Anak-Anak Manusia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 60:
=='''Sinopsis'''==
 
ANAK-ANAK MANUSIA adalah cerita tentang kehidupan di sebuah kampung di pinggiran Jakarta, dengan tokoh utama seorang laki-laki yang bernama Mardani, yang tiap hari selalu berulah, membuat resah, bahkan tega untuk memfitnah walaupun akhirnya dia juga yang kena batunya. Tiap kali ketahuan salahnya, Mardani selalu bilang dia tidak akan mengulangi lagi kesalahannya, tapi itu hanya di bibir saja.. Esok atau lusa, dia akan terus membuat ulah dan membuat resah orang lain dengan segala tindakannya.
 
Konflik cerita dimulai ketika H Mansyur yang sudah berusia cukup lanjut, mengajak pengurus mesjid melihat sebidang tanah yang akan dia wakafkan untuk pembangunan madrasah. H Mansyur ingin wakafnya ini menjadi tabungan pahala jika dirinya sudah wafat nanti. Mardani, anak paling tua H Mansyur dan Selbi adiknya, datang dan marah-marah karena kecewa dengan niat ayahnya untuk mewakafkan tanahnya tanpa memberi tahu mereka dulu. Mardani menuduh Mawi, salah seorang pengurus mesjid yang mempengaruhi H Mansyur untuk mewakafkan tanahnya. H Mansyur marah kepada Mardani dan menyuruh Mardani pulang.
Baris 69:
 
Dengan segala akal liciknya Mardani bisa saja menghindar dari kemarahan H. Mansyur. Saat disuruh minta maaf kepada Mawi karena ulahnya, Mardani mengajak Encun istrinya yang bloon. Namun, begitu sampai di depan rumah Mawi, mendadak Mardani pura-pura sedang sakit perut. Alhasil, Encun sendirian yang meminta maaf pada keluarga Mawi
Selbi, adik Mardani, setali tiga uang dengan kelakuan abangnya. Putri H. Mansyur yang belum menikah di usianya yang sudah matang ini sering sekali mendukung ulah abangnya. Selbi pernah mau bunuh diri karena harga dirinya jatuh setelah mengira H. Mansyur mau menjodohkan dengan Mawi dijadikan istri kedua. Tapi setelah tahu bahwa yang dimaksud H. Mansyur adalah Dahlan, saudara Mawi yang ganteng, Selbi mengurungkan niatnya dan langsung bersikap baik kepada keluarga Mawi. Tapi Selbi harus patah hati setelah Dahlan ternyata tidak membalas cintanya.
 
Mardani terus berulah, membuat susah setiap orang, walaupun dia sudah berjanji untuk tak mengulangi lagi perbuatannya. Dan H. Mansyur dan warga kampung tidak lelah mengingatkan Mardani untuk jera akan sikapnya.