Penyebaran suku bangsa Banjar: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib) |
Alamnirvana (bicara | kontrib) |
||
Baris 22:
===Banjar===
Wilayah '''Batang Banyu''' di [[Hulu Sungai]] yaitu daerah tepian [[sungai]] Negara dari [[Kelua, Tabalong|Kelua]] hingga muaranya di sungai Barito terdiri dari kota-kota Kelua, Sungai Banar, Amuntai, Alabio, dan Margasari yang disebut [[Banua Lima]].
Dari wilayah inilah "masyarakat Batangbanyu" dipimpin salah seorang bangsawan pelarian dari Kerajaan Hindu ([[Kerajaan Negara Daha]]) bermigrasi ke [[hilir]] membentuk pusat [[kerajaan]] baru dekat [[muara]] sungai [[Barito]] yaitu di kampung Banjarmasih yang merupakan "enclave" perkampungan masyarakat pendatang terdiri dari orang Melayu dan orang Jawa. Perkampungan ini terletak diantara mayoritas perkampungan orang Barangas (Ngaju), selanjutnya berdatangan imigran pendatang baru secara bergelombang hingga terbentuklah '''[[Kerajaan Banjar|Kesultanan Banjarmasih]]''' yang juga menimbulkan diffusi kebudayaan keraton kepada masyarakat sekitarnya yang kebanyakan terdiri dari orang Barangas yang merupakan keturunan [[suku Dayak Ngaju]]. Dengan berdirinya Kesultanan Banjar maka sesudah tahun 1526 terbentuklah masyarakat yang disebut orang '''Banjar''' (Kuala) yang merupakan [[amalgamasi]] dari unsur-unsur [[Melayu]], [[suku Jawa | Jawa]], [[Suku Dayak Bukit | Bukit]],[[ suku Dayak Maanyan | Maanyan]], [[suku Dayak Ngaju | Ngaju]] dan suku-suku kecil lainnya. Islamisasi ke pedalaman ([[Hulu Sungai]]) begitu intensif sesudah tahun 1526, dan wilayah Kerajaan Negara Daha berhasil ditaklukan sepenuhnya. Sejak tahun 1526 pusat Kerajaan Negara Daha ini dipindahkan oleh Maharaja Tumenggung ke daerah Alai di pedalaman. Berita dari Kesultanan Pasir mengatakan bahwa karena kemelut yang terjadi sekitar tahun 1565, pelarian dari kerajaan Kuripan-Daha ini yaitu Tumenggung Duyung dan Tumenggung Tukiu telah mendirikan kerajaan Sadurangas (Pasir).
Dengan diterimanya agama Islam oleh orang Pahuluan dan orang (Hindu) Batangbanyu sesudah tahun 1526 maka sebutan orang Batangbanyu dapat kita namakan orang Banjar Pahuluan dan orang Banjar Batangbanyu, sedangkan orang Bukit (urang Bukit) yang sebenarnya masih keturunan Melayu (melayu kuno) tetap teguh mempertahankan agama suku dan belum menerima agama Islam, maka mereka dikategorikan sebagai "dayak" dengan sebutan Dayak Bukit. Orang Maanyan yang sejak semula menganut agama Kaharingan memang penduduk asli Borneo (orang Dayak), yaitu keturunan Dayak rumpun Ot Danum.
|