Maluku: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tjibbe I (bicara | kontrib)
+Sensus penduduk 2010: jumlah penduduk dan agama; -Bendera Republik Maluku Selatan; "Manise" bukan bagian dari nama ibukota; -templat Link GA/FA.
Tjibbe I (bicara | kontrib)
k Cetak tebal hanya sewaktu pertama kali dalam badan artikel, bukan 21 kali.
Baris 34:
}}
 
'''Maluku''' atau yang dikenal secara internasional sebagai '''Moluccas''' dan '''Molukken''' adalah [[provinsi]] tertua yang ada di [[Indonesia]] dimana lintasan sejarah Maluku sudah dimulai sejak zaman kerajaan-kerajaan besar di Timur Tengah, seperti kerajaan Mesir yang dipimpin Fir'aun. Bukti bahwa sejarah Maluku adalah yang tertua di Indonesia adalah catatan tablet tanah liat yang ditemukan di [[Persia]], [[Mesopotamia]] dan [[Mesir]] menyebutkan ''adanya negeri dari timur yang sangat kaya, merupakan tanah surga, dengan hasil alam berupa cengkeh, emas dan mutiara'', daerah itu tak lain dan tak bukan adalah tanah [[Maluku]] yang memang merupakan sentra penghasil [[Pala]], [[Fuli]], [[Cengkeh]] dan [[Mutiara]]. [[Pala]] dan [[Fuli]] dengan mudah didapat dari [[Kepulauan Banda|Banda Kepulauan]], [[Cengkeh]] dengan mudah ditemui di negeri-negeri di [[Pulau Ambon|Ambon]], Pulau-Pulau Lease ([[Saparua]], [[Haruku]] & [[Nusa laut]]) dan [[Pulau Seram|Nusa Ina]] serta [[Mutiara]] dihasilkan dalam jumlah yang cukup besar di [[Dobo|Kota Dobo, Kepulauan Aru]].
 
Ibukota Maluku adalah [[Kota Ambon|Ambon]] yang bergelar atau memiliki julukan sebagai ''Ambon Manise'', kota Ambon berdiri dibagian selatan dari [[Pulau Ambon]] yaitu di jazirah Leitimur. Ada wacana bahwa Kota [[Ambon|Ambon Manise]] sudah semakin padat, sumpek dan tidak lagi layak untuk menampung jumlah penduduk yang dari tahun ke tahun meningkat tajam yang merupakan ibukota Provinsi akan menjadi kota biasa karena ibukota direncanakan pindah ke negeri Makariki di [[Kabupaten Maluku Tengah]].
 
Jumlah penduduk provinsi ini tahun 2010 dalam hasil sensus berjumlah 1.533.506 jiwa. [[Maluku]] terletak di Indonesia Bagian Timur. Berbatasan langsung dengan [[Maluku Utara]] dan [[Papua Barat]] disebelah utara, [[Laut Maluku]], [[Sulawesi Tengah]] dan [[Sulawesi Tenggara]] disebelah barat, [[Laut Banda]], [[Timor Leste]] dan [[Nusa Tenggara Timur]] disebelah selatan serta [[Laut Aru]] dan [[Papua]] disebelah timur.
 
Maluku memiliki 2 agama utama yaitu agama [[Islam Sunni]] yang dianut 50,8 % penduduk Maluku dan agama [[Kristen]] (baik [[Protestan]] maupun [[Katolik]]) yang dianut 48,4 % penduduk Maluku.<ref name="SP2010agama" /> Maluku tercatat dalam ingatan sejarah dunia karena konflik atau tragedi krisis kemanusiaan dan konflik horizontal antara ''basudara Salam-Sarane'' atau antara Islam dan Kristen yang lebih dikenal sebagai [[Tragedi Ambon]]. Selepas tahun 2002, Maluku berubah wajah menjadi provinsi yang ramah dan damai di Indonesia, untuk itu dunia memberikan suatu tanda penghargaan berupa [[Gong Perdamaian Dunia]] yang diletakkan di ACC (Ambon City Centre).
 
