Denny Januar Ali: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Maharaja2 (bicara | kontrib)
Maharaja2 (bicara | kontrib)
Baris 118:
3. Kepeloporan untuk kerja kemasyarakatan.
Denny JA mempopulerkan gerakan sosial yang ia beri nama "Gerakan Indonesia Tanpa Diskriminasi". Yang baru dari gerakan ini, Denny JA mengkampanyekan gagasan itu lewat aneka karya budaya : film, puisi, teater, lukisan, foto, lagu dan aneka riset ilmiah. Untuk pertama kalinya dilakukan integrasi antara gerakan budaya dan gerakan sosial. Denny JA rajin mengkampanyekan gagasan itu bahkan lewat iklan layanan publik yang muncul setiap hari di TV nasional sejak Oktober 2012 sampai Juni 2013. Gagasan Indonesia Tanpa Diskriminasi ini dianggap ikut mempengaruhi platform pakta integritas Partai Demokrat yang dibacakan langsung oleh Presiden SBY<ref name="integritas">[http://www.antaranews.com/berita/358240/indonesia-tanpa-diskriminasi-dinilai-sesuai-pakta-integritas]"Indonesia Tanpa Diskriminasi" dinilai sesuai Pakta Integritas </ref>.
 
Pada mulanya adalah survei. Lewat survei-survei sisipan tentang toleransi yang dilakukan secara berkala oleh [[Lingkaran_Survei_Indonesia|LSI]], Denny JA menemukan trend dan fakta bahwa dalam 7 tahun terakhir telah terjadi peningkatan intoleransi dan kesediaan masyarakat Indonesia untuk menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan berbagai persoalan. Fakta ini ditambah pula dengan semakin banyaknya regulasi kenegaraan yang bernuansa diskriminatif di berbagai wilayah di [http://www.indonesia.go.id/ Indonesia].
Temuan itu menyadarkan inisiator '''gerakan ITD''' ini tentang perlunya melakukan sesuatu. Tujuannya dua hal: mendorong perubahan kebijakan negara dan memfasilitasi perubahan positif pada sikap masyarakat Indonesia dalam menghadapi keragaman dalam berbagai aspeknya. Langkah awal dimulai. Pada Maret 2012, Denny JA menerbitkan sebuah buku puisi-esai <ref name="puisiesai"> [http://www.bukabuku.com/browse/bookdetail/103962/atas-nama-cinta-sebuah-puisi-esai.html] Buku Puisi Esai</ref> yang berjudul Atas Nama Cinta. Buku ini memuat kisah diskriminasi dalam berbagai aspeknya, baik berbasis etnis, agama/paham agama, gender, maupun orientasi seksual.
Lima kisah diskriminasi dalam bentuk puisi-esai itu kemudian bermetamerfosis menjadi 5 film pendek yang masing-masing berdurasi 45 menit. Kelima film tersebut, [http://www.youtube.com/watch?v=4i-izwh3G3k Romi dan Yuli dari Cikeusik], [http://www.youtube.com/watch?v=MwuXqK3UzqU Bunga Kering Perpisahan], [http://www.youtube.com/watch?v=_HGoJ9LWzVM Saputangan Fang Yin], [http://www.youtube.com/watch?v=98fvKwOBezs Minah Tetap Dipancung], [http://www.youtube.com/watch?v=nwOYxwx14Gc Cinta Terlarang Batman dan Robin], diproduksi bersama sutradara kenamaan, [[Hanung_Bramantyo|Hanung Bramantyo.]] Selain menjadi film, puisi esai juga telah dibacakan dan direkam secara musikal dan teatrikal sehingga dapat dinikmati di [http://puisi-esai.com website puisi esai].
Pemahaman tentang trend masyarakat melalui survei dan berbekal seperangkat produk budaya itulah gerakan ITD mensyiarkan pentingnya satu Indonesia, Indonesia tanpa diskriminasi. Ketika menyambut momentum peringatan Sumpah Pemuda 2012, gerakan ITD menyelenggarakan serangkaian acara bertajuk Pekan Indonesia Tanpa Diskriminasi. 28 Oktober 2012, '''gerakan ITD''' menggelar acara massal di Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta, dengan tampilan berbagai atraksi budaya dan senam Indonesia tanpa diskriminasi. Di situlah ikrar satu Indonesia (Indonesia tanpa diskriminasi) dipekikkan<ref name="itd-2"> [http://www.youtube.com/watch?v=IFmuNxrPGRg]Deklarasi Indonesia Tanpa Diskriminasi di Bunderan HI Jakarta</ref> .
