Amir Machmud: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k menambahkan Kategori:Tokoh dari Cimahi menggunakan HotCat |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 72:
===Cadangan Umum Angkatan Darat (Caduad) dan Irian Barat===
Setelah ia menyelesaikan kursus Seskoad-nya, Amirmachmud diangkat menjadi Wakil Kepala Staf Caduad.<ref>{{cite book |last= Elson |first= Robert |title= Suharto: A Political Biography |year= 2001 |publisher= The Press Syndicate of the University of Cambridge |location= UK |language= |isbn=0-521-77326-1 |page= 79}}</ref> Caduad, yang selanjutnya akan menjadi [[Kostrad]] adalah kekuatan strategis yang dirancang untuk bersiap setiap saat sehingga dapat dengan mudah dipanggil selama kasus [[Keadaan darurat|darurat nasional]]. Caduad saat itu dipimpin oleh Soeharto
Pada tahun 1962, Presiden Soekarno menetapkan bahwa Indonesia akan menduduki [[Irian Barat]] dan
===KODAM X/Lambung Mangkurat===
Baris 80:
Tugas pertama Amirmachmud sekarang sebagai Pangdam. Pada tahun 1962, ia diangkat sebagai Panglima KODAM X/Lambung Mangkurat, yang bertanggung jawab untuk keamanan [[Kalimantan Selatan]].
Selama menjadi Pangdam,
===KODAM V/Jaya===
Baris 88:
Penunjukan Amirmachmud datang pada titik penting dalam sejarah Indonesia dan selama pengangkatannya itu [[Suharto]] mulai mengumpulkan dukungan politik dan momentum untuk menantang [[Sukarno]]. Amirmachmud, seperti kebanyakan rekan Angkatan Darat lainnya, melemparkan dukungan mereka di belakang Suharto.
Pada awal tahun 1966, popularitas Sukarno menurun, cukup bagi orang untuk secara terbuka menentang dia melalui sarana protes. Yang paling vokal dari para demonstran adalah [[Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia]] ([[KAMI]]) yang pada tanggal 10 Januari menuntut agar PKI dilarang, simpatisan PKI ditangkap dan harga harus diturunkan, tuntutan mereka tersebut dikenal dengan nama [[Tritura]]. Amirmachmud dan Tentara mendukung, mendorong, dan melindungi demonstran. Untuk membuat hal-hal lebih praktis, Amirmachmud bersama dengan [[Umar Wirahadikusumah]] ([[Pangkostrad]]) dan [[Sarwo Edhie Wibowo]] (Komandan [[RPKAD]]) atas izin Kepala Staf Kostrad, [[Kemal Idris]] untuk mengambil kendali dari pasukan mereka yang sekarang terkonsentrasi di Jakarta.
Ada dualisme terhadap sikap Amirmachmud pada titik ini. Secara politis, dia bersama Suharto, Angkatan Darat, dan demonstran anti-Sukarno. Namun pada saat yang sama, ia merasa bertanggung jawab untuk mencegah kekacauan dengan semua protes dan demonstrasi di Jakarta. Pada bulan Februari, Amirmachmud sebenarnya melarang protes di Jakarta.<ref>{{cite book |last= Elson |first= Robert |title= Suharto: A Political Biography |year= 2001 |publisher= The Press Syndicate of the University of Cambridge |location= UK |language= |isbn=0-521-77326-1 |page= 133}}</ref> Larangan ini diabaikan.
Baris 100:
Pertemuan itu ditunda setelah Sukarno berangkat ke Bogor dengan [[helikopter]] dan Amirmachmud telah bergabung dengan Mayor Jenderal [[Basuki Rachmat]], yang merupakan [[Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia|Menteri Dalam Negeri]] dan Brigadir Jenderal [[M. Jusuf|Mohammad Jusuf]], yang merupakan [[Menteri Perindustrian Republik Indonesia|Menteri Perindustrian]]. Jusuf menyarankan bahwa tiga dari mereka pergi ke Bogor untuk menyediakan dukungan moral bagi Sukarno. Dua jenderal lainnya setuju dan bersama-sama ke Bogor setelah meminta izin Suharto. Menurut Amirmachmud, Suharto meminta tiga Jenderal untuk memberitahu Sukarno tentang kesiapan untuk memulihkan keamanan harus dari perintah Presiden.
Di Bogor, tiga jenderal tersebut bertemu dengan Sukarno dan sekali lagi Amirmachmud berkata kepada Sukarno bahwa situasi aman. Sukarno menjadi marah padanya, bertanya bagaimana bisa situasi akan aman ketika protes sedang terjadi. Sukarno kemudian mulai mendiskusikan pilihan dengan Basuki, Jusuf, dan Amirmachmud sebelum akhirnya meminta mereka bagaimana ia bisa mengurus situasi. Amirmachmud menyarankan
Saat senja dekrit yang akan menjadi [[Supersemar]] itu akhirnya disiapkan dan menunggu tanda tangan Sukarno. Sukarno memiliki beberapa menit keraguan terakhir tapi Amirmachmud, dua Jenderal lainnya, dan lingkaran dalam Sukarno
Pada 13 Maret Sukarno memanggil Amirmachmud, Basuki, dan Jusuf. Soekarno marah karena Suharto telah melarang [[Partai Komunis Indonesia]] (PKI) dan tiga jenderal mengatakan Supersemar tidak mengandung instruksi tersebut. Sukarno kemudian memerintahkan untuk membuat sebuah surat untuk memperjelas isi dari Supersemar tapi tidak ada yang pernah datang selain dari salinan-salinan
==Karier politik==
Baris 112:
Ketika Suharto menggantikan Sukarno dari kekuasaannya sebagai Presiden pada tahun 1967, Amirmachmud masih terus menjadi Panglima Kodam V/Jaya. Pada awal 1969, [[Basuki Rahmat]], yang menjadi Menteri Dalam Negeri meninggal mendadak. Amirmachmud kemudian dipindahkan dari jabatannya sebagai Panglima Kodam V/Jaya untuk mengambil tempat Basuki sebagai Menteri Dalam Negeri.
Selama masa jabatannya sebagai Menteri Dalam Negeri, Amirmachmud mengembangkan reputasi sebagai orang yang "menyapu" oposisi dan pembangkang pemerintah. Hal ini membuatnya mendapatkan julukan "[[
Amirmachmud juga membantu memperkuat kontrol Suharto di Indonesia. Pada tahun 1969, ia melarang [[PNS]] untuk terlibat dalam politik, tetapi mendorong mereka untuk memilih [[Golkar]] pada Pemilu Legislatif sebagai tanda kesetiaan kepada pemerintah.<ref>{{cite book |last= Elson |first= Robert |title= Suharto: A Political Biography |year= 2001 |publisher= The Press Syndicate of the University of Cambridge |location= UK |language= |isbn=0-521-77326-1 |page= 187}}</ref> Pada tahun 1971, Amirmachmud berpengaruh dalam pembentukan [[Korps Pegawai Republik Indonesia]] ([[KORPRI]]).
|