Kain Bebali: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Adi.akbartauhidin (bicara | kontrib)
k Adi.akbartauhidin memindahkan halaman Kain bebali ke Kain Bebali: "Bebali" di sini merupakan nama jenis, harus huruf besar.
Zunny (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{rapikan}}
'''Kain Bebali''' atau yang di [[Bali]] Utara lebih dikenal dengan nama wangsul dan di [[Bali]] Timur dikenal dengan nama gedogan , terdiri dari dua suku kata, yakni kain dan bebali. Kain, merupakan hasil tenunan yang dipergunakan untuk menutupi tubuh. Sedangkan Bebali pengertiannya upacara. Maka, kain Bebali merupakan suatu hasil tenunan yang dipergunakan untuk kepentingan upacara, sehingga kain Bebali mengandung nilai – nilai dalam kehidupan sosio kultur.
Mengutip pendapat I Made Seraya, dinyatakan bahwa kain bebali mempunyai arti penting dalam masyarakat karena mempunyai nilai-nilai tertentu antara lain, nilai guna, nilai artistik termasuk nilai estetika di dalamnya. Lebih jauh lagi, Dr. URS Ramseyer, seorang antrolog budaya dari Swiss dan ketua Yayasan Basel dankt Bali, mengatakan bahwa tenun Bebali adalah sebuah contoh yang baik sekali untuk memperlihatkan bagaimana satuan-satuan budaya material memiliki fungsi sebagai pembawa pesan-pesan bagi komunikasi pengetahuan (kearifan) budaya{{fact}}.
 
== Pembuatan ==
=== Pembuat ===
Secara umum, hanya anggota dalam tiga kasta tertinggi atau triwangsa yang mengetahui dalam proses pembuatan kain suci yang akan digunakan dalam sebuah upacara ritual. Karena, erat hubungannya dengan ritual, tukang banten atau wanita yang mengatur komposisi sebuah sesajen yang nantinya akan digunakan bersamaan dengan kain bebali, berasal dari kasta Brahmana, Ksatria atau Wesia. Selain itu, pola sebuah keberlangsung ritual juga hanya dapat ditentukan oleh orang-orang yang berasal dari kasta tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa hanya mereka yang dapat menentukan dimana dan kapan tepatnya kain bebali digunakan.
Dalam pengerjaannya, kain bebali ditenun oleh tetua perempuan yang sudah tidak lagi menstruasi atau dalam bahasa bali[[Bali]] baki. Hal ini dikarenakan kain yang dihasilkan merupakan kain yang akan dipergunakan berhubungan dengan keagamaan, makapara perempuan di [[Bali]] yang masih menstruasi dilarang membuat kain ini. Inipulalah yang menyebabkan kain Bebali pada saat ini cukup jarang ditemukan.
 
=== Cara membuat ===