Daniel Murdiyarso: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 14:
==Latar Belakang==
'''Daniel Murdiyarso''' ({{lahirmati|[[Cepu]]|10|09|1955}}) adalah ilmuwan [[Indonesia]] di bidang ilmu alam. Guru Besar Ilmu [[Atmosfir]] di Jurusan [[Geofisika]] FMIPA [[Institut Pertanian Bogor]] ini banyak mencurahkan perhatiannya dalam pendidikan dan penelitian di bidang emisi gas rumah kaca (GRK) dan perubahan iklim dalam kaitannya dengan alih-guna lahan, khususnya akibat deforestasi yang diikuti oleh pengembangan lahan pertanian. Sekarang dia adalah Peneliti Senior di [[Center for International Forestry Research]] (CIFOR).
Gelar Sarjana Kehutanan dan Master Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan dari IPB diraihnya masing-masing pada [[1977]] dan [[1979]], sedang gelar PhD untuk bidang meteorologi dari University of Reading, [[Inggris]]
==Anggota Tim Peraih Nobel 2007==
Pada [[10 Desember]] [[2007]] di Balai Kota Oslo, [[Norwegia]] mantan Wakil Presiden [[Amerika Serikat]], Albert Arnold Gore Jr alias [[Al Gore]] dan Ketua Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) atau [[Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim]], Rajendra Pachauri meraih penghargaan [[Nobel]] Perdamaian.
Anugerah prestisius untuk IPCC tidak lepas dari peran seorang [[ilmuwan]] Indonesia yaitu Profesor Daniel Murdiyarso, peneliti senior di Center for International Forestry Research (CIFOR) Bogor. Dia punya peran penting, meneliti Assessment Report IV (AR4) 2007 – yang mengarah kepada Nobel. Seperti dimuat situs CIFOR, Murdiyanto melihat Nobel sebagai momentum membangkitkan kepedulian masyarakat terkait isu pemanasan global. Juga menjadi inspirasi bagi orang untuk tak hanya diam, tapi berbuat sesuatu. Pemanasan global memang terjadi sejak zaman purba, secara gradual. Bumi membutuhkan suhu lebih panas agar bisa dihuni mahluk hidup. Permasalahannya, pasca revolusi industri, emisi gas yang dilepaskan ke [[atmosfer]] lebih besar dan pemanasan bumi meningkat
|