Anak Agung Pandji Tisna: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Stephensuleeman (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Stephensuleeman (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Anak Agung Pandji Tisna''' ([[11 Februari]] [[1908]] – [[2 Juni]] [[1978]]), yang dikenal pula dengan nama '''Anak Agung Nyoman Pandji Tisna''' atau '''I Gusti Nyoman Pandji Tisna''', adalah keturunan ke-11 dari dinasti raja [[Kerajaan Buleleng|Buleleng]], [[Singaraja]],di [[Bali|Bali Utara]], Anglurah Pandji Sakti. Ia mewarisi takhtanya dari ayahnya, [[Anak Agung Putu Djelantik]], pada [[1944]]. Dalam buku karangannya sendiri yang berjudul ''I Made Widiadi'', pada halaman terakhir disebutkan bahwa ia sejak semula tidak mau diangkat raja. Karena tentara pendudukan Jepang memerlukan, maka dengan dipaksa ia diangkat sebaga "syucho".
 
Dalam kedudukannya sebagai raja, pada [[1946]] ia menjadi Ketua Dewan Raja-raja se-Bali (''Paruman Agung'') dan menjadi pemimpin Bali pada saat itu yang setara dengan jabatan gubernur. Anak Agung Pandji Tisna juga unik karena beragama [[Kristen]], di tengah masyarakat Bali yang umumnya beragama [[Hindu]]. MakaKarena itu, ia sendiri menulis bahwa karena ia beragama Kristen dansementara tidakmasyarakatnya mencocokiberagama sebagaiHindu, rajaia Bulelengtidak yangcocok masyarakatnyamenjadi beragamaraja HinduBuleleng.
 
Tahun 1947 ia secara sadar turun dari takhta kerajaan. Kedudukan raja dilanjutkan oleh adiknya Anak Agung Ngurah Ketut Djelantik atau I Gusti Ketut Djelantik yang dikenal dengan nama Meester Djelantik sampai pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada tahun 1949 dan Anak Agung Ketut Djelantik menjadi raja Buleleng terakhir.
Baris 28:
* [[Sukreni Gadis Bali]] (1936) (pertama-tama terbit dalam [[bahasa Bali]], kini sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa lain)
** "Bali Taruniyan Dedenekuge Kathawa", edisi [[bahasa Sinhala]] terj. Dr. P. G. Punchihewa
** "The Rape of Sukreni", edisi [[bahasa Inggris]], terj. [[George Quinn]]
* [[Ni Rawit Ceti Penjual Orang]] (1935)
** "Panglajar djadi tjoelik", (1940) terjemahan [[bahasa Sunda]] oleh Soerjana