Joesoef Ronodipoero: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Ennio morricone memindahkan halaman Jusuf Ronodipuro ke Joesoef Ronodipoero: penulisan yg benar |
buat halaman baru |
||
Baris 1:
{{Infobox Person
'''Muhammad Jusuf Ronodipuro''' ({{lahirmati|[[Kota Salatiga|Salatiga]], [[Jawa Tengah]]|30|9|1919|[[Jakarta]]|27|1|2008}}) adalah [[duta besar]] [[Indonesia]]. Pada awalnya ia dikenal sebagai penyiar kemerdekaan Republik Indonesia secara luas. Ia juga adalah salah satu pendiri dari [[RRI]]. Selain itu ia pernah menjadi duta besar luar biasa di [[Uruguay]], [[Argentina]], dan [[Chili]]. Ia meninggal dunia karena sakit (stroke) dan dimakamkan di [[Taman Makam Pahlawan Kalibata]], Jakarta.▼
| name = Joesoef Ronodipoero
| image = Jusuf Ronodipuro.jpg
| alt =
| caption = Yusuf Ronodipuro
| birth_name =
| birth_date = {{Birth date|1951|11|14}}
| birth_place = {{flagicon|Hindia Belanda}} [[Salatiga]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{death date and age|2008|1|28|1951|11|14}}
| death_place = {{flagicon|Indonesia}} [[Jakarta Selatan]], [[Indonesia]]
| residence =
| nationality = {{flagicon|Indonesia}} [[Indonesia]]
| education =
| known_for = Menyiarkan [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]]<br>Mendirikan [[Radio Republik Indonesia]]
| other_names =
| occupation = [[Wartawan]], [[Diplomat]]
| awards =
| years_active =
| notable_works =
| website =
}}
▲'''Moehammad Joesoef Ronodipoero''' ([[EYD]]:'''Muhammad
Yusuf Ronodipuro dianggap sebagai salah satu tokoh pahlawan Indonesia karena perannya dalam menyiarkan [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] ke seluruh dunia saat dia bekerja di Radio ''[[Hoso Kyoku]]''. Dia juga adalah salah satu pendiri dari [[Radio Republik Indonesia]] pada tanggal [[11 September]] [[1945]], yang berdiri sampai sekarang, dan kemudian hari jadinya diperingati setiap tanggal [[11 September]].
==Latar belakang==
Yusuf Ronodipuro lahir di [[Salatiga]], [[Jawa Tengah]] pada tanggal [[30 September]] [[1919]]. Pasangannya bernama Siti Fatima Rassat, dan mempunyai tiga anak: Dharmawan, Irawan, dan Fatmi. Dia meninggal dunia di [[RSAD Gatot Soebroto]] tanggal 28 Januari 2008 karena penyakit komplikasi [[stroke]] dan [[kanker paru-paru]] yang disebabkan kebiasaannya sebagai pe[[rokok]] berat. Dia dimakamkan di [[Taman Makam Pahlawan Kalibata]], Jakarta. Namun, pemakamannya tidak dihadiri banyak orang karena berbarengan dengan peristiwa kematian dan pemakaman [[Soeharto]], Presiden ke-2 Indonesia.
== Masa pendudukan Jepang ==
Pada tahun 1942, [[Hindia-Belanda]] dikalahkan oleh Tentara ''Dai Nippon'' ([[Tentara Kekaisaran Jepang]]) dan Tentara [[KNIL]] menyerah. Sejak itu Hindia-Belanda bubar dan administrasi [[Kerajaan Belanda]] keluar dari Nusantara. Yusuf Ronodipuro sendiri sejak tahun 1943 bekerja sebagai [[wartawan]] radio militer Jepang di Jakarta, yang disebut ''[[Hoso Kyoku]]''. Radio ini dipimpin oleh personil Tentara Jepang, yaitu Letkol [[Tomo Bachi]], sedangkan wakilnya adalah orang Indonesia bernama [[Utoyo Ramlan]]. Pemimpin redaksinya adalah [[Bahtar Loebis]], kakak dari sastrawan dan wartawan [[Mochtar Loebis]]. Mochtar Loebis kala itu juga sering dipercaya untuk membawakan siaran mancanegara di Radio ''Hoso Kyoku''.
