Joesoef Ronodipoero: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 41:
Ronodipuro tidak mengerti bagaimana Syahrudin bisa masuk gedung stasiun radio yang sekarang ada di Jalan Medan Merdeka Barat 4-5 ini, karena kala itu dijaga ketat oleh Kempetai. Saat akan menyiarkan berita tersebut, Ronodipuro juga bingung karena semua ruang studio siaran dijaga oleh Kempetai, namun dia mengingat bahwa studio siaran manca negara sudah tidak digunakan. Namun, ruangan ini tidak tersambung dengan pemancar. Ronodipuro kemudian menanyakan kepada bagian teknis, dan mendapat gagasan untuk merubah pengaturan kabel stasiun radio, sehingga kabel pemancar siaran dalam negeri tersambung dengan pemancar manca negara, sehingga saat siaran, di studio akan terlihat dan terdengar layaknya siaran biasa.
 
Setelah semuanya siap, pada pukul 19.00, Yusuf Ronodipuro yang kala itu berusia 26 tahun, membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia lewat siaran manca negara ke seluruh dunia. Setelah kira-kira 20 menit, dia juga membacakan naskah tersebut dalam [[Bahasa Inggris]], sehingga radio-radio internasional seperti [[BBC]] [[London]], Radio [[Amerika]], [[Singapura]] dan lainnya bisa mengerti maksud siaran tersebut dan meneruskannya, sehingga seluruh dunia mendengar kabar tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia ini. Aksi berani Ronodipuro ini kemudian diketahui oleh Tentara Kekaisaran Jepang, karena siaran tersebut akhirnya juga ditangkap oleh radio di negeri [[Jepang]]. Seluruh staf ''Hoso Kyoku'' yang terlibat dalam aksi ini dikenai hukuman disipliner berupa siksaan fisik oleh tentara Jepang yang menjaga stasiun tersebut.
 
Setelah peristiwa tersebut, Ronodipuro mendirikan [[Radio Suara Indonesia]] dari barang-barang elektronik bekas. Tanggal [[25 Agustus]] Soekarno dimohon untuk menyampaikan pidatonya di radio tersebut. Ini adalah pidato pertama Soekarno sebagai [[Presiden Republik Indonesia]]. [[Mohammad Hatta]] sendiri menyampaikan pidato pertamanya tanggal [[29 Agustus]].<ref>[Winarto. 2005. "M. Yusuf Ronodipuro Bapak RRI. Dipala Jepang Nganti Dheglok Marga Nggiyarake Proklamasi" ing ''[[Damar Jati]]'' 2005:4 kaca 26-27, 36.]</ref>