Pakistan Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 15:
 
* KEKERABATAN
Pola Perkawinan<br />
Dulu, Orang-orang Koja yang ada di daerah Semarang ketika masih ada keturunan asli atau pendatang Pakistan yang kemudian menetap di daerah persingghan melakukan perkawinan dengan orang yang masih sama keturunan Pakistan juga. Hal ini dikarenakan orang-orang Koja tersebut sangat menghargai nilai-nilai kekeluargaan tradisional yang sangat kuat. Makanya dari itu, kebanyakan orang Koja zaman dulu banyak yang dijodohkan oleh orang yang dituakan dengan persetujuan dari mempelai pria dan mempelai wanita. Tetapi pada perkembangan yang sekarang, masyarakat Koja sudah ada yang melakukan perkawinan campuran dengan orang-orang di luar orang Koja.<br />
 
Pola Menetap<br />
Pola menetap yang dilakukan oleh orang Koja di daerah Pekojan dan sekitarnya adalah Patrilokal, dimana kehidupan setelah menikah istri lebih memilih untuk tinggal di dalam lingkungan suami. Adanya pola yang sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Koja setelah menikah seorang istri mengikuti suaminya. Anggapan suami sudah menjadi kepala keluarga dan masyarakat Koja di daerah tersebut menganggap bahwa suami adalah imam atau pemimpin yang harus diikuti oleh istrinya.<br />
 
DIALEK<br />
Masyarakat Koja yang bermukim di Semarang dulunya menggunakan dialek-dialek india atau Pakistan dalam berkomunikasi. Tetapi seiring bejalannya waktu, sampai generasi ke lima ini sudah tidak menggunakan dialek-dialek India atau Pakistan, mereka terpengaruh dengan bahasa arab misalnya memanggil ayah dan ibu dengan sebutan abah dan umi. Disini walaupun dalam keseharian mereka sudah tidak menggunakan bahasa India atau Pakistan tetapi mereka masih melestarikannya dengan cara pada saat mereka bertemu sanak keluarga mereka, mereka masih menggunakan bahasa Pakistan sebagai alat komunikasi mereka.
Ketika mereka berkomunikasi dengan keluarga dekat bahasa Pakistan masih sering mereka gunakan misalnya nala yang berarti enak, paitan yang berarti pergi dan soru yang artinya makan.<br />
 
Tradisi<br />
Tradisi yang masih melekat hingga saat ini<br />
Malam pacar
Malam pacar adalah malam yang dilakukan oleh keluarga dari mempelai putri, sebelum menjalankan akad nikah. Malam itu biasanya diisi dengan menghias tangan mempelai putri dengan menggunakan hena (kutek pacar). Setelah acara itu selesai dilanjutkan dengan tari-tarian oleh gadis-gadisn yang merupakan teman dari mempelai wanita. Tarian ini mempunyai makna bahwa mempelai wanita bahgia akan segera melepas masa lajangnya, tarian tersebut dilakukan di kamar mempelai wanita dan yang berada dalam kamar itu hanya para wanita saja, sedangkan laki-lakinya berada di luar rumah.
Malam pacar juga diiringi dengan acara pembacaan doa-doa islam dan pengajian yang dilangsung dipimpin oleh seorang pemuka agama.
Setelah acara malam pacar selesai dilanjutkan dengan acara ijab yang hanya dihadiri oleh keluarga mempelai pria dan para kaum laki-laki yang merupakan teman dari mempelai laki-laki hingga acara ijab selesai sedangkan mempelai wanita berada dikamar. <br />
Khitanan Massal<br />
Acara khitanan ini dilakukan rutin setahun sekali, acara ini juga merupakan warisan dari keturunan pakistan sehingga warga koja yang berada di Pekojan [[Semarang]] melestarikan budaya ini setiap bulan Maulid.<br />
Lebaran<br />
Masyarakat Koja yang berada diluar daerah Pekojan [[Semarang]] setiap lebaran menyempatkan pulang ke kampung halaman Pekojan untuk melakukan sonjo (Silaturahmi) Lebaran di kampung Pekojan, dan kemudian saat malam dilanjut sonjo (Silaturahmi)Lebaran ke Wotprau, Jerukkingkit, Suburan, Pandean, Progo, Pemali yang merupak juga daerah basis keturunan Pekojan.