Seni Didong: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Evawestari (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Evawestari (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 98:
Keberadaan teknologi komunikasi seperti televisi, koran dan radio yang belum menyentuh sebagian besar masyarakat, terutama yang berada di pedalaman dan jauh dari Ibu Kota Kecamatan dan Ibu Kota Kabupaten memposisikan Didong melalui syair-syairnya sebagai satu-satunya media yang mampu mengkomunikasikan berbagai hal kepada masyarakat luas. Disaat media komunikasi tersebut belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat, di tengah kenyataan minat baca masyarakat yang sangat rendah, di antara sela itulah Didong tampil mengkomunikasikan dan mewartakan informasi dan kejadian-kejadian aktual dan faktual.
==Manfaat==
Bencana gempa dan gelombang raya Tsunami pada tanggal 24 Desember 2004 yang menerjang Banda Aceh dan sepanjang pesisir Serambi Mekah itu diinformasikan keberbagai pelosok pedalaman dan dataran tinggi Gayo melalui syair-syair Didong. Tema yang menjadi sorotan syair seni Didong yang dikaitkan langsung dengan komunikasi adalah menyangkut bencana alam gempa dan gelombang Tsunami,dan perdamaian di masyarakat.
Baris 121:
Melalui syair-syair yang berisi pesan keislaman tersebut, seni Didong berusaha mengingatkan manusia yang terkena bencana untuk tetap optimis dalam menjalankan kehidupan, jangan berlarut-larut dalam kesedihan serta seruan untuk tetap tabah dan sabar dalam segala hal. Pesan-pesan ini di tampilkan dalam bait-bait syair dengan susunan kata dan gaya bahasa yang menyentuh.
Pemadatan pesan komunikasi dan makna melalui syair pun demikian kentara, sehingga setiap pendengar yang menyimak lantunan syair seni Didong ini didendangkan dengan sendunya, membutuhkan daya apresiasi dan daya tangkap tersendiri dalam menyimak. Tanpa proses tersebut inti komunikasi yang disampaikan oleh para aktor pendendang (Ceh) tidak akan sampai pada hakekat makna syair. Demikianpun jika proses apresiasi serta kemampuan mencerna, menyimak dan berpikir tidak berjalan seiring dengan lantunan syair, maka para penonton hanya akan dapat menangkap muatan pesan tersebut adalah bagian dari sebuah hiburan.
|