Sastra Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 223.255.227.25 (bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh 180.253.217.166
Baris 121:
Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, [[bahasa Jawa]] dan [[bahasa Sunda]]; dan dalam jumlah terbatas dalam [[bahasa Bali]], [[bahasa Batak]], dan [[bahasa Madura]].
 
[[Nur Sutan Iskandar]] dapat disebut sebagai "Raja Angkatan Balai Pustaka" olehkarena sebabada banyak sekali karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran para pengarang, dapatlah dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada angkatan ini adalah "novel Sumatera", dengan [[Minangkabau]] sebagai titik pusatnya.<ref name="Maman_p370">{{cite book | last =Mahayana | first =Maman S, Oyon Sofyan | authorlink = | coauthors = | title =Ringkasan dan Ulasan Novel Indonesia Modern | publisher =Grasindo | date =1991 | location =Jakarta | url = | doi = | isbn = | page =370}}</ref>
 
Pada masa ini, novel ''Siti Nurbaya'' dan ''Salah Asuhan'' menjadi karya yang cukup penting. Keduanya menampilkan kritik tajam terhadap adat-istiadat dan tradisi kolot yang membelenggu. Dalam perkembangannya, tema-teman inilah yang banyak diikuti oleh penulis-penulis lainnya pada masa itu.