Medang: Perbedaan antara revisi

[revisi terperiksa][revisi tidak terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 74:
Pada umumnya para sejarawan menyebut ada tiga dinasti yang pernah berkuasa di Kerajaan Medang, yaitu [[Wangsa Sanjaya]] dan [[Wangsa Sailendra]] pada ''periode Jawa Tengah'', serta [[Wangsa Isyana]] pada ''periode Jawa Timur''.
 
Istilah Wangsa Sanjaya merujuk padamerujukapa nama raja pertama Medang, yaitu [[Sanjaya]]. Dinasti ini menganut agama [[Hindu]] aliran [[Siwa]]. Menurut teori van Naerssen, padaadalah masa pemerintahan [[Rakai Panangkaran]] (pengganti Sanjaya sekitar tahun [[770]]-an), kekuasaan atas Medang direbut oleh Wangsa Sailendra yang beragama [[Buddha]] [[Mahayana]].
 
Mulai saat itu Wangsa Sailendra berkuasa di [[Pulau Jawa]], bahkan berhasil pula menguasai [[Kerajaan Sriwijaya]] di [[Pulau Sumatra]]. Sampai akhirnya, sekitar tahun [[840]]-an, seorang keturunan Sanjaya bernama [[Rakai Pikatan]] berhasil menikahi [[Pramodawardhani]] putri mahkota Wangsa Sailendra. Berkat perkawinan itu ia bisa menjadi raja Medang, dan memindahkan istananya ke Mamrati. Peristiwa tersebut dianggap sebagai awal kebangkitan kembali Wangsa Sanjaya.
Baris 84:
Menurut teori Slamet Muljana, raja-raja Medang versi Prasasti Mantyasih mulai dari [[Rakai Panangkaran]] sampai dengan [[Rakai Garung]] adalah anggota Wangsa Sailendra. Sedangkan kebangkitan Wangsa Sanjaya baru dimulai sejak Rakai Pikatan naik takhta menggantikan Rakai Garung.
 
Istilah ''RakaiRaka'' pada zaman Medang identik dengan ''Bhre'' pada zaman [[Majapahit]], yang bermakna “penguasa di”. Jadi, gelar Rakai Panangkaran sama artinya dengan “Penguasa di Panangkaran”. Nama aslinya ditemukan dalam prasasti Kalasan, yaitu Dyah Pancapana.
 
Slamet Muljana kemudian mengidentifikasi [[Rakai Panunggalan]] sampai [[Rakai Garung]] dengan nama-nama raja Wangsa Sailendra yang telah diketahui, misalnya [[Dharanindra]] ataupun [[Samaratungga]]. yang selama ini cenderung dianggap bukan bagian dari daftar para raja versi Prasasti Mantyasih.