Dursasana: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 69:
Setelah Korawa tertumpas habis, Kerajaan Hastina pun jatuh ke tangan para Pandawa. Bima menempati istana Dursasana, yaitu Banjarjunut sebagai tempat tinggalnya.
 
== Versi Pewayangan SundaGagrak Mataraman ==
 
Dikisahkan setelah menemukan [[Gatotkaca]] yang telah gugur tertusuk tombak kuntawijayadanu, Bhima mengejar pembunuh [[Gatotkaca]] yang tidak lain adalah Adipati [[Karna]]. Dalam suasana malam yang gelap, [[Bhima]] mencari Adipati Karna yang menurutnya harus ia bunuh karena sudah menghilangkan nyawa Gatotkaca. Entah bagaimana, muncullah Dursasana yang menghalangi pencarian Bhima' dalam pertemuan itu [[Dursasana]] menantang berkelahi dengan [[Bhima]]. Tetapi Bhima tidak mau mengabulkan tantangan [[Dursasana]], maka secara paksa Dursasana menyerang Bhima dengan pertarungan di pinggir sungai. Cepot, yang mengetahui tuannya itu sedang bertarung melawan Dursasana' segera melapor kepada Kyai [[Semar]] Badranaya dan Prabu [[Kresna]]. Mendengar laporan [[Cepot]], Kyai [[Semar]] Badranaya dan Prabu [[Kresna]] segera menuju lokasi kejadian.
Baris 88:
 
Tragisnya, Diminumlah darah Dursasana dan darahnya diperas untuk keramas rambut Dewi Drupadi' sedangkan kulitnya dikelupas untuk dijadikan ikat kepala Begawan Abiyasa. Seketika Dursasana menghembuskan nafas yang terakhirnya dan tubuhnya dikerumuni lalat keesokan harinya.
 
Cerita penuh pertarungan sengit ini bisa di simak dalam lakon wayang kulit "Gathutkaca Gugur" atau "Dursasana Jambak" atau juga "Karna Tandhing".
 
== Lihat pula ==