Kesultanan Deli: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
baru |
k →Sejarah: wikify |
||
Baris 2:
==Sejarah==
Menurut ''Hikayat Deli'', seorang pemuka [[Aceh]] bernama [[Muhammad Dalik]] berhasil menjadi laksamana dalam [[Kesultanan Aceh]]. Muhammad Dalik, yang kemudian juga dikenal sebagai Gocah Pahlawan dan bergelar Laksamana
Dalik mendirikan Kesultanan Deli yang masih di bawah Kesultanan Aceh pada tahun [[1630]]. Setelah Dalik meninggal pada tahun 1653, putranya [[Tuanku Panglima Perunggit]] mengambil alih kekuasaan dan pada tahun 1669 mengumumkan memisahkan kerajaannya dari Aceh. Ibu kotanya berada di Labuhan, kira-kira 20 km dari Medan.
Sebuah pertentangan dalam pergantian kekuasaan pada tahun [[1720]] menyebabkan pecahnya Deli dan dibentuknya [[Kesultanan Serdang]]. Setelah itu, Kesultanan Deli sempat direbut [[Kesultanan Siak Sri Indrapura]] dan Aceh.
Pada tahun [[1858]], Tanah Deli menjadi milik [[Belanda]] setelah Sultan Siak, [[Sultan Al-Sayyid Sharif Ismail|Sharif Ismail]], menyerahkan tanah kekuasaannya tersebut kepada mereka. Pada tahun [[1861]], Kesultanan Deli secara resmi diakui merdeka dari Siak maupun Aceh. Hal ini menyebabkan Sultan Deli bebas untuk memberikan hak-hak lahan kepada Belanda maupun perusahaan-perusahaan luar negeri lainnya. Pada masa ini Kesultanan Deli berkembang pesat. Perkembangannya dapat terlihat dari semakin kayanya pihak kesultanan berkat usaha perkebunan terutamanya [[tembakau]] dan lain-lain. Selain itu, beberapa bangunan peninggalan Kesultanan Deli juga menjadi bukti perkembangan daerah ini pada masa itu, misalnya [[Istana Maimun]].
Meskipun begitu,
==Sultan==
|