Ahmad Yani: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-[[File: +[[Berkas:)
Baris 45:
Sebagai Presiden [[Soekarno]] bergerak lebih dekat ke [[Partai Komunis Indonesia]] (PKI) di awal 60-an, Yani, yang sangat anti-komunis, menjadi sangat waspada terhadap PKI, terutama setelah partai menyatakan dukungannya terhadap pembentukan'' kelima kekuatan'' (selain keempat angkatan bersenjata dan polisi) dan Sukarno mencoba untuk memaksakan nya ''[[Nasakom]]'' (Nasionalisme-Agama-Komunisme) doktrin di militer. Kedua Yani dan Nasution menunda-nunda ketika diperintahkan oleh Soekarno pada tanggal 31 Mei 1965 mempersiapkan rencana untuk mempersenjatai rakyat.
 
Pada dini hari 1 Oktober 1965, [[Gerakan 30 September]] mencoba untuk menculik tujuh anggota staf umum Angkatan Darat. Sebuah tim dari sekitar 200 orang mengepung rumah Yani di Jalan Latuhahary No 6 di pinggiran Jakarta [[Menteng, Jakarta Pusat]]. Biasanya Yani memiliki sebelas tentara menjaga rumahnya. Istrinya kemudian melaporkan bahwa seminggu sebelum tambahan enam orang ditugaskan kepadanya. Orang-orang ini berasal dari komando Kolonel Latief, yang diketahui Yani, adalah salah satu komplotan utama dalam Gerakan 30 September. Menurut istri Yani, orang-orang tambahan yang tidak muncul untuk bertugas pada malam itu. Yani dan anak-anaknya sedang tidur di rumahnya sementara istrinya keluar merayakan ulang tahunnya dengan tetap keluar istribersama sekelompok teman-teman dan kerabat. Dia kemudian menceritakan bahwa saat ia melaju pergi dari rumah sekitar pukul 23:00, ia melihat seseorang duduk di bayangan di seberang jalan seakan menjaga rumah di bawah observasipengawas. Dia berpikir apa-apa pada saat itu, tetapi setelah peristiwa pagi itu ia bertanya-tanya berbeda. Juga, dari sekitar jam 9 pm pada malam 30 September ada sejumlah panggilan telepon dibuat ke rumah pada interval, yang ketika menjawab akan bertemu dengan keheningan atau suara akan bertanya apa waktu itu. Panggilan terus sampai sekitar 01:00 dan Mrs Yani mengatakan dia memiliki firasat sesuatu yang salah malam itu.
 
Yani menghabiskan malam dengan peneleponbeberapa resmipertemuan, pukul 7 malam ia menerima seorang kolonel dari KOTI, Komando Operasi Tertinggi. Jendral [[Basuki Rahmat]], komandan divisi di [[Jawa Timur]], kemudian tiba dari markasnya di [[Kota Surabaya|Surabaya]]. Basuki datang ke Jakarta untuk melaporkan kepada Yani pada keprihatinan tentang meningkatnya aktivitas komunis di Jawa Timur. Memuji laporannya, Yani memintanya untuk menemaninya ke pertemuan keesokan harinya dengan Presiden untuk menyampaikan akunnyalaporannya.
 
Ketika para penculik datang ke rumah Yani dan mengatakan kepadanya bahwa ia akan dibawa ke hadapan presiden, ia meminta waktu untuk mandi dan berganti pakaian. Ketika inipenculik menolak ia menjadi marah, menampar salah satu prajurit penculik, dan mencoba untuk menutup pintu depan rumahnya. Salah satu penculik kemudian melepaskan tembakan, membunuhmembunuhnya secara umumspontan. Tubuhnya dibawa ke [[Lubang Buaya]] di pinggiran Jakarta dan, bersama-sama dengan orang-orang dari jenderal dibunuh lainnya, disembunyikan di sebuah sumur bekas.
 
Tubuh Yani, dan orang-orang korban lainnya, disinterreddiangkat pada tanggal 4 Oktober, dan semua diberi pemakaman kenegaraan pada hari berikutnya, sebelum dimakamkan di Taman Makam Pahlawan di [[Kalibata]]. Pada hari yang sama, Yani dan rekan-rekannya resmi dinyatakan HeroesPahlawan'' dari Revolusi'' dengan Keputusan Presiden Nomor 111/KOTI/1965 dan pangkatnya dinaikkan secara anumerta dari [[Letnan Jenderal]] untuk bintang ke-4 [[umum]] ([[Bahasa Indonesia|Indonesia]]:''Jenderal Anumerta'').
 
MrsIbu Yani dan anak-anaknya pindah dari rumah setelah kematian Yani. MrsIbu Yani membantu membuat bekas rumah mereka ke Museum publik yang berdiri sebagian besar seperti itu pada Oktober 1965, termasuk lubang peluru di pintu dan dinding, dan dengan perabot rumah itu waktu. Saat ini, banyak kota di Indonesia memiliki jalan dinamai Yani.
 
== Pendidikan ==