Orang Peranakan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 26:
 
Tionghoa Selat didefinisikan sebagai mereka yang lahir atau tinggal di [[Negeri-Negeri Selat]]: sebuah koloni Inggris yang terdiri dari [[Pulau Pinang]], [[Malaka]] dan [[Singapura]] yang dibentuk tahun 1826.<ref name="ReferenceB"/> Tionghoa Selat tidak dianggap sebagai "''Baba Nyonya''" kecuali mereka menampilkan atribut fisik tertentu yang merupakan campuran Melayu pribumi dan Tionghoa.<ref name="ReferenceB">Keat Gin Ooi, ''Southeast Asia: a historical encyclopedia, from Angkor Wat to East Timor'' ABC-CLIO: 2004: ISBN 1-57607-770-5: 1791 pages</ref>
 
==Keturunan==
Kebanyakan Peranakan adalah dari keturunan [[bangsa Hoklo]] (Hokkien), meskipun sejumlah yang cukup besar adalah dari keturunan [[Tiociu]] atau [[Kanton]]. Peranakan sendiri adalah keturunan ras campuran, sebagian Tionghoa, sebagian Nusantara (Indonesia / Melayu).
 
''Baba Nyonya'' adalah subkelompok dalam masyarakat Tionghoa, dan adalah keturunan serikat Sino-pribumi (Tionghoa asli) di Melaka, Pinang, dan Indonesia. Adalah hal yang biasa bagi pedagang Tionghoa awal di Nusantara jaman dahulu untuk mengambil perempuan pribumi Nusantara dari Semenanjung Malaya / Sumatera / Jawa sebagai istri atau selir,<ref name="ReferenceB">Joo Ee Khoo; ''The Straits Chinese: a Cultural History'', Pepin Press,: 1996 ISBN 90-5496-008-6: 288 pages</ref> akibatnya ''Baba Nyonya'' memiliki campuran ciri-ciri budaya Tionghoa dan Nusantara.<ref name="ReferenceB"/>
 
Catatan tertulis dari awal abad ke-19 dan abad ke-20 menunjukkan bahwa pria Peranakan biasanya mengambil pengantin dari dalam komunitas ''Peranakan'' setempat. Keluarga Peranakan kadang-kadang mengimpor pengantin wanita dari China dan mengirim putri mereka ke China untuk mencari suami.
 
Beberapa sumber mengklaim bahwa Peranakan awal telah menikah-campur dengan penduduk Nusantara pribumi setempat; klaim ini mungkin berasal dari kenyataan bahwa beberapa pegawai yang menetap di Bukit Cina yang melakukan perjalanan ke Malaka dengan Laksamana dari Yunnan adalah Muslim Tionghoa. Namun pakar lainnya, melihat kurangnya kemiripan fisik, sehingga mereka berpendapat bahwa etnis Tionghoa Peranakan telah hampir tidak bercampur dengan Pribumi Nusantara. Satu kasus penting untuk mendukung klaim tentang percampuran tersebut adalah dari masyarakat Peranakan di [[Tangerang]], Indonesia, yang dikenal sebagai ''[[Cina Benteng]]''. Penampilan fisik mereka adalah [[Pribumi]] Nusantara, namun mereka mematuhi adat istiadat Peranakan, dan kebanyakan dari mereka adalah penganut [[Buddhisme]]. Beberapa Peranakan membedakan antara "''Baba-Peranakan''" (Peranakan dengan keturunan Melayu Semenanjung) dari "''Peranakan''" (mereka yang tanpa keturunan Melayu Semenanjung).
 
==Bahasa==