Suku Osing: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
{{ethnic group|
|group=Suku
|image=
|poptime=Tidak Diketahui
|popplace=Kabupaten [[Banyuwangi]], [[Jawa Timur]]
|langs=[[bahasa
|rels=Sebagian besar [[Islam]] dan sebuah minoritas beragama [[Hindu]].
|related=[[suku Jawa]], [[suku Tengger]], [[suku Bali]]
}}
'''Suku Osing''' atau biasa diucapkan '''Suku Using''' adalah penduduk asli [[Banyuwangi]] atau juga disebut sebagai "wong Blambangan" dan merupakan penduduk mayoritas di beberapa kecamatan di Kabupaten Banyuwangi.
Suku
== Sejarah dan Cikal bakal wong osing/Blambangan ==
Sejarah Suku
Dalam sejarahnya Kerajaan Mataram Islam tidak pernah menancapkan kekuasaanya atas Kerajaan Blambangan, hal inilah yang menyebabkan kebudayaan masyarakat Using mempunyai perbedaan yang cukup signifikan dibandingkan dengan [[Suku Jawa]]. Suku Using mempunyai kedekatan yang cukup besar dengan masyarakat Bali, hal ini sangat terlihat dari kesenian tradisional [[Gandrung]] yang mempunyai kemiripan ,dan mempunyai sejarah sendiri-sendiri. ▼
Kata "Osing" dalam bahasa Osing sendiri bisa diartikan "tidak", sehingga ada anekdot yang mengkisahkan tentang keberadaan orang Osing itu sendiri, ketika orang asing bertanya kepada orang banyuwangi bahwa kalian orang Bali atau orang Jawa? mereka menjawab dengan kata "Osing" yang artinya tidak keduanya.
Kemiripan lain tercermin dari arsitektur bangunan antar Suku Using dan Suku Bali yang mempunyai banyak persamaan, terutama pada hiasan di bagian atap bangunan.▼
Osing juga merupakan salah satu komunitas etnis yang berada di daerah Banyuwangi dan sekitarnya. Dalam lingkup lebih luas. Dalam peta wilayah kebudayaan Jawa, Osing merupakan bagian wilayah Sabrang Wetan, yang berkembang di daerah ujung timur pulau Jawa. Keberadaan komunitas Osing berkaitan erat dengan sejarah Blambangan (Scholte, 1927). Menurut Leckerkerker (1923:1031), orangorang Osing adalah masyarakat Blambangan yang tersisa. Keturunan kerajaan Hindu Blambangan ini berbeda dari masyarakat lainnya (Jawa, Madura dan Bali), bila dilihat dari adat-istiadat, budaya maupun bahasanya (Stoppelaar, 1927). sebagai kelompok budaya yang keberadaannya tidak ingin dicampuri budaya lain. Penilaian masyarakat luar terhadap orang Osing menunjukkan bahwa orang Osing dengan budayanya belum banyak dikenal dan selalu mengaitkan orang Osing dengan pengetahuan ilmu gaib yang sangat kuat ▼
▲Dalam sejarahnya Kerajaan Mataram Islam tidak pernah menancapkan kekuasaanya atas Kerajaan Blambangan, hal inilah yang menyebabkan kebudayaan masyarakat
▲Kemiripan lain tercermin dari arsitektur bangunan antar Suku
▲Osing juga merupakan salah satu komunitas etnis yang berada di daerah Banyuwangi dan sekitarnya. Dalam lingkup lebih luas. Dalam peta wilayah kebudayaan Jawa, Osing merupakan bagian wilayah Sabrang Wetan, yang berkembang di daerah ujung timur pulau Jawa. Keberadaan komunitas Osing berkaitan erat dengan sejarah Blambangan (Scholte, 1927). Menurut Leckerkerker (1923:1031), orangorang Osing adalah masyarakat Blambangan yang tersisa. Keturunan kerajaan Hindu Blambangan ini berbeda dari masyarakat lainnya (Jawa, Madura dan Bali), bila dilihat dari adat-istiadat, budaya maupun bahasanya (Stoppelaar, 1927). sebagai kelompok budaya yang keberadaannya tidak ingin dicampuri budaya lain. Penilaian masyarakat luar terhadap orang Osing menunjukkan bahwa orang Osing dengan budayanya belum banyak dikenal dan selalu mengaitkan orang Osing dengan pengetahuan ilmu gaib yang sangat kuat
Puputan adalah perang terakhir hingga darah penghabisan sebagai usaha terakhir mempertahankan diri terhadap serangan musuh yang lebih besar dan kuat. Tradisi ini pernah menyulut peperangan besar yang disebut Puputan Bayu pada tahun 1771 M. [http://osingkertarajasa.wordpress.com/2010/06/29/sejarah-perang-bayu/ SEJARAH PERANG BAYU] ini jarang di ekspos oleh media sehingga sejarah ini seperti tenggelam.
