Daniel Murdiyarso: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jasintacantik (bicara | kontrib)
Jasintacantik (bicara | kontrib)
Baris 22:
Pada 10 Desember 2007 di Balai Kota Oslo, [[Norwegia]] mantan Wakil Presiden [[Amerika Serikat]], Albert Arnold Gore Jr alias [[Al Gore]] dan Ketua Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) atau [[Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim]], [[Rajendra Pachauri]] meraih penghargaan [[Nobel]] Perdamaian.
 
Anugerah prestisius untuk IPCC tidak lepas dari peran seorang [[ilmuwan]] Indonesia, Profesor Daniel Murdiyarso, peneliti senior di Center for International Forestry Research (CIFOR) Bogor. Dia punya peran penting, mereview Assessment Report IV (AR4) 2007 – yang berujung pada Nobel. Seperti dimuat situs CIFOR, Murdiyanto melihat Nobel sebagai momentum membangkitkan kepedulian masyarakat terkait isu pemanasan global. Juga menjadi inspirasi bagi orang untuk tak hanya diam, tapi berbuat sesuatu. Pemanasan global memang terjadi sejak zaman purba, secara gradual. Bumi membutuhkan suhu lebih panas agar bisa dihuni mahluk hidup. Permasalahannya, pasca revolusi industri, emisi gas yang dilepaskan ke atmosfer lebih besar dan pemanasan Bumibumi meningkat
 
==Catatan kaki==