NAMRU-2: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Serenity (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 8:
|branch={{nowrap|[[Image:United States Department of the Navy Seal.svg|30px|United States Navy Seal]] [[Angkatan Laut Amerika Serikat]]}}
|type=
|role= NAMRU-2 merupakan sumberSumber utama akan penelitian penyakit menular di wilayah Asia/Pasifik yang dilakukan oleh Angkatan Laut AS.
|size=
|command_structure=[[Biro Pengobatan dan Pembedahan AS]] (''Bureau of Medicine and Surgery'') (BUMED)
|current_commander= [[Captain (United States)|Captain]] Carlos I. LeBron
|garrison= [[Singapore]][[Singapura]]
|ceremonial_chief=
|colonel_of_the_regiment=
Baris 27:
'''''Naval Medical Research Unit Two''''' (bahasa Indonesia: '''Riset Angkatan Laut Unit Dua''') disingkat sebagai '''NAMRU-2''' adalah laboratorium riset biomedis milik Angkatan Laut Amerika Serikat yang didirikan dengan tujuan untuk mempelajari penyakit-penyakit menular yang memiliki potensi penting dari sudut pandang pertahanan di Asia. <ref name=Pacific>{{en}} [http://www.med.navy.mil/sites/namru2pacific/Pages/default.aspx U.S. Naval Medical Research Unit No. 2, Phnom Penh Website]. <small>Di akses 29 Juni 2013</small> </ref> NAMRU-2 secara resmi terdaftar dibawah komando [[Pusat Riset Medis Angkatan Laut A.S.]] (''Naval Medical Research Center'') yang berlokasi di [[Silver Spring]], [[Maryland]], A.S. dan diperhitungkan sebagai pusat jaringan laboratorium laboratorium yang terdapat di berbagai lokasi di dunia <ref name="NMRC"> {{en}} [http://www.med.navy.mil/sites/nmrc/Pages/namru_2.htm# Naval Medical Research Unit 2 (NAMRU-2) Pacific Website]. <small>Diakses [http://www.flutrackers.com/forum/showthread.php?p=151498 29 Juni 2013]</small> </ref>
 
NAMRU-2 beroperasi di beberapa negara di [[Asia Tenggara]], termasuk [[Vietnam]], [[Laos]], [[Singapura]], [[Filipina]], [[Thailand]], dan [[Kamboja]].<ref name="NMRC"/> Di [[Phnom Penh]], CambodiaKamboja, NAMRU-2 dibuka, dilengkapi, dan dioperasikan sebagai laboratorium satelit untuk melakukan riset kemungkinan wabah penyakit-penyakit menular dalam cakupan regional dengan dukungan dari kantor Kerjasama Pertahanan [[Kedutaan Besar Singapura]].<ref name="NMRC"/> <ref name=Pacific/> Sementara lokasi laboratorium lainnya termasuk [[Peru]], [[Kenya]], dan [[Mesir]].<ref name=Age>{{en}} [http://www.theage.com.au/articles/2008/04/25/1208743252040.html The Age Australia: Indonesian fears over US Navy laboratory] <small>Published April 26, 2008</small></ref>
 
Sementara itu NAMRU-2 yang sebelumnya beroperasi di Indonesia direlokasikan ke [[Pearl Harbor]], [[Hawaii]] dan secara resmi dibuka sebagai NAMRU-2 Pacific pada 17 Juni 2010, dan ditutup pada tahun 2013. <ref name="NMRC"/>
Baris 49:
Laboratorium utama dan pusat NAMRU-2 berada di Jakarta hingga tahun 2010, saat permintaan ditutup dilakukan oleh Pemerintah Indonesia.<ref name=USEmbCam/> <ref name=Age/> <ref name=Navy> {{en}} [http://www.navytimes.com/article/20080410/NEWS/804100308/Indonesia-bans-Navy-medical-research-unit Navy Times: Indonesia bans Navy medical research unit]</ref> Kemudian elemen pusat Unit ini dipindahkan ke Pearl Harbor, Hawaii dan secara resmi dibuka sebagai NAMRU-2 Pacific pada 17 Juni 2010 dan ditutup pada 2013.<ref name=USEmbCam/><ref name=Pacific/>
 
===NAMRU-2 di Indonesia===
Unit NAMRU-2 di Jakarta Indonesia mulai dibicarakan pada tahun 1968 antara Kementrian Kesehatan Indonesia dengan pihak Amerika Serikat sebagai unit terpisah dari fasilitas yang berada di Taipei, Taiwan. <ref name=NMRC/> Unit ini kemudian secara resmi didirikan pada tahun 1970 atas undangan resmi dari perwakilan Kementrian Kesehatan Indonesia. <ref name=USEmbJak/> <ref name=NMRC/> Menyusul kekalutan politik di Manila, unit induk resmi pindah ke Jakarta di tahun 1991 dan Unit di Manila ditutup pada bulan Juni 1994.<ref name=USEmbCam/>
 
