Kain Bebali: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 32:
== Kegunaan ==
Sesuai namanya, kain Bebali biasa digunakan dalam bebali atau upacara-upacara keagamaan. Secara umum, terdapat lima macam jenis upacara tradisional dalam masyarakat Bali. Manusia Yadya, meliputi upacara daur ulang hidup dari masa kehamilan sampai masa dewasa. Pitra Yadnya adalah upacara untuk roh leluhur baik berupa kematian maupun penyucian. Dewa Yadnya, merupakan upacara-upacara pada kuil keluarga. Sedangkan Resi Yadnya adalah upacara yang berhubungan dengan pentasbihan pendeta. Terakhir, upacara yang diadakan untuk bhuta dan kala atau roh pengganggu manusia disebut Bhuta Yadnya. Dua contoh upacara yang menggunakan kain Bebali sebagai unsur ritualnya adalah upacara nelu bulanan dan ngaben.
# '''Upacara nelu bulanan ''' Di Selatan dan Tenggara Bali, khususnya ditempat-tempat dimana sihir, ramalan dan hal-hal gaib masih dipercayai, para orangtua dari bayi yang baru saja lahir akan membayar balian taksu untuk membuat kontak dengan nenek moyang dan mencari tahu jiwa siapa yang bereinkarnasi dalam tubuh bayi tersebut. Setelah itu, maka diadakanlah ritual dimana sang bayi harus menggunakan kain bebali dalam acara ritual nelu bulanan atau ritual 210 hari. Tujuan dari ritual ini untuk meningkatkan kebersihan rohaniah si bayi serta menegaskan pemeberian nama yang tetap baginya. Khusus untuk pemberian nama, upacara ini juga ada hubungannya dengan upacara “namadheya” yang dilakukan pada waktu bayi berumur 12 hari. Pemakaian kain bebali pada ritual suci ini, terutama pada saat setelah penyucian dan pengusiran bajang, maka bayi memakai kain kakancan bebali untuk upacara natab dan matirta serta untuk upacara mapetik dan mabakti. Kain bebali yang digunakan oleh pusuh dan baru kemudian dipakai oleh si bayi adalah warna kuning pisang, merah atau biru reddish. Pada saat ritual magogo-gogoan, bayi juga dipakaikan kain bebali. Selain dipakikan kepada si bayi, kain bebali juga digunakan pada tatakan (tatakan wangsul) tempat menaruh rambut bayi yang baru dipotong dan untuk memisahakan antara yang suci dan tidak. Kain yang mungkin digunakan sepanjang ritual berupa kain bergaris yang terdiri dari sembilan warna dari sembilan klasifikasi pembedaan sistem (nawangsa) yang disimbolkan dengan bunga lotus atau padma dan sembilan senjata. Sembilan kain prembon bergaris disebut sebagai prembon nawangsa oleh kaum Brahmana. Dengan keanekaragaman warna, kain tersebut menyimbolkan totalitas dan kesatuan dimana setiap garis pada kein tersbut merepresentasikan keseluruhan kain bebali seperti sekordi, selutut, pageh tutuh atau nagasari. Selain bentuk kain bergaris, dipakai pula kain segiempat atau kakasang yang digunakan di atas rambut.
## '''Upacara Ngaben ''' . Dalam upacara ini, kain bebali digunakan pada bagian atas sebagai penutup mayat. Adapaun hal-hal lain yang diletakkan pada beberapa bagian tubuh mayat yaitu daun ntaran (pada kening), pusuh menuh (pada lubang hidung), cermin (kedua mata), baja (pada gigi), dan pada kemaluan diletakkan dau tuwung atau terung bagi laki-laki serta bagi perempuan diletakkan dau tunjung atau teratai.
▲# '''Upacara Ngaben ''' . Dalam upacara ini, kain bebali digunakan pada bagian atas sebagai penutup mayat. Adapaun hal-hal lain yang diletakkan pada beberapa bagian tubuh mayat yaitu daun ntaran (pada kening), pusuh menuh (pada lubang hidung), cermin (kedua mata), baja (pada gigi), dan pada kemaluan diletakkan dau tuwung atau terung bagi laki-laki serta bagi perempuan diletakkan dau tunjung atau teratai.
== Referensi ==
|