Karo, mungkin sama halnya dengan[[borjuis]] di [[Perancis]]) di wilayah-wilayah Karo yang disebut [[Taneh Karo Simalem]], yang didalam kebiasaan masyarakat Karo dipanggil dengan sebutan Si Meherga ataupun, Si Mehaga (sama halnya dalam penuturan [[bahasa Indonesia]] untuk menunjuk penguasa, yakni [[Yang Mulia]]), yang kemudian menjadi Si Merga dari asal kata “me[-h-]erga” ataupun “mehaga” yang berarti berharga, mulia, agung, berkuasa,
Namun, muncul pertanyaan. Mengapa etimologi “marga” diambil dari Cakap Karo (merga) dan “merga” berubah menjadi marga? Asumsi: kata merga yang awalnya berasal dari kata meherga(h-nya hilang), ataupun mehaga(bunyi r dan h hampir sama: Prof. H. G. T), sehingga menjadi merga juga, seiring waktu dan dialek-dialek diberbagai wilayah diyakini turut dalam merubah dan membentuk kata merga/mehaga ini menjadi marga.
<br/>
Mengenai cakap Karo, bahasa ini belum banyak mengalami perubahan, sehingga masih belum terasing dari bahasa Indonesia([[Melayu]]) asli ([[R. Brandstetter, Ph. D]] : “[[Root and Word]]”). Perhatikan berikut ini!
<br/>
Bunyi [[e]] asli Indonesia/Melayu dan masih ditemukan di Karo, tetapi menjadi [[o]] dan tak jarang menjadi [[a]] juga di Toba([[Batak]]).
<br/>
Contoh: <br/>
[[beru]] di [[Karo]] = menjadi [[boru]] di [[Toba]](
[[reh]] di Karo = menjadi [[roh]] di Toba<br/>
[[teba]] di Karo = menjadi [[toba]] di Toba<br/>
[[bekerah]] di Karo = menjadi Bakara di Toba
<br/>
demikian jugalah diyakini kata merga di Karo = menjadi marga di Toba(Batak) dan [[morga]] di [[Simalungun]], dan dalam penuturan lainnya.
<br/>
Bunyi [[k]] asli dan masih ada di Karo, tetapi berubah menjadi [[h]] di Toba(Batak).<br/>
Contoh:<br/>
[[karo]] di Karo = menjadi [[haro[-h] ]] di [[Toba]]<br/>
[[bukit]] di Karo = menjadi [[buhit]] di Toba<br/>
[[kesah]] di Karo = menjadi hosa di Toba<br/>
<br/>
Bunyi [[h]] asli dan masih ditemukan di Karo, akan tetapi hilang di Toba(Batak).<br/>
Contoh: <br/>
[[kesah]] di Karo = berubah dan menghilang bunyi h-nya di Toba menjadi [[hosa]].<br/>
[[karo]] di Karo = berubah dan menghilang h-nya di Toba menjadi [[haroh]] kemudian [[haro]]<br/>
[[bekerah]] di Karo = berubah dan menghilang bunyi h-nya di Toba menjadi Bakara<br/>
<br/>
Mungkin akibat dari ini, kata meherga di Karo yang berarti berkuasa(keturunan) menjadi marga di Toba
Dan, mengapa kajian ini diperbandingkan antara bahasa Karo dan Toba? Ya, mengingat dikedua kelompok(Karo dan Toba) inilah paling kuat tradisi akan asal-usul dari merga/marga yang dalam pergaulan sehari-hari dipandang sebagai klan-klan hubungan darah dalam konteks satuan etnis.
<br/>
Perbandingkan arti kata marga lainnya dari sumber berikut ini:
http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/
|