Pada tahun [[1999]] ketika konflik atau tragedi krisis kemanusiaan dan konflik horizontal antara ''basudara Salam-Sarane'' atau antara Islam dan Kristen yang lebih dikenal sebagai [[Tragedi Ambon]] melanda [[Maluku]], sebagian wilayah [[Provinsi Maluku]] dimekarkan menjadi Provinsi [[Maluku Utara]], dengan ibukota di [[Sofifi]]. Namun, karena [[Sofifi|Kota Sofifi]] dinilai belum siap menjadi ibukota maka pusat pemerintahan sementara sampai 2009 berada di kota [[Ternate|Kota Ternate]] yang berada di [[Pulau Ternate]].
 
Provinsi Maluku dan Maluku Utara membentuk suatu gugus-gugus kepulauan yang terbesar di Indonesia dikenal dengan [[Kepulauan Maluku]] dengan lebih dari 4.000 pulau baik pulau besar maupun kecil.
Baris 49:
Nama Maluku disebutkan berasal dari 2 bahasa dengan bukti yang sama-sama kuat, yaitu :
* bahasa Arab
nama Maluku berasal dari kata dalam [[Bahasa Arab]] yaitu kata ''Al-Mulk'', ''Al-Mulk'' berarti sebagai tanah atau pulau atau negeri para raja. Hal ini memang benar karena [[Maluku]] sampai sekarangpun terdiri atas negeri-negeri kecil yang lumayan banyak dengan rajanya sendiri-sendiri.
* bahasa Ternate
nama Maluku berasal dari kata dalam [[Bahasa Ternate]] yaitu kata ''Moloku'' atau ''Moloko'', dua kata itu ''Moloku'' atau ''Moloko'' sama-sama berarti sebagai tanah air. Hal ini tercermin dari perkataan bangsa [[Ternate]] di masa lampau yang menyebutkan bumi [[Maluku]] belahan utara sebagai ''Moloku Kie Raha'' yang berarti tanah air dengan empat gunung. Keempat gunung yang dimaksud adalah 4 kerajaan atau kesultanan besar dari [[Maluku Utara]] yaitu [[Kerajaan Ternate]], [[Kerajaan Tidore]], [[Pulau Bacan|Bacan]] dan [[Jailolo]].
 
== Sosial Budaya ==
=== Suku Bangsa ===
Suku bangsa '''Maluku''' didominasi oleh ras suku bangsa [[Melanesia]] Pasifik yang masih berkerabat dengan [[Fiji]], [[Tonga]] dan beberapa bangsa kepulauan yang tersebar di kepulauan Samudra Pasifik.
 
Banyak bukti kuat yang merujuk bahwa Maluku memiliki ikatan tradisi dengan bangsa bangsa kepulauan pasifik, seperti bahasa, lagu-lagu daerah, makanan, serta perangkat peralatan rumah tangga dan alat musik khas, contoh: [[Ukulele]] (yang terdapat pula dalam tradisi budaya Hawaii).
Baris 63:
Sejak zaman dahulu, banyak di antara mereka yang sudah memiliki darah campuran dengan suku lain yaitu dengan bangsa [[Eropa]] (umumnya [[Belanda]] dan [[Portugal]]) serta [[Spanyol]],kemudian [[bangsa Arab]] sudah sangat lazim mengingat daerah ini telah dikuasai bangsa asing selama 2300 tahun dan melahirkan keturunan keturunan baru, yang mana sudah bukan ras [[Melanesia]] murni lagi namun tetap mewarisi dan hidup dengan beradatkan gaya Melanesia-Alifuru.
 