Datangnya hari kemerdekaan Indonesia sama sekali tidak terduga. Jepang dijatuhi [[bom atom]] oleh [[Amerika Serikat]], yaitu di [[Hiroshima]] pada tanggal [[6 Agustus]] [[1945]], kemudian di [[Nagasaki]] tanggal [[9 Agustus]] 1945. Jepang kemudian menyerah tanpa syarat pada [[Tentara Sekutu]], namun berita ini belum sampai ke khalayak umum Indonesia, karena saat itu jumlah pendengar radio Indonesia sangat jarang.
Saat Ronodipuro bekerja di Radio ''Hoso Kyoku'', dia sendiri belum mendengar kabar tersebut. Tiba-tiba siaran luar negeri Radio ''Hoso Kyoku'' ditutup entah kenapa. Mochtar Loebis yang dipercaya menangani pemberitaan mancanegara kemudian membisiki Yusuf bahwa Tentara Kekaisaran Jepang telah menyerah pada Tentara Sekutu. Didorong semangat profesi wartawannya, Yusuf berangkat ke markas perkumpulan pemuda "[[Menteng 31]]", markas berkumpulnya pejuang muda Indonesia kala itu.
Di markas "Menteng 31" telah ada rapat yang dipimpin oleh [[Soekarni]]. Semua telah mendengar kabar penyerahan Tentara Kekaisaran Jepang dari [[Adam Malik]] yang kala itu bekerja sebagai wartawan ''[[Domei]]''. Soekarni berkata bahwa para pemuda hendak mengambil alih Radio Jepang. Ronodipuro yang paham tentang ''Hoso Kyoku'' pun diajak berdiskusi tentang bagaimana cara untuk merebut stasiun tersebut, karena saat itu stasiun radio tersebut dijaga ketat oleh ''[[Kempetai]]'', [[polisi militer]] Tentara Kekaisaran Jepang.
== Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia==
Jumat pagi pukul 10.00 tanggal [[17 Agustus]] [[1945]], Proklamasi Kemerdekaan berhasil dibackan oleh [[Soekarno]] di Jalan Pegangsaan Timur 56. Ronodipuro sendiri saat itu tidak mendengar kabar tersebut, karena para staf ''Hoso Kyoku'' sejak hari Rabu sebelumnya sudah tidak diizinkan untuk masuk atau keluar stasiun radio tersebut, semuanya ada di dalam. Mendadak seorang bernama Syahrudin mencari Ronodipuro dan memberikan selembar surat pendek dari [[Adam Malik]] yang berisi naskah proklamasi.
Ronodipuro tidak mengerti bagaimana Syahrudin bisa masuk gedung stasiun radio yang sekarang ada di Jalan Medan Merdeka Barat 4-5 ini karena dijaga ketat oleh Kempetai. Saat akan menyiarkan berita tersebut, Ronodipuro juga bingung karena semua ruang studio siaran dijaga oleh Kempetai, namun dia mengingat bahwa studio siaran manca negara sudah tidak digunakan. Namun, ruangan ini tidak dilengkapi peralatan pemancar. Ronodipuro kemudian menanyakan kepada bagian teknis, dan mendapat gagasan untuk merubah pengaturan kabel radio, sehingga kabel pemancar siaran dalam negeri tersambung dengan pemancar manca negara, sehingga saat siaran, di studio akan terlihat dan terdengar layaknya siaran biasa.
Setelah semuanya siap, pada pukul 19.00, Yusuf Ronodipuro yang kala itu berusia 26 tahun, membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia lewat siaran manca negara ke seluruh dunia. Setelah kira-kira 20 menit, dia juga membacakan naskah tersebut dalama [[Bahasa Inggris]], sehingga radio-radio internasional seperti [[BBC]] [[London]], Radio [[Amerika]], [[Singapura]] dan lainnya bisa mengerti maksud siaran tersebut, dan meneruskannya, sehingga seluruh dunia mendengar kabar tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia ini. Aksi berani Ronodipuro ini kemudian diketahui oleh Tentara Kekaisaran Jepang, karena siaran tersebut akhirnya juga ditangkap oleh Radio di negeri [[Jepang]]. Seluruh staf ''Hoso Kyoku'' yang terlibat dalam aksi ini dikenai hukuman disipliner berupa siksaan fisik oleh Tentara Kekaisaran Jepang yang menjaga stasiun tersebut.
