Efek media: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Memperbaiki judul dan sub judul |
||
Baris 12:
Pentingnya media massa, membuat peranannya begitu kuat dan hebat dalam mempengaruhi manusia. Manusia begitu tergantung pada media, hingga sampai ke urusan hidup sehari-hari. Media massa, seakan telah menjadi faktor penentu kehidupan manusia. Efek yang ditimbulkan oleh media itu sangat nyata dan jelas. Besarnya pengaruh media massa, menimbulkan efek pada kehidupan manusia. Karena itulah, efek yang ditimbulkan media massa menjadi perhatian para ahli. <ref name="nurudin">Nurudin, M.Si., Pengantar Komunikasi Massa, PT. Raja Grafindo Persada, 2007</ref>
====<br>JENIS-JENIS EFEK MEDIA====
Menurut Keith R. Stamm & John E. Bowes (1990), efek media dalam mempengaruhi manusia, dibagi menjadi dua bagian, yaitu : <ref name="kit">Keith R. Stamm & John E. Bowes, The mass communication process: a behavioral and social perspective, 1990</ref>
#Efek Primer, yaitu efek yang ditimbulkan karena adanya terpaan, perhatian dan pemahaman. Jika manusia tidak bisa lepas dari media massa, maka efek yang ditimbulkan sungguh-sungguh terjadi. Semakin memahami apa yang disampaikan oleh media, maka semakin kuat pula efek primer yang terjadi. Contoh terjadinya efek primer adalah, saat media menayangkan atau menulis berita mengenai maraknya polisi ditembak oleh orang tidak bertanggung jawab. Maka di saat yang sama, masyarakat tertarik menyimak berita itu dengan saksama. <ref>http://megapolitan.kompas.com/read/2013/09/11/0605455/Polisi.Kembali.Ditembak.Mati.Razia.pun.Digelar.Lagi.</ref>
#Efek Sekunder, yaitu efek yang ditimbulkan karena adanya perubahan tingkat kognitif (perubahan pengetahuan dan sikap) dan perubahan prilaku (menerima dan memilih). Yang termasuk dari efek sekunder adalah prilaku penerima yang ada dibawah kontrol langsung si pