Chen De Xiu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Okkisafire (bicara | kontrib)
Okkisafire (bicara | kontrib)
Baris 33:
 
==Tan Tik Siu dan ilmu Kejawen==
Menurut ''Sjoerja Woelan'' yang mengaku sebagai keturunan ''Eyang Boeyoet'', -guru ''ilmu sabda'' juga ''ilmu sangkan paraning dumadi'' yang dimiliki[[kejawen]] Tan Tik Sioe, semasa masih remaja, Tan Tik Siu ditemukan anak-anak sebayanya dalam kondisi telantar di ujung Desa [[Sumberagung, Rejotangan, Tulungagung]], dekat Kecamatan [[Kademangan, Blitar]]. Namun, karena kulitnya yang putih, -berbeda dengan anak-anak desa setempat yang umumnya berwarna coklat,- kendati ia mengenakan pa-kaianpakaian lusuh, dengan cepat beritanya menyebar di seluruh pelosok desa.<ref name="RSP"/>
 
Kisah yang disampaikan ''Sumirin'', juru kunci generasi ketiga (setelah ''Seni'' dan putranya ''Tukirin'') yang menjaga gua Tan Tik Sioe di Sumberagung, Tan Tik Sioe sejak usia anak-anak ditemukan sejumlah anak-anak desa yang sedang menggembalakan kerbau dalam keadaan terlantar di dekat persawahan Desa Sumberagung. Tan Tik Sioe, yang dalam kisah itu diduga menyandang [[autis]], diambil sebagai anak angkat oleh seorang misionaris [[Belanda]] yang dikenal pula sebagai sastrawan. Nama ayah angkatnya disamarkan sebagai Budiman. Selain sebagai misionaris, ia juga pengelola kebun kelapa milik belanda di ''Onderneming Soemberagoeng Afdeeling Toeloengagoeng''. Dari ayah angkat, Tan Tik Sioe menguasai ilmu kesusasteraan yang kemudian dipublikasikan melalui media surat kabar terbitan Surabaya, Semarang, dan Yogyakarta.<ref name="RSP"/>