Sidayu, Gresik: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 57:
Belum lagi kondisi Sumur Dhahar yang kini menjadi tempat pembuangan sampah. Tidak terdapat museum atau bau harum ketika kita berkunjung ke sana, namun bukitan sampah yang kotor dan berbau menyengat.
 
Tetapi terlepas dari semua itu, Sedayu yang kini menghadapi perkembangan modernitas masyarakat, ia bisa tetap eksis sebagai salah satu kecamatan yang cukupbegitu berkembang di wilayah Gresik utara. Bukanlah sesuatu yang istimewa, jika Sedayu saat ini bisa menjadi pusat peradaban masyarakat pesisir yang begitu berkembang, baik di wilayah [[Gresik]] (Sedayu dan sekitarnya; [[Bungah, Gresik|Bungah]], [[Dukun, Gresik|Dukun]], [[Ujung Pangkah, Gresik|Ujung Pangkah]], dan [[Panceng, Gresik|Panceng]]), maupun wilayah [[Kabupaten Lamongan|Lamongan]] ([[Kabupaten Paciran|Paciran]], [[Brondong]], [[Solokuro]], [[Babat]]). Karena Sedayu sudah pernah mengalami masa kejayaan di masa lalu.
 
Dengan bukti adanya ratusan Pondokan Cilik (pesantren anak-anak) yang tersebar di seantero Kota Sedayu, kota ini juga mampu mempertahankan sebutan kota santri yang telah melekat dan menjadi ikon Kabupaten Gresik. Karena secara kultural, kehidupan masyarakat Sedayu adalah kehidupan yang sangat islami, baik dalam bidang sosial-masyarakat, politik, hukum, dan ekonomi.