NAMRU-2: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 36:
Pada tahun 1958 wabah [[kolera]] klasik meletus di Bangkok, Thailand, untuk pertama kalinya sejak sepuluh tahun. <ref name=Oxford>{{en}} [http://cid.oxfordjournals.org/content/35/6/713.full.pdf Taming of Cholera CID 2002:35 (15 September) A Legacy in 20th-Century Medicine: Robert Allan Phillips and the Taming of Cholera]</ref> NAMRU 2 merespon pada permintaan bantuan Pemerintah Taiwan untuk menolong. <ref name=Oxford/> Kemudian wabah muncul secara tahunan di Thailand hingga beberapa tahun selanjutnya, ditambah dengan [[kolera]] jenis El Tor yang muncul di [[Sulawesi]], [[Indonesia]] pada tahun 1961 yang menjadi pandemik ke-7 yang dengan cepat menjadi pusat perhatian agenda riset NAMRU-2 dan cara cara penanggulangannya.<ref name=Oxford/>
Pada tahun 1968 diskusi dimulai antara Kementrian Kesehatan Indonesia untuk mendirikan unit terpisah di di [[Jakarta]], [[Indonesia]].<ref name=NMRC/> Permintaan dari Kementrian Kesehatan Indonesia ini dilatar belakangi oleh penyakit [[pes]] yang melanda [[Boyolali]], kecamatan, Selo dan Cepogo dimana 101 orang jatuh sakit dan 42 orang diantaranya meninggal dengan tingkat fatalitas (''case fatality rate [CFR]'') 42
persen.<ref name="DepKes">[http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/lain-lain/Sejarah-Balitbangkes.pdf Katalog Dalam Terbitan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. ''The Dance of Minds: 35 Tahun Badan Litbangkes 1975-2010'']. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2010. 163 hlm.; 17 x 24,5 cm. ISBN 978-602-8937-23-8 </ref>
Baris 71:
Pada bulan Oktober 2005 dalam kunjungannya ke negara-negara Asia, Menteri Kesehatan dan Pelayanan Masyarakat Amerika Serikat [[Mike Leavitt]] menyatakan telah mengalokasikan dana sebesar 3,15 juta dolar AS untuk membantu penanganan kasus flu burung di Indonesia.<ref name=Merdeka> [http://www.suaramerdeka.com/cybernews/harian/0510/26/nas4.htm Suara Merdeka.com: Jepang Kirim Tim Ahli Flu Burung dan Alat Medis ke Indonesia]. <small> Dipublikasi pada 26 Oktober 2005, diakses 30 Juni 2013</small></ref> Total bantuan yang didapatkan Indonesia adalah sejumlah 25 Juta Dolar <ref name=Merdeka/> sebagai awal bantuan Pemerintah Jepang mengirimkan tim tenaga ahli berupa tiga orang ahli diagnosis laboratorium yang akan mulai bekerja dan berkoordinasi dengan Departemen Kesehatan (Depkes); Pemerintah Australia menyerahkan 50 ribu Tamiflu, obat anti virus influenza produksi PT Roche dan direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Internasional (WHO)<ref name=Merdeka/>, Australia juga menyatakan akan menambah bantuannya 10 juta dolar Australia guna memerangi ancaman flu burung di Indonesia pernyataan yang disampaikan Menlu [[Alexander Downer]] kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sehingga paket bantuan kepada Indonesia untuk menangani flu burung menjadi 15,5juta dolar Australia, karena sebelumnya mereka telah menjanjikan bantuan sebesar lima juta dolar Australia.<ref name=Merdeka/>
Namun menurut Siti dalam bukunya "It's Time For The World To Change", Indonesia tidak pernah melihat uang yang dijanjikan oleh bantuan AS.
==Rujukan==
|