Karena adanya percampuran kebudayaan dan ras dengan orang Eropa dan Arab inilah maka [[Maluku]] merupakan satu-satunya wilayah [[Indonesia]] yang digolongkan sebagai daerah yang memiliki kaum [[Mestizo]] terbesar selain [[Timor Leste]] (Timor Leste, sekarang menjadi negara sendiri]]. Bahkan hingga sekarang banyak nama fam/mata ruma di Maluku yang berasal adat bangsa asing seperti [[Belanda]] (Van Afflen, Van Room, De Wanna, De Kock, Kniesmeijer, Gaspersz, Ramschie, Payer, Ziljstra, Van der Weden dan lain-lain) serta [[Portugal]] (Da Costa, De Fretes, Que, Carliano, De Souza, De Carvalho, Pareira, Courbois, Frandescolli dan lain-lain). Ditemukan pula fam/mata ruma keturunan bangsa [[Spanyol]] (Oliviera, Diaz, De Jesus, Silvera, Rodriguez, Montefalcon, Mendoza, De Lopez dan lain-lain) serta fam-fam [[Bangsa Arab|Arab]] yang langsung dari [[Hadramaut]] (Al-Kaff, Al Chatib, Bachmid, Bakhwereez, Bahasoan, Al-Qadri, Alaydrus, Assegaff dan lain-lain). Cara penulisan fam orang [[Ambon]]/Maluku pun masih mengikuti dan disesuaikan dengan cara pembacaan ejaan asing seperti ''Rieuwpassa'' (baca: Riupasa), ''Nikijuluw'' (baca: Nikiyulu), ''Louhenapessy'' (baca: Lohenapesi), ''Kallaij'' (baca: Kalai) dan ''Akyuwen'' (baca: Akiwen).
 
Dewasa ini, masyarakat Maluku tidak hanya terdapat di Indonesia saja melainkan tersebar di berbagai negara di dunia. Kebanyakan dari mereka yang hijrah keluar negeri disebabkan olah berbagai alasan. Salah satu sebab yang paling klasik adalah perpindahan besar-besaran masyarakat Maluku ke Eropa pada tahun 1950-an dan menetap disana hingga sekarang. Alasan lainnya adalah untuk mendapatkan kehidupan yang labih baik, menuntut ilmu, kawin-mengawin dengan bangsa lain, yang dikemudian hari menetap lalu memiliki generasi-generasi Maluku baru di belahan bumi lain. Para ekspatriat Maluku ini dapat ditemukan dalam komunitas yang cukup besar serta terkonsentrasi di beberapa negara seperti [[Belanda]] (yang dianggap sebagai tanah air kedua oleh orang Maluku selain tanah Maluku itu sendiri), Suriname dan Australia. Komunitas Maluku di wilayah lain di [[Indonesia]] dapat ditemui di [[Medan]], [[Palembang]], [[Bandung]], [[Jabodetabek]], [[Jawa Tengah]], [[Yogyakarta]], [[Jawa Timur]], [[Makassar]], [[Kupang]], [[Manado]], [[Kalimantan Timur]], [[Sorong]] dan [[Jayapura]].
Baris 71:
{{Lihat pula|Bahasa Ambon}}
 
Bahasa yang digunakan di provinsi Maluku adalah [[Bahasa Ambon]], yang merupakan salah satu dari rumpun bahasa Melayu timur yang dikenal sebagai bahasa dagang atau ''trade language''. Bahasa yang dipakai di [[Maluku]] terkhusus di [[Kota Ambon|Ambon]] sedikit banyak telah dipengaruhi oleh bahasa-bahasa asing, bahasa-bahasa bangsa penjelajah yang pernah mendatangi, menyambangi bahkan menduduki dan menjajah negeri/tanah [[Maluku]] di masa lampau. Bangsa-bangsa itu ialah bangsa [[Spanyol]], [[Portugis]], [[Arab]] dan [[Belanda]].
 
[[Bahasa Ambon]] selaku ''lingua franca'' di [[Maluku]] telah dipahami oleh hampir semua penduduk di wilayah provinsi [[Maluku]] dan umumnya, dipahami juga sedikit-sedikit oleh masyarakat Indonesia [[Timur]] lainny seperti orang [[Ternate]], [[Manado]], [[Kupang]] dll. karena [[Bahasa Ambon]] memiliki struktur bahasa yang sangat mirip dengan bahasa-bahasa ''trade language'' di wilayah Sulawesi Utara, [[Maluku Utara]], [[Papua]], [[Papua Barat]] serta [[Nusa Tenggara Timur]].
 
[[Bahasa Indonesia]] selaku bahasa resmi dan bahasa persatuan di Negara Kesatuan Republik [[Indonesia]] (NKRI) digunakan dalam kegiatan-kegiatan publik yang resmi dan formil seperti di kantor-kantor pemerintah dan di sekolah-sekolah serta di tempat-tempat seperti museum, bandara dan pelabuhan.
 
