Suku Kutai: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 13:
== Etimologi ==
Pada awalnya [[Kutai]] bukanlah nama suku, akan tetapi nama tempat/wilayah dan nama Kerajaan tempat ditemukannya prasasti Yupa oleh peneliti Belanda. Seluruh masyarakat asli Kalimantan sendiri sebenarnya adalah Serumpun, Antara Ngaju, Maanyan, Iban, Kenyah, Kayatn, Kutai ( Lawangan - Tonyoi - Benuaq ), Banjar ( Ngaju, Iban , maanyan, dll ), Tidung, Paser, dan lainnya. Hanya saja Permasalahan Politik Penguasa dan Agama menjadi jurang pemisah antara keluarga besar ini. Mereka yang meninggalkan kepercayaan lama akhirnya meninggalkan adatnya karena lebih menerima kepercayaan baru dan berevolusi menjadi Masyarakat Melayu Muda. Khususnya dalam Islam maupun Nasrani, hal - hal adat yang bertolak belakang dengan ajaran akan ditinggalkan. Sedangkan yang tetap teguh dengan kepercayaan lama disebut dengan Dayak.
Pada awalnya [[Kutai]] bukanlah nama suku, akan tetapi nama tempat/wilayah dan nama Kerajaan tempat ditemukannya prasasti Yupa oleh peneliti Belanda. Kemudian lambat laun '[[Kutai]] menjadi nama suku. Sama halnya dengan [[dayak]] yang bukan merupakan nama suku dulunya karena istilah [[dayak]] merupakan nama pemberian peneliti Belanda. Bahkan dalam naskah lama upacara Erau menyebutkan selamat datang kepada Kutai Tunjung, Kutai Benuaq, Kutai Bahau, dll. Namun politik telah mengubah semuanya. Menurut tradisi lisan masyarakat kutai, Nama Kutai berawal dari nama Kerajaan Kutai Martadipura di Muara Kaman, sebenarnya nama kerajaan ini awalnya disebut Queitaire (Kutai) oleh Pendatang dan Pedagang awal abad masehi yang datang dari India selatan yang artinya Belantara dan Ibukota Kerajaannya bernama Maradavure (Martapura) berada di Pulau Naladwipa dan letaknya di tepi Sungai Mahakam di seberang Persimpangan Sungai Kanan Mudik Mahakam yakni Sungai Kedang Rantau asal nama Kota Muara Kaman sekarang. Dalam berita Champa atau Cina disebut Kho-Thay artinya Kota Besar atau Bandar Kerajaan Besar. Ada pendapat lain, dari sudut pandang masyarakat Jawa, bahwa Sumpah Palapa Patih Gajah Mada di Majapahit sempat menyebutkan Tunjung Kuta, ada pula yang mengatakan tulisan yang benar adalah Tunjung Kutai, akan tetapi ini pada masa [[Kerajaan Kutai Kartanegara|Kerajaan Kartanegara]].▼
[[Kutai]] menjadi nama suku akibat dari politik kepentingan penguasa saat itu yang berambisi menyatukan Nusantara yaitu Maharaja Kertanegara penerus Singasari yang berasal dari Jawa. Disaat itu selama kekuasaan Kertanegara sebagian masyarakat asli Borneo yang biasa disebut dengan Masyarakat Dayak akhirnya bertransformasi menjadi Masyarakat Kutai saat berdiam di wilayah Kekuasaan Kerajaan Kertanegara dan diharuskan mematuhi peraturan Penguasa. Yang menolak dan memiliki kesempatan melarikan diri akhirnya masuk ke pedalaman dan tetap menjadi Masyarakat Dayak. Versi lain menyebutkan bahwa istilah [[dayak]] juga bukan merupakan nama suku dulunya karena istilah [[dayak]] merupakan nama pemberian Belanda yang digunakan oleh para kolonial Belanda untuk menghina masyarakat.
▲
Menurut Legenda Kerajaan Sendawar dengan Raja Tulur Aji Jangkat bersama permaisuri Mok Manor Bulatn dan mereka memupnyai 5 orang anak : Sualas Gunaaqn (Menjadi Keturunan Dayak Tunjung), Jelivan Benaaq (Menjadi Keturunan Dayak Bahau), Nara Gunaa (Menjadi Keturunan Dayak Benuaq), Tantan Cunaaq (Menjadi Keturunan Dayak Kenyah) dan Puncan Karnaaq (Menjadi Keturunan Dayak Kutai ).
Adapaun tradisi lisan di tiap keluarga masyarakat kutai yang mengatakan bahwa leluhur mereka berasal dari negeri cina, mirip dengan tradisi lisan masyarakat Dayak Kenyah. Sehingga ada anggapan bahwa Kutai ini adalah persatuan dari banyak subsuku masyarakat Dayak dalam rangka mencari identitas baru.
Dari pemaparan di atas diketahui bahwa [[Kutai]] pada masa itu adalah nama Kerajaan/kota/wilayah tempat penemuan prasasti bukan nama suku (etnis) dan hubungan kekerabatan [[Suku Kutai]] dan [[Suku Dayak]] sangat kuat. Hanya saja pengaruh agama Islam dan akulturasi pendatang yang menyebarkan agama Islam ( Sumatra, Cina, Banjar, Jawa ) serta perang antar kerajaan ( Dinasti Kartanegara dari Majapahit yang memenangkan peperangan melawan kerajaan Kutai Martadipura ) pada saat itu mengakibatkan budaya [[Suku Kutai]] menjadi agak berbeda dengan [[Suku Dayak]] saat ini. Oleh karena itulah [[Suku Kutai]] asli akan menyebut [[Suku Dayak]] dengan istilah ''Densanak Tuha'' yang artinya Saudara Tua karena masih satu leluhur.
== Bahasa ==
|