Baris 26 ⟶ 30:
“Sejarah Blambangan sangat menyedihkan. Suku bangsa Blambangan terus berkurang karena terbunuh oleh kekuatan-kekuatan yang berturut-turut melanda daerah tersebut, seperti kekuatan Mataram, Bali, Bugis dan Makassar, para perampok Cina, dan akhirnya VOC. Tetapi semangat rakyat Blambangan tidak pernah sama sekali padam, dan keturunannya yang ada sekarang merupakan suku bangsa yang gagah fisiknya dan kepribadian serta berkembang dengan pesat, berpegang teguh pada adat-istiadat, tetapi juga mudah menerima peradaban baru”.
Rakyat Blambangan, seperti yang disebut-sebut dalam berbagai sumber di atas, itulah yang selama ini dinyatakan sebagai cikal-bakal wong
== Bahasa ==
Suku Osing mempunyai [[Bahasa Osing]] yang merupakan turunan langsung dari Bahasa Jawa Kuno seperti halnya [[Bahasa Bali]]. Bahasa Osing berbeda dengan [[Bahasa Jawa]] sehingga bahasa Osing bukan merupakan dialek dari bahasa Jawa seperti anggapan beberapa kalangan{{fact}}.
[http://larosriau.blogspot.com/2010/06/kamus-boso-osing.html kamus boso
== Kepercayaan ==
Pada awal terbentuknya masyarakat
== Demografi ==
Suku
Komunitas
== Profesi ==
Profesi utama Suku
== Stratifikasi Sosial ==
Suku
== Seni ==
Kesenian Suku
== Desa Adat Kemiren ==
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menyadari potensi budaya suku
== Lihat pula ==
Baris 59 ⟶ 63:
{{takakurat}}
'''
Menurut sejarahwan dari Belanda Pegeot (dalam Bukunya Runtuhnya Kerajaan Islam [[Mataram]]), orang [[Blambangan]], cikal bakal [[Banyuwangi]], sangat kuat istrigatsnya kepada wilayah dan pimpinannya. Sehingga, meski Mataram berhasil menguasai Blambangan dan Kerajaan Mengwi mundur, namun tidak serta-merta orang Blambangan ini tunduk terhadap Mataram sebagai penguasa baru di Tlatah Blambangan. Sebaliknya, mereka justru lari atau mengungsi dalam kelompok-kelompok kecil ke daerah pedalaman. Ini terbukti, dialek Bahasa
Sementara ketika Mengwi kembali menguasai Blambangan, maka orang asli Banyuwangi ini lebih condong ke Bali yang mengaku masih satu keturunan. Maka pada kesimpulannya, Pigeud akhirnya mengatakan, "Suatu ketika pengaruh Mataram kuat, baik secara budaya maupun dalam kehidupan sehari. Namun suatu saat juga melemah, ketika Mengwi berhasil menguasai lagi sebagian wilayah Blambangan". Tidak heran, dalam kesenian Banyuwangi banyak percampuran antara Bali dan Jawa.
Konon kesenian "Janger" yang berkembang di Banyuwangi hingga saat ini, itu hasl rekayasa Mataram untuk menarik orang-orang
Namun untuk menarik minat orang
Setelah masa penjajahan Belanda, sikap orang
Namun secara sosiolinguistik, bahasa
==Rujukan==
Baris 78 ⟶ 82:
== Lihat pula ==
* [[Basa
[[de:
[[en:
[[ms:Suku
-->
[[Kategori:Suku bangsa di Indonesia|
[[Kategori:Suku bangsa di Jawa Timur|
[[de:Osing (Ethnie)]]
|