Setelah itu, Ronodipuro mendirikan [[Radio Suara Indonesia]] dari barang-barang elektronik bekas. Tanggal [[25 Agustus]] Soekarno dimohon untuk menyampaikan pidatonya di radio tersebut. Ini adalah pidato pertama Soekarno sebagai [[Presiden Republik Indonesia]]. [[Mohammad Hatta]] sendiri menyampaikan pidato pertamanya tanggal [[29 Agustus]].
Saat itu di Radio Jepang di daerah-daerah selain Jakarta masih banyak yang melanjutkan siaran, karena tidak dijaga seketat Jakarta. Hal ini disebabkan karena Kempetai sudah tidak sekuat seperti sebelum [[Penyerahan Jepang]]. Ronodipuro meminta kepada [[Abdulrahman Saleh (pahlawan)|Abdulrahman Saleh]] supaya radio-radio di daerah tadi sebaiknya mengadakan adanya kelanjutan siaran, untuk menyebarkan semangat perjuangan. Gagasan ini diterima, dan tanggal [[10 September]] 1945, pimpinan-pimpinan radio daerah, dari [[Surakarta]], [[Yogyakarta]], [[Bandung]], [[Semarang]] dan lain-lain berkumpul untuk membicarakan hal ini. Semuanya menyetujui untuk meminta pemerintah Jepang untuk memberikan stasiun radio mereka kepada Republik Indonesia. Jepang menolak permintaan ini, karena menurut perjanjian Penyerahan Jepang, Indonesia hendak diserahkan kepada Tentara Sekutu.
Tanggal [[11 September]] rapat kembali diadakan, menyetujui didirikannya [[Radio Republik Indonesia]] (RRI) dan supaya sekali lagi meminta pemerintah Jepang untuk memberikan stasiun-stasiun radio di daerah. Karena tetap menolak, akhirnya terjadi perebutan secara paksa terhadap stasiun-stasiun radio daerah tersebut. Namun hal ini tidak mendapat perlawanan banyak karena moral Tentara Kekaisaran Jepang yang sudah jatuh pasca Penyerahan Jepang kepada Tentara Sekutu. Ronodipuro akhirnya menjadi Kepala RRI.
Tentara Sekutu yang memenangkan [[Perang Dunia II]] kemudian tiba di Indonesia. Saat itu setelah Rapat Akbar Ikada, kaum muda merebut kantor-kantor Jepang untuk menjadi milik Republik Indonesia, termasuk ''Hoso Kyoku''. Saat Tentara [[Kerajaan Belanda]] menumpang Tentara Sekutu untuk mengambil alih Indonesia, yaitu [[Agresi Militer Belanda I]] tahun [[1946]], RRI direbut oleh Tentara Kerajaan Belanda, dan Yusuf Ronodipuro kemudian ditangkap dan dipenjara tanggal [[21 Juli]] [[1947]].
==Kedaulatan Indonesia di tahun 1949==
Setelah [[Kerajaan Belanda]] mengakui kedaulatan Indonesia pada tahun 1949, Yusuf Ronodipuro menjabat kembali sebagai Kepala RRI Serikat. Setelah itu dia dipercaya mengembang tanggung jawab negara di luar negeri sebagai [[Duta Besar]] atau utusan Indonesia ke [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]].
== Rujukan==
* {{jv}} Winarto. 2005. "M. Yusuf Ronodipuro Bapak RRI. Dipala Jepang Nganti Dheglok Marga Nggiyarake Proklamasi" ing ''[[Damar Jati]]'' 2005:4 kaca 26-27, 36.
== Pranala luar ==
Baris 15 ⟶ 70:
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Kelahiran 1919]]
[[Kategori:Kematian 2008]]
|