Sejak momen itu, '''gerakan ITD''' mantap mencanangkan agar tiap-tiap 28 Oktober tak hanya dikenang sebagai hari [[Sumpah_Pemuda|Sumpah Pemuda]], tapi juga hari untuk mengukuhkan komitmen Indonesia Tanpa Diskriminasi. '''Gerakan ITD''' percaya, kelak akan tiba era Indonesia yang terbebas dari diskriminasi dan intoleransi.
 
Gerakan ITD semakin terdengar gaungnya setelah melakukan serangkaian acara Pekan Indonesia Tanpa Diskriminasi, akhir Oktober 2012. Namun cikal bakal kesadaran tentang perlunya menggerakkan perlunya Indonesia tanpa diskriminasi sudah muncul sejak terbitnya buku puisi-esai Atas Nama Cinta, Maret 2012<ref name="puisiesai"> [http://www.bukabuku.com/browse/bookdetail/103962/atas-nama-cinta-sebuah-puisi-esai.html] Buku Puisi Esai</ref> yang berjudul Atas Nama Cinta. Bertolak dari buku itu, gerakan ITD bertransformasi ke dalam berbagai bentuk kegiatan.
* '''Puisi-Esai'''
Puisi esai merupakan pangkal tolak gerakan ITD. Genre penulisan puisi berkisah yang ditulis Denny JA ini memuat 5 kisah diskriminasi yang ditulis secara sastrawi dan dilengkapi catatan kaki. Kelima kisah diskriminasi itu terangkum dalam buku Atas Nama Cinta yang terbit Maret 2012<ref name="puisiesai"> [http://www.bukabuku.com/browse/bookdetail/103962/atas-nama-cinta-sebuah-puisi-esai.html] Buku Puisi Esai</ref> yang berjudul Atas Nama Cinta. Meski dicetak secara terbatas, buku ini dapat dinikmati secara gratis di [http://puisi-esai.com/ website www.puisi-esai.com] yang disambut antusias oleh para pembaca. Sejak diluncurkan Maret 2012 sampai Desember 2012, website ini tercatat telah dijenguk tak kurang oleh 7,5 juta pengunjung.
Buku puisi-esai Atas Nama Cinta juga telah mencuri perhatian publik luas lewat berbagai apresiasi maupun resensi yang dimuat di berbagai media massa seperti Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Jurnal Sastra, Gatra, Majalah Sastra “Horison”, dan koran-koran lokal maupun nasional lainnya.Genre puisi-esai pun telah mencuri perhatian kritikus sastra dan mulai memasuki ranah polemik sastra <ref name="kompas">[http://oase.kompas.com/read/2013/01/14/06305616/Mempersoalkan.Legitimasi.Puisi-Esai]Mempersoalkan Legitimasi Puisi-Esai- Kompas </ref>
 
* '''Musikalisasi Puisi-Esai'''
Musikalisasi puisi-esai merupakan pengembangan lanjutan dari cara menyajikan puisi-esai. Kelima puisi yang termuat dalam buku Atas Nama Cinta itu dibacakan dengan iringan musik dan disajikan dalam bentuk audio-visual. Pembacaan dan penggarapan musikalisasi puisi-esai ini melibatkan berbagai tokoh kebudayaan ternama Indonesia, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Putu Wijaya, Sujiwo Tedjo, Ine Febriyanti, Niniek L Karim, dan Fatin Hamamah. Semua video tersebut telah dimuat di media Youtube dan telah ditonton oleh tak kurang puluhan, bahkan ratusan ribu orang <ref name"musikalisasi"> [http://www.youtube.com/watch?v=TOM9qwRKnhg][http://www.youtube.com/watch?v=qNxhTL4WFiU] [http://www.youtube.com/watch?v=bhagT-I9Jig]Musikalisasi Puisi Esai Denny JA</ref>.
