Legendra Padusi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Jayrangkoto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 6:
Perempuan (padusi) dalam [[budaya Minangkabau]] diletakkan dalam derajat yang tinggi dan mulia. Mereka merupakan ''[[Bundo Kanduang]]'' yang mempunyai peran besar dalam pengelolaan harta pusaka tinggi demi keberlangsungan hidup anggota keluarga yang berdasarkan garis keturunan ibu atau [[matrilinial]].
 
Tiga sosok perempuan legenda Minang, [[Puti Bungsu]], [[Siti Jamilan]], dan [[Sabai nan Aluih]] merupakan sosok-sosok teladan padusi Minang. Kisah ketiga sosok inilah yang diangkat dan dipentaskan dalam drama tari Legendra Padusi yang dawakidiawaki oleh beberapa orang seniman terkenal Indonesia, seperti [[Tom Ibnur]] (maestro tari), [[Nia Dinata]] (penulis naskah), [[Rama Soeprapto]] (sutradara), [[Jajang C. Noer]] (pemeran), [[Ine Febriyanti]] (pemeran), [[Marissa Anita]] (pemeran Padusi), [[Niniek L. Karim]] (pemeran), [[Arswendy Nasution]] (pemeran), [[Riyano Viranico]] (pemeran), [[Renitasari]] (program director) dan lain-lain.<ref>[http://www.gatra.com/budaya-1/seni/29507-legendra-padusi-harga-diri-perempuan-minang-dalam-gerak-tari.html ''Legendra Padusi : Harga Diri Perempuan Minang Dalam Gerak Tari''] GATRAnews, 02 Mei 2013. Diakses 7 Juni 2013.</ref>
Drama tari ini juga membawa sejumlah penari asli dari [[Kota Bukittinggi|Bukittinggi]], [[Sumatera Barat]]. Legendra Padusi dipentaskan di [[Teater Jakarta]], [[Taman Ismail Marzuki]], [[Jakarta]] pada tanggal 11 dan 12 Mei 2013.