Maluku merupakan wilayah kepulauan terbesar di seluruh Indonesia, provinsi [[Maluku]] dan [[Maluku Utara]] menyusun sebuah ''big islands'' yang dinamai [[Kepulauan Maluku]]. Banyaknya pulau yang saling terpisah satu dengan yang lainnya, juga mengakibatkan semakin beragamnya bahasa yang dipergunakan di provinsi ini. Beberapa bahasa yang paling umum dipetuturkan di [[Maluku]] yaitu :
* bahasa [[Wamale]]
dipakai penduduk Negeri Piru,Seruawan,Kamarian dan Rumberu ([[Kabupaten Seram Bagian Barat]])
Baris 91:
bahasa yang merupakan turunan dari bahasa Seti dan dipakai oleh penduduk beretnis atau bersuku Gorom yang berdiam di kabupaten Seram Bagian Timur yang menyebar sampai [[Kepulauan Watubela]] dan [[Maluku Tenggara]]
 
Jika diakumulasikan, secara keseluruhan, terdapat setidaknya 140-an lebih bahasa-bahasa asli di kepulauan [[Maluku]]. Daftar berikut ini adalah daftar-daftar bahasa-bahasa asli yang dipetuturkan di Maluku :
 
{{col|3}}
Baris 188:
{{end-col}}
 
Tiga bahasa yang hampir punah adalah Palamata dan Moksela serta Hukumina. Ratusan bahasa diatas dipersatukan oleh sebuah bahasa pengantar yang telah menjadi [[lingua franca]] sejak lama yaitu [[Bahasa Ambon]]. Sebelum bangsa-bangsa asing ([[Arab]], [[Cina]], [[Spanyol]], [[Portugal|Portohis]], [[Belanda|Wolanda]] dan [[Inggris]]) menginjakan kakinya di Maluku, bahasa-bahasa asli [[Maluku]] tersebut sudah hidup setidaknya ribuan tahun dan menjadi bahasa-bahasa dari keluarga atau rumpun paling barat keluarga bahasa-bahasa Pasifik/Melansia (bahasa Papua-Melanesoid)
 
=== Agama ===
Baris 206:
Jumlah Vihara di Maluku tahun 2013 mencapai 5 buah
 
[[Gereja Protestan Maluku]] atau biasa dikenal sebagai GPM merupakan organisasi sinode dan pertubuhan gereja terbesar yang ada di Maluku, yang memiliki jemaat gereja di hampir seluruh negeri [[Kristen|Sarane]] di seluruh Maluku. Pada tahun 2013, jemaah haji yang pergi ke Mekkah dari provinsi [[Maluku]] ialah sebanyak 1.009 orang, dimana jemaah haji terbanyak berasal dari Kabupaten Maluku Tengah yaitu sebanyak 506 orang.
 
=== Sosial Budaya ===
Dalam masyarakat [[Maluku]] dikenal suatu sistem hubungan sosial yang disebut [[Pela]] dan [[Gandong]].
 
== Pemerintahan ==
Baris 539:
 
=== Energi ===
Kepulauan Indonesia bagian timur umumnya serta [[Maluku]] secara khususnya mengalami dampak benturan lempeng Pasifik, lempeng India-Australia dan lempeng Eurasia relatif lebih intensif yang menyebabkan wilayah ini menjadi salah satu yang sangat dinamis dengan berbagai jenis bahan tambang dan energi. Cadangan gas terbesar di Indonesia tercatat berada di blok [[Pulau Masela]] di MTB (Maluku Tenggara Barat).
 
=== Pariwisata ===
Baris 742:
 
=== Tarian ===
Tari yang terkenal dari negeri [[Maluku]] adalah [[tari Cakalele]] yang menggambarkan keperkasaan orang Maluku. Tari ini biasanya diperagakan oleh para pria dewasa sambil memegang Parang dan Salawaku (Perisai).
 
Ada pula Tarian lain seperti Saureka-Reka yang menggunakan pelepah pohon sagu. Tarian yang dilakukan oleh enam orang gadis ini sangat membutuhkan ketepatan dan kecepatan sambil diiringi irama musik yang sangat menarik.