* '''Film ITD'''
Puisi esai juga telah diterjemahkan ke dalam bentuk lima film pendek yang masing-masing berdurasi 45 menit. Kelima film tersebut dijuduli sesuai dengan judul lima puisi esai yang termaktub dalam buku Atas Nama Cinta. Film Saputangan Fang Yin berkisah tentang diskriminasi yang menimpa etnis Tionghoa tatkala pecahnya Reformasi 1998. Film Minah Tetap Dipancung berkisah tentang derita-nestapa Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di mancanegara.
Film Bunga Kering Perpisahan berkisah tentang problematika yang dihadapi mereka yang mengalami cinta/nikah beda agama. Romi dan Yuli dari Cikeusik berkisah tentang pertentangan antar paham agama antara sebagaian Muslim Indonesia dan anggota Jemaat Ahmadiyah Indonesia. Cinta Terlarang Batman dan Robin menggambarkan dilema dan problematika yang dihadapi kaum hososeksual di Indonesia.
Kelima film yang mengeskplorasi sisi batin tiap tokohnya itu diproduksi oleh Denny JA dengan melibatkan surtadara ternama, Hanung Bramantyo. Film-film tersebut juga diperankan oleh banyak aktor dan aktris ternama Indonesia, seperti Agus Condro, Tyo Pasukodewo, Sazkia Adya Mecca, Leoni, Peggy Melati Sukma, dan lain-lain.
* '''Diskusi dan Nobar'''
Diskusi dan nonton bareng (nobar) film-film ITD merupakan ajang silaturahmi batiniah dan penguatan komunitas Indonesia tanpa diskriminasi. Diskusi membicarakan berbagai aspek diskriminasi yang aktual terjadi di Indonesia, baik berbasis etnis, agama/paham agama, gender, maupun orientasi seksual. Diskusi dan Nobar ITD telah berlangsung di banyak tempat dan komunitas, baik di Jakarta maupun luar Jakarta. Gerakan Indonesia tanpa diskriminasi akan terus melangsungkan acara serupa guna memperkuat komunitas Indonesia tanpa diskriminasi dan terwujudnya masyarakat Indonesia yang lebih ramah terhadap keragaman dan menampik diskriminasi.
<gallery>
Berkas:narasi-1.jpg|Demokrasi Dinodai Intoleransi & Diskriminasi
Berkas:narasi-2.jpg|Nobar Film Romi & Yuli Dari Cikeusik
Berkas:narasi-3.jpg|Nobar Film Sapu Tangan Fang Yin
</gallery>
* '''Lomba ITD'''
Lomba ITD diselenggarakan demi melibatkan partisipasi publik yang lebih luas dalam mensyiarkan dan menggerakkan semangat Indonesia tanpa diskriminasi. Lomba-lomba yang telah dilangsungkan meliputi lomba review dan penulisan puisi-esai, lomba lukisan, foto tunggal dan foto esai, serta lomba cipta lagu. Sebagian lomba bersifat terbatas seperti lomba review puisi-esai antara sekolah menengah di Propinsi Banten. Tapi umumnya, lomba-lomba ini bersifat terbuka untuk semua kalangan dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.
Berbagai jenis perlombaan yang diselenggarakan untuk ITD telah menarik minat partisipasi publik yang sangat luas. Lomba review puisi-esai se-SMP dan SMA Banten yang memperebutkan hadiah 10.000.000 rupiah untuk pemenang pertama—misalnya—telah menggaet tak kurang dari 120 naskah review (sejak awal April – 28 Mei 2012). Lomba penulisan puisi-esai tingkat nasional (dari 16 Juni – 28 Oktober 2012) yang memperebutkah total hadiah 50.000.000 rupiah telah menghimpun tak kurang dari 429 naskah dari berbagai anak bangsa di seluruh penjuru Nusantara.
