Jati, Saguling, Bandung Barat: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 27:
Masyarakat desa jati memiliki adat dan budaya yang umum dimiliki oleh masyarakat Ki Sunda di tatar sunda pada umumnya. Namun ada beberapa yang unik dan khas yang masih tetap dijaga dan di lestarikan keberadaannya. Adat dan budaya tersebut diantaranya : ngadu domba, ngadu kolecer,ngadu lodong dll. [[Ngadu domba ]]bagi masyarakat Desa Jati sejak dahulu memang bukan merupakan ajang judi taruhan, tapi merupakan adu ketangkasan dan kekuatan (fisik) domba adu semata. Oleh Karena domba adu harus selalu sehat dan kuat, untuk itu dibutuhkan perawatan dan pemeliharaan khusus yang sudah barang tentu menguras kocek sang empunya. Disinilah nilai seninya yang secara tidak langsung menggambarkan kemampuan dan status sosial sang pemilik domba.Nilai status sosial pemilik domba akan bertambah seiring kemenangan dari domba yang di adu, sehingga tidak mengherankan jika harga jual domba yang sering menang dalam kontes, akan melambung hinggapuluhan juta rupiah.Dari seni dan budaya ngadu domba ini mestinya akan terbuka simpul-simpul bisnis lainseperti: jamu khusus untuk domba adu, rumput khusus makanan Domba, asesoris domba adu, hingga paket wisata budaya yang bisa ditawarkan kepada turis baik lokal maupun mancanegara.Untuk kesenian sunda yang ada di desa Jati seperti wayang golek, calung, degung, reog, bahkan kesenian sunda buhun seperti pantun dan beluk masih ada grup yang eksis melestarikannya diantaranya grup Lingkung seni GIRI PAJAR pimpinan Bapak Dalan Rahmat.Beberapa tokoh seni desa Jati (Dalang [[Wayang Golek]])yang pernah tercatat adalah : Dalang Rahmat (Murid Dalang [[Asep Sunandar Sunarya]] ),Dalang Danu, Dalang Amung, [[Kearipan lokal]] yang lain adalah ngadu kolecer (Baling-baling bambu) yang dipasang di bukit (sunda:Pasir), keunikan dan keasikannya -konon- menurut "''kolecerisme''"ketika terdengar deru kolecer yang ''ngahiung nyeledut''(menderu bersaut-sautan), beraneka macam ragam suaranya. Suara kolecer tersebut memberikan ruang imajinasi tersendiri bagi pemiliknya atau bagi siapa saja yang mendengarkan kolecer tersebut saat berputr-putar diterpa angin. Biasanya suara kolecer tersebut terdengar seperti suara helikopter, bahkan ada yang seperti ''guludug''(halilintar), hal itu dipastikan akibat terpaan angin yang sangat kuat tapi detik berikutnya mendadak arah angin berubah 180 derajat, maka timbulah suara JELEGUURRR !!!!! bersambung.........
{{
[[Kategori:Desa di Bandung Barat]]
|