Ki Empu Djeno Harumbrodjo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
22Kartika (bicara | kontrib)
22Kartika (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{inuse}}'''Ki Empu Djeno Harumbrodjo''' (1929-2006) adalah salah satu pembuat keris keramat ternama yang karyanya dijual di dalam dan luar Indonesia, salah satunya adalah Keris dapur Jangkung Mangkunegoro yang dimiliki oleh Sultan Hamengkubowono IX. Dalam proses pembuatan keris, Empu Djeno menciptakan keris yang memiliki kekuatan spiritual yang cocok dengan karakteristik pemiliknya. <ref name="jp">[http://www.thejakartapost.com/news/2003/01/24/empu-djeno-last-sacred-kris-master-alive.html Empu Djeno, the last sacred kris master alive.] The Jakarta Post. Bambang M. Diakses pada 4 Mei 2013.</ref> Sejak tahun 1953 hingga 2003, Empu Djeno telah menghasilkan 235 keris.<ref name="tb"/>
 
Baris 8:
 
==Proses Pembuatan Keris==
Sebagai benda yang dipercaya memiliki kekuatan kesaktian, sebuah keris dapat memiliki kekuatan magis yang ditentukan oleh permintaan si pembuat keris dan pemiliknya. Dalam setahun, Empu Djeno hanya dapat membuat kurang lebih 2 keris. Sejak tahun 1953 hingga 2003, Empu Djeno telah menghasilkan 235 keris. Saat membuat keris, Empu Djeno memerlukan data pelanggan yang di antaranya meliputi hari dan tanggal lahir, pekerjaan, dan akan lebih baik bila dia dapat bertemu dengan pelanggan langsung sehingga dapat mengetahui karakter pelanggannya. Dua hal yang harus dipersiapkan dalam pembuatan keris adalah persiapan material dan spiritual. Persiapan material meliputi 12 kg besi, 0.5 kg nikel, 100 gram meteorit, dan 500 kantong batu bara. Setelah diolah menjadi keris, bahan-bahan tersebut menyusut menjadi 1 kg akibat proses pemanasan dan penempaan. <ref name="l6">[http://news.liputan6.com/read/9713/empu-djeno-dan-keris-bertuah Empu Djeno dan Keris Bertuah.] 18 Maret 2001. Tim Potret. Diakses pada 4 Mei 2013.</ref> Secara spiritual, persiapan yang harus dilakukan adalah puasa, meditasi, tidak tidur selama beberapa hari, dan tindakan spiritual lainnya.
 
Pada proses awal pembuatan keris, potongan besi akan dibakar hingga memanjang mencapai ukuran tertentu dan kemudian dilipat menjadi dua. Proses penempaan dan pelipatan ini diulang berkali-kali hingga mencapai jumlah lipatan yang diinginkan atau tergantung dari model (disebut juga tangguh) keris itu sendiri. Untuk menciptakan model (tangguh) Blambangan, Empu Djeno perlu membuat 16 lipatam, sedangkan untuk tangguh Mataram dibutuhkan 256 lipatan, dan untuk tangguh Sedang Sedayu harus terdiri dari 4.096 lipatan. Setelah mencapai jumlah lipatan yang diinginkan, sebilah baja disisipkan pada bagian tengah besi tempaan tersebut sebagai penguat. Umumnya keris memiliki bentuk lurus atau berkelok yang disebut keris Luk. Setelah lempengan dibentuk sesuai keinginan, Empu Djeno kemudian melakukan pengikiran untuk menciptakan guratan yang disebut pamor pada keris. Guratan tersebut akan terlihat jelas setelah dibasuh dengan campuran arsenikum dan jeruk nipis.<ref name="l6"/>
 
Beberapa pameran yang pernah diikuti oleh Empu Djeno adalah pameran di Keraton Yogyakarta (1984-1988), Sumberagung (1977), Universitas Gajah Mada (1980), Institut Seni Indonesia Yogyakarta dan Institut Teknologi Bandung (September 1999). Selain itu, dia juga pernah memamerkan karyanya di H. Ambarukmo, SMP Muh. Gedongan, Museum Sonobudoyo, TMII, dan secara rutim dalam perayaan Sekaten di Keraton Yogyakarta.<ref name="tb"/>
 
Empu Djeno sering mengajarkan keterampilan pembuatan keris kepada generasi muda di tempat tinggalnya dan pada tahun 2006, dia mewariskan ketrampilannya ke anaknya, yaitu Empu Sungkowo. Pelajaran praktek pembuatan keris juga diberikan Empu Djeno di Institut Senin Indonesia dan program Profil Budaya di TVRI.<ref name="tb"/>
 
==Penghargaan==