Nahdlatul Wathan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Srikandi dm (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Srikandi dm (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 6:
Hingga saat ini NW sebagai organisasi massa masih terpecah menjadi dua kubu. Salah satu kubu disebut dengan NW PANCOR yang menunjukkan lokasi kantor pusatnya yang terletak di Pancor, Lombok Timur dan kubu berikutnya disebut sebagai NW ANJANI karena lokasi pusat gerakannya berada di Anjani, Lombok Timur. Sejarah terpecahnya NW semata-mata karena politik organisasi saja dan tidak terkait dengan hal-hal yang bersifat sakral. <br />
Perpecahan terbesar tersebut terjadi pasca penetapan salah satu putri pendiri NW, yaitu Ummi Hj. Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid sebagai Ketua Umum PBNW di Muktamar X di Praya, Lombok Tengah menggantikan almarhum suaminya, Drs. H. Lalu Gede Sentane<ref name="arsipyy">''Arsipyy''. [http://laluhendribagus.blogspot.com/2012/07/sejarah-perpindahan-pusat-nw.html Sejarah Perpindahan Pusat NW]. Diakses 22 Agustus 2013.</ref>. Hasil Muktamar yang menghasilkan kepemimpinan perempuan tersebut dipolitisir dan ditolak oleh keluarga NW di Pancor. Jauh sebelumnya, sebelum wafatnya [[Muhammad Zainuddin Abdul Madjid|TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid]], memang sudah tampak persaingan antara dua putri pendiri NW tersebut yaitu Ummi Hj. Sitti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid dengan Ummi Hj. Sitti Rauhun Zainuddin Abdul Madjid.<br />
 
<br />
Sebelum tragedi perpecahan terbesar tersebut, NW telah berkali-kali mengalami tantangan berupa konflik internal. Menjelang tahun 1982, misalnya, terjadi pembekuan terhadap kepengurusan PWNW Lombok Tengah hanya karena Alm. Drs. H. Lalu Gede Sentane yang notabene menjadi menantu pendiri NW sakit hati karena merasa tidak didukung untuk mencalonkan diri sebagai Bupati Lombok Tengah kala itu oleh PWNW Lombok Tengah sendiri. Konflik tersebut menjalar keluar sehingga NW menyatakan sikap untuk Gerakan Tutup Mulut (GTM) dalam menyikapi pilihan politik mereka yang selama ini disalurkan melalui Golongan Karya<ref name="arsipxx">''Arsipxx''. [http://etnohistori.org/etnografi-konflik-kekuasaan-nahdlatul-wathan-nw-di-lombok-bag-2-kharisma-maulana-syaikh-saipul-hamdi.html Etnografi Konflik &amp; Kekuasaan Nahdlatul Wathan (NW) di Lombok (bagian 2): Kharisma Maulana Syaikh]. Diakses 22 Agustus 2013.</ref>. <br />
 
Konflik tersebut menjalar keluar sehingga NW menyatakan sikap untuk Gerakan Tutup Mulut (GTM) dalam menyikapi pilihan politik mereka yang selama ini disalurkan melalui Golongan Karya<ref name="arsipxx">''Arsipxx''. [http://etnohistori.org/etnografi-konflik-kekuasaan-nahdlatul-wathan-nw-di-lombok-bag-2-kharisma-maulana-syaikh-saipul-hamdi.html Etnografi Konflik &amp; Kekuasaan Nahdlatul Wathan (NW) di Lombok (bagian 2): Kharisma Maulana Syaikh]. Diakses 22 Agustus 2013.</ref>. <br />
AkibatSejarah perlakuanperpecahan tersebut, beberapaberikut kaderrentetan NWsejarah Lombokpertikaian Tengahinternal menyatakandi sikaptubuh untukNW keluartampaknya daritelah NW.dilupakan Konon,karena suratada pengunduranupaya diriuntuk menyembunyikan fakta tersebut tidakdisamping pernahjuga ditanggapikarena baiksejarah olehperpecahan PBNWterbesar maupunantara olehdua putri [[Muhammad Zainuddin Abdul Madjid|TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid]] sendirijauh lebih menguras energi jamaah NW dan para pengamat yang mengikuti perkembangan sejarah NW.<br />
 
Sejarah perpecahan tersebut berikut rentetan sejarah pertikaian internal di tubuh NW tampaknya telah dilupakan karena ada upaya untuk menyembunyikan fakta tersebut disamping juga karena sejarah perpecahan terbesar antara dua putri [[Muhammad Zainuddin Abdul Madjid|TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid]] jauh lebih memakan energi jamaah NW dan para pengamat yang mengikuti perkembangan sejarah NW.<br />
Setelah dipimpin oleh [[Tuan Guru Bajang KH M Zainul Majdi]], PBNW versi Pancor berkali-kali mengupayakan ishlah antara dua kubu, namun kerap kali gagal. Pasca terpilihnya [[Tuan Guru Bajang KH M Zainul Majdi]] sebagai Gubernur NTB, rekonsiliasi tersebut mulai membuahkan hasil. Puncaknya pada acara HULTAH NWDI ke 75 tanggal 25 Juli 2010 di Pancor, kedua putri pendiri NW, Umi Raehanun dan Umi Rauhun dapat duduk bersandingan di hadapan jamaah NW setelah sekian lama terpisahkan. Banyak kalangan yang berharap momentum tersebut akan menjadi tonggak baru persatuan organisasi terbesar di NTB tersebut, kalaupun tidak, hal tersebut dapat menjadi langkah awal dalam menggelorakan semangat ''fastabiqul khairat'', sebagaimana sering diungkapkan [[Tuan Guru Bajang KH M Zainul Majdi]].