Baris 56:
Pada tahun 2001 sebuah buku berjudul Evaluasi Program: Perspektif Departemen Pertahanan Amerika Serikat akan Munculnya Sistem Penanggulangan dan Pengawasan Penyakit Menular Global (''Perspectives on the Department of Defense Global Emerging Infections Surveillance and Response System : a program review'') diterbitkan di Washington DC, AS.<ref name=DoD>{{en}} [http://www.worldcat.org/title/perspectives-on-the-department-of-defense-global-emerging-infections-surveillance-and-response-system-a-program-review/oclc/475268425 Perspectives on the Department of Defense Global Emerging Infections Surveillance and Response System : a program review. Philip S Brachman; Heather O'Maonaigh; Richard N Miller; ebrary, Inc. Publisher: Washington, D.C. : National Academy Press, 2001. ISBN 0309076358 9780309076357]</ref> Buku ini mengulas banyak program yang dilakukan NAMRU-2 di Indonesia termasuk kerjasamanya dengan WHO.<ref name=DoD/> Diantaranya upaya pengawasan penyakit influenza di Indonesia yang dinilai lemah karena banyak penolakan dalam teknik pengambilan sampel spesimen nasopharyngeal, sehingga hasil akan lebih baik apabila sampel ini dilakukan di tingkat internasional.<ref name=DoD/> Hasil evaluasi juga menyatakan sampel yang dikirim ke beberapa tempat, termasuk Australia, memiliki tingkat koordinasi rendah untuk pelaporan kembali.<ref name=DoD/> Pengawasan penyakit Tuberkolosis (TB) di Indonesia juga dinilai lemah, banyak kasus TB tidak terdiagnosa diseluruh pelosok negeri. Laboratorium di Indonesia tidak dilengkapi dengan kemampuan diagnosa dan monitor resistensi kuman terhadap obat yang diberikan, sehingga mengancam populasi warga negara AS yang tinggal di Indonesia <ref name=DoD/> Kasus HIV mulai muncul dan dikhawatirkan apabila virus HIV mulai berjalin dengan kuman TB maka kasus TB akan meningkat secara drastis.<ref name=DoD/> NAMRU-2 juga mendapatkan tantangan sumber daya dengan adanya permintaan pelatihan pelatihan dari Kementrian Kesehatan untuk berbagai hal.<ref name=DoD/> Diantara lain penelitian yang diminta untuk dilakukan di Perguruan Tinggi di Indonesia, namun masalahnya hasil penelitian Perguruan Tinggi di Indonesia tidak memiliki saluran langsung yang bisa berdampak pada penanggulangan kesehatan di Indonesia.<ref name=DoD/>
 
====Kontroversi menyusul penutupan NAMRU-2====
=====Virus dan Vaksin Flu Burung=====
Pada tahun 2005 [[flu burung]] menjadi masalah kesehatan serius untuk dunia, dan Indonesia terkena dampak terparah dengan 141 kasus dan 115 yang terkena meninggal dunia.<ref name=CH2>{{en}} [http://www.currentconcerns.ch/index.php?id=774 Current Concern: Indonesian Minister of Health Demands Dignity, Equality and Transparency for all Countries in the World No. 7/8 2009]</ref> Dr. [[Siti Fadilah Supari]] pada awalnya patuh pada peraturan WHO dan mengikuti seluruh aturannya.<ref name=CH2/>
 
Baris 70:
Namun pertemuan ini menjadi singkat karena Menteri Fadila diminta kembali ke Indonesia karena adanya wabah dan banyak diskusi penting yang dijadwalkan tidak terjadi.<ref name=CH/> Indonesia kemudian mulai mengirim lagi contoh virusnya berdasarkan konsensus negara-negara di dunia internasional bahwa virus flu burung Indonesia H5N1 nyata sangat berbahaya untuk manusia sehingga sangat penting bahwa laboratorium laboratorium WHO memiliki kesempatan menganalisis secara rinci, membandingkannya dengan virus yang mirip dari berbagai dunia lain, dan melindungi Indonesia dan negara lainnya dari penyebarannya.<ref name=ABC/> Dalam Pertemuan Kesehatan Tingkat Dunia juga dipertanyakan walaupun Indonesia memiliki keprihatinan dalam ranah geografisnya, penyebaran penyakit tidak melihat batas negara.<ref name=CH/>
 
=====Dana bantuan AS dan Kekebalan Diplomatik Staf NAMRU-2=====
Pada bulan Oktober 2005 dalam kunjungannya ke negara-negara Asia, Menteri Kesehatan dan Pelayanan Masyarakat Amerika Serikat [[Mike Leavitt]] menyatakan telah mengalokasikan dana sebesar 3,15 juta dolar AS untuk membantu penanganan kasus flu burung di Indonesia.<ref name=Merdeka> [http://www.suaramerdeka.com/cybernews/harian/0510/26/nas4.htm Suara Merdeka.com: Jepang Kirim Tim Ahli Flu Burung dan Alat Medis ke Indonesia]. <small> Dipublikasi pada 26 Oktober 2005, diakses 30 Juni 2013</small></ref> Total bantuan yang didapatkan Indonesia adalah sejumlah 25 Juta Dolar <ref name=Merdeka/> sebagai awal bantuan Pemerintah Jepang mengirimkan tim tenaga ahli berupa tiga orang ahli diagnosis laboratorium yang akan mulai bekerja dan berkoordinasi dengan Departemen Kesehatan (Depkes); Pemerintah Australia menyerahkan 50 ribu Tamiflu, obat anti virus influenza produksi PT Roche dan direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Internasional (WHO)<ref name=Merdeka/>, Australia juga menyatakan akan menambah bantuannya 10 juta dolar Australia guna memerangi ancaman flu burung di Indonesia pernyataan yang disampaikan Menlu [[Alexander Downer]] kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sehingga paket bantuan kepada Indonesia untuk menangani flu burung menjadi 15,5juta dolar Australia, karena sebelumnya mereka telah menjanjikan bantuan sebesar lima juta dolar Australia.<ref name=Merdeka/>