Sapta Dharma: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wargalamaksd (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Wargalamaksd (bicara | kontrib)
Baris 12:
1. '''Bapa Hardjo Sapuro''' sebagai Bapa Pantuntun Agung Sri Gutomo, sebagai penerima wahyu, sebelum menerima wahyu bukan ahli mengobati dengan magnetisme, bukan dukun, pekerjaan beliau selain tukang cukur, adalah penjual kambing. ''Informasi ini saya dapatkan dari saksi yang masih hidup sekarang ini 30 Januari 2013.'' Justru setelah menerima wahyu beliu mempunyai kemampuan untuk pengobatan dan banyak lagi kemampuan yang lain, begitu pula kejaiannya dengan warga Kerohanian Sapta Darma yang tekun ibadahnya, mereka akan mendapat anugrah berupa kemampuan lebih dari manusia umumnya bila mana ibadahnya dijalankan dengan tekun.
 
2. '''Kerohanian Sapta Darma''' berdasar dari perijinan bukan kebatinan, melainkan '''Kerohanian''' bahkan ketika wahyu di terima Bapa Harjo Sapura atau Bapa Panuntun Agung Sri Gutomo berbunyi '''Agama Sapta Dharma.''' KarenaSewaktu sewaktuJuru BapaBicara Panuntun Agung dipanggil(Ibu Suwartini Martodiharjo SH., anggota MPR fraksi Utusan Daerah) bertemu Menteri Agama pada masa pemerintahan Presiden keduaSoeharto Indonesiatentang masalah perijinan, menyatakan bahwa beliau (Bopo Panuntun Agung Sri Gutomo)tidak bersediapernah menyatakan diri sebagai nabi, sedang agama harus ada nabinya, maka jadilah Kerohanian Sapta Dharma. Kata 'Agama' yang tertulis pada "Agama Sapta Darma" tidak diartikan sebagai kata 'agama' pada umumnya, tetapi singkatan dari A= Asal mula kehidupan manusia dan gama = kama = bibit manusia yang suci.
 
3. '''Kerohanian Sapta Darma bukan pecahan dari agama manapun.''' Oleh karena itu Allah di dalam Kerohanian Sapta Darma bukanlah Hyang Widhi, karena Hyang Widhi adalah Allah pada Agama Hindu, dan tidak didirikan oleh bapa Hardjo Sapuro, melainkan datang dengan sendirinya kepada beliau. ''[http://www.kerohanian-semarang.blogspot.com/2011/06/riwayat-penerimaan-wahyu-ajaran.html]''