Kauman, Sine, Ngawi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 16:
{{ Sine, Ngawi }}
{{kelurahan-stub}}
{{Desa kauman sebagaimana "KAUMAN" pada tempat lain identik dengan komunitas santri, demikian pula halnya dengan desa ini juga merupakan desa dengan komunitas santri (muslim) yang sangat dominan. Hal ini diperkuat dengan banyaknya musholla (langgar) dan masjid di desa ini. Komunitas santri dapat kita temui di dusun Nglencong (santren), Dukuhan, Kauman dan Demangan. Khusus di dusun Nglencong (santren) bahkan terdapat beberapa lembaga pendidikan Islam antara lain : RA Perwanida/TK ABA, MI Muhammadiyah dan SMP Muhammadiyah. Di dusun ini juga terdapat Masjid Jami' Darussalam (Masjid Jami') yang dianggap sebagai masjid tertua dan paling berpengaruh di desa Kauman. Masjid ini didirikan oleh Mbah Kyai Muhammad Redjo (Redjo Muhammad) yang berasal dari Pacitan. Kisah mistis mengiringi proses pendirian masjid ini, dikisahkan Mbah Kyai Muhammad Redjo melemparkan tongkatnya dan beliau berjanji akan mendirikan masjid dan berdakwah tepat dimana tongkatnya akan tertancap (Wallahu A'lam Bisshowab). Masjid ini juga bisa disebut sebagai prototipe keberagamaan di Indonesia, karena berbagai macam kultur keagamaan ; NU, Muhammadiyah, Thoriqoh Sathariyah, Naqsabandiyah dan Qodiriyah menyatu menjadi jamaah di masjid legendaris ini. Jika anda ingin melihat, silakan datang pada saat Sholat Jum'at. Penghargaan terhadap nilai-nilai plural sangat terasa di desa ini, disamping hubungan yang harmonis antar kultur keagamaan dalam Islam, juga terjalin hubungan yang sangat harmonis dengan pemeluk agama lain (nasrani). Bahkan di dusun Nglencong terdapat satu keluarga nasrani yang dapat hidup aman dan nyaman di lingkungan masyarakat santri (muslim)}}.