Sementara lomba paling prestisius, lomba lukisan ITD (16 Juni – 15 September 2012), yang memperebutkan hadiah utama 100.000.000 rupiah telah melibatkan 114 lukisan karya anak bangsa dari seluruh penjuru Indonesia. Lomba foto tunggal dan foto esai tak kalah massifnya. Tak kurang dari 400 karya foto dari berbagai penjuru Nusantara berkisah tentang macam-macam praktek diskriminasi dalam lomba yang memperebutkan total hadiah 50.000.000 rupiah ini. Sementara lomba lagu yang berlangsung dari 16 Juni – 28 Oktgober 2012 berhasil menyaring sekitar 47 karya lagu yang dikirim dari berbagai penjuru Indonesia.[6]
* '''Pameran ITD'''
<gallery>
Berkas:lukisan-digital-1.jpg|Dua Wajah Pemimpin
Berkas:lukisan-digital-2.jpg|Bendera Kekerasan
Berkas:lukisan-digital-3.jpg|Ingin jadi Burung
Berkas:lukisan-digital-4.jpg|Anak Itu Bertanya
</gallery>
Pameran lukisan, foto tunggal dan foto esai, foto esai digital, dan lagu adalah tindak lanjut dari berbagai lomba ITD yang dilakukan sebelumnya. Pameran ini berlangsung sepekan, dari 11 - 18 Desember 2012. Berbagai lukisan dan foto yang dipajang di Sigiart Galery, Pisa Kafe Mahakam, Jakarta Selatan, seakan bersaksi tentang diskriminasi. Tak hanya bersaksi, semuanya berkisah tentang diskriminasi. Lagu-lagu pun bercerita tentang berbagai praktek diskriminasi.
Lukisan “Aku Tidak Menginginkan Hitam-Putih” menampilkan sepasang anak yang tak hendak dilukis hitam-putih. Sekali pun kuas sangat ingin menghitam-putihkan keduanya, tapi warna-warni lainnya lamat-lamat menyapu lengan, muka, dan baju mereka. Inilah lukisan Hudi Alfa, pemenang lomba lukis ITD yang telah memenangkan hadiah 100 juta rupiah. Lukisan Abdurrohman Wahid berkisah lebih gamblang lagi. Lelaki parlente duduk di kursi sambil menutup muka dengan tangannya. Kaki yang disilangkannya mengenakan sepatu merah berhak tinggi. Inilah lukisan “Batman dan Robin/Penolakan Diri” yang memenangkan juara kedua.
Foto esai “Punk not Dead” berkisah tentang diskriminasi yang terjadi di Serambi Mekah, Nanggroe Aceh Darussalam. Tanpa berkata-kata, “Punk not Dead” sudah berkisah dengan lantang tentang perlakuan diskriminatif yang diderita kemunitas punk. Foto tunggal berjudul Parmalin menunjukkan ekspresi lain dari diskriminasi. Seorang lelaki megacungkan KTP yang kosong kolom agama. Itu berkata-kata tentang problem minoritas agama di Indonesia sampai hari ini.
Foto esai digital yang dibuat Denny JA, penggagas gerakan Indonesia tanpa diskriminasi, dengan gamblang menyampaikan pesan Indonesia tanpa diskriminasi. Pada foto “Airmata Darah”, pesan termaktub:
Terusir dari tanah kami yang sah/ Hanya karena paham agama/ Muslim di Ambom, Kristen di Poso, Hindu di Lampung/ Ahmadiyah di Mataram, Syiah di Sampang/ Dan Kaharingan di Kalimantan Tengah.
Pameran ini diliput berbagai media nasional, baik cetak maupun elektronik. Antusiasme pengunjung tampak tinggi pada saat pembukaan acara. Seniman Arahmaiani mengoleskan kuas di atas kanvas kosong. Di sana ia menulis kalimat “Indonesia Tanpa Diskriminasi.” Para pengungjung pun mengoleskan berbagai pesan mereka di atas kanvas putih itu. Kanvas putih itu kini warna-warni, semuanya mengusung semangat Indonesia tanpa diskriminasi.
