Mengutip pendapat PecelHenczel dalam Singh (2007), Cut Zurnali mengemukakan bahwa untuk mendefinisikan ''knowledge'' benar-benar sulit sebagaimana menggabungkan banyak ''intangibles'' seperti pengalaman (''experience''), intuisi (''intuition''), pertimbangan (''judgement''), keahlian (''skill''), dan pelajaran yang dipelajari (''lessons learned''), yang secara potensial memperbaiki berbagai tindakan. ''Knowledge'' merupakan keadaan kognitif pikiran yang dicapai dengan menggabungkan pemahaman dan kognisi (''understanding and cognition''). Hal ini sering ditunjukkan sebagai penyusunan dan pendokumentasian ''knowledge'' seperti ''patents'', ''databases'', ''manuals'', ''reports'', ''procedures'', dan ''white papers''.
Terdapat beberapa definisi manajemen pengetahuan, yang dirangkum Singh dalam Cut Zurnali (2008), yaitu:
Baris 28:
== Knowledge Management System Conceptual Model ==
Berdasarkan pendapat-pendapat DeDenise (2007), Nonaka and Takeuchi (1995), Sarvary (1999), Choo (1998), Davenport et al. (1998), dan Zarifian (1999), Cut Zurnali (2008) mencoba mengungkap model konseptual sistem knowledge management. Model yang dikemukakan memperhitungkan pengetahuan individual (individual knowledge) sebagai starting point bagi penciptaan pengetahuan keorganisasian . Dan sejak informasi telah menjadi bahan dasar (raw material) dari pegangan pengetahuan individual, maka ia merupakan landasan dasar dari organisasi pengetahuan (knowledge organization). Cut Zurnali (2008) menambahkan bahwa pengetahuan individual yang muncul merupakan kombinasi dari informasi, interpretasi, refleksi, dan pengalaman dalam sebuah konteks yang pasti (certain context). Selanjutnya perlu dipertimbangkan juga pentingnya mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan yang ada.