Sejarah Sumatera Barat: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 180.253.202.80 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Iwan Novirion |
Rahmatdenas (bicara | kontrib) |
||
Baris 69:
Perlawanan terhadap Belanda di Sumatera Barat pada awal abad ke-20 memiliki warna Islam yang pekat. Dalam hal ini gerakan Islam modernis atau yang lebih dikenal sebagai [[Kaum Muda]] sangat besar peranannya.
Ulama-ulama Kaum Muda mendapat pengaruh besar dari modernis Islam di [[Kairo]], yaitu [[Muhammad Abduh]] dan [[Rasyid Ridha|Syekh Muhammad Rasyid Ridha]], dan juga senior mereka [[Jamaluddin Al-Afghani]]. Para pemikir ini punya kecenderungan berpolitik, namun karena pengaruh [[Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi]] yang menjadi guru ulama Kaum Muda generasi pertama mereka umumnya hanya memusatkan perhatian pada dakwah dan pendidikan. [[Abdullah Ahmad]] mendirikan majalah ''[[Al-Munir (majalah)|Al-Munir]]'' (1911-1916), dan beberapa ulama kaum Muda lain seperti [[Haji Abdul Karim Amrullah|H. Abdul Karim Amrullah]] (Haji Rasul) dan Muhammad Thaib ikut menulis di dalamnya.
Dari majalah ini pemikiran kaum muda semakin disebarkan. Ulama Kaum Muda menantang konsep agama tradisional yang sudah mapan, menentang taqlid buta, dan merangsang sikap kebebasan berpikir. Tulisan dan pidato mereka memicu pertentangan dan perdebatan sengit di ranah Minang.
|