* '''Survei ITD'''
<gallery>
Berkas:kasus-1.jpg|Kerusuhan Maluku
Berkas:kasus-2.jpg|Konflik Komunal Dayak vs Madura
Berkas:kasus-3.jpg|Tragedi 13 Mei 1998
Berkas:kasus-4.jpg|Kasus Ahmadiyah di Mataram
Berkas:kasus-5.jpg|Konflik Lampung vs Bali
</gallery>
Gerakan ITD juga mendasarkan pergerakannya pada riset dan survei-survei tentang sikap publik Indonesia terhadap isu-isu toleransi dan diskriminasi. Sampai akhir Desember 2012, gerakan ITD telah melakukan dan merilis dua survei. Pertama tentang “Meningkatnya Populasi yang Tidak Nyaman dengan Keberagaman”. Dalam konpres Minggu, 21 Oktober 2012 ini dipaparkan temuan survei nasional Yayasan Denny JA dan LSI Community dari 1-8 Oktober 2012<ref name"survei"> [http://nasional.news.viva.co.id/news/read/361100-survei--angka-populasi-anti-keberagaman-meningkat][http://www.metrotvnews.com/read/newsvideo/2012/10/21/162279/LSI-Toleransi-Beragama-di-Indonesia-Menurun/6][http://m.poskotanews.com/2012/10/21/kelompok-yang-tidak-toleran-terhadap-keberagaman-meningkat/]Survei: Angka Populasi Anti-Keberagaman Meningkat</ref>.
Intinya terjadi peningkatan ketidaknyamanan publik Indonesia terhadap eksistensi mereka yang berbeda identitas. Dibanding survei LSI tahun 2005, ketidaknyamanan masyarakat Indonesia bertetangga dengan mereka yang berbeda agama, kelompok Syiah, Ahmadiyah, dan homoseksual mengalami peningkatan. Yang lebih mengkhawatrirkan, angka kesediaan masyarakat untuk menggunakan kekerasan juga meningkat signifikan. Di tahun 2005, angkanya cuma 9.8%, tapi di tahun 2012 sudah berada di angkat 24%.
Survei kedua memaparkan tentang 5 kasus kekerasan bernuansa diskriminasi terburuk sejak Reformasi 1998. Survei yang dirilis dengan judul Dicari: Capres 2014 yang Melindungi Keberagamaan ini diselenggarakan 23 Desember 2012. Inti survey mengungkapkan bahwa 67,5% publik Indonesia menilai Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono tidak maksimal dalam melindungi keragaman primordial di Indonesia. Inilah yang dipercayai publik sebagai pemicu maraknya tindakan diskriminasi dan kekerasan. Sembari itu, publik Indonesia juga berharap munculnya figure capres 2014 yang mampu melindungi keragaman masyarakat Indonesia tanpa diskriminasi <ref name="survei-3"> [http://nasional.kompas.com/read/2012/12/23/15581091/SBY.Tidak.Tegas.Kasus.Diskriminasi.Meningkat][http://nasional.kompas.com/read/2012/12/24/09144973/Presiden.yang.Dirindukan] [http://www.thejakartapost.com/news/2012/12/24/indonesia-more-tolerant-perceived-lsi.html]Survei LSI:Dicari: Capres 2014 yang Melindungi Keberagamaan ini diselenggarakan 23 Desember 2012</ref>.
* '''Amal'''
Gerakan ITD juga terlibat dalam acara amal. Berkerjasama dengan Satgas Perlindungan Anak, gerakan ITD mengirim tim pendongeng yang berupaya melipur lara anak-anak korban diskriminasi dan kekerasan yang menimpa warga Syiah di pengungsian Sampang, Madura, Jawa Timur.
Tragedi Sampang merupakan noda hitam lain dari diskriminasi dan intoleransi beragama di Indonesia. Sepekan setelah perayaan Idul Fitri (26 Agustus 2012), sekelompok massa menyerbu kediaman 600an warga Syiah di tiga dusun di Kecamatan Omben, Sampang, Madura. 37 rumah warga Syiah rusak, 1 orang tewas dan 6 orang lainnya luka-luka.Tim pendongeng berangka Kamis (30 Agustus 2012 ) dan tinggal di Sampang selama satu bulan dengan dukungan langsung Denny JA, penggagas gerakan ITD<ref name="sampang"> [http://www.rmol.co/read/2012/08/29/76091/Denny-JA-Kirim-Tim-Pendongeng-ke-Sampang-]Denny JA Kirim Tim Pendongeng ke Sampang</ref> .
 
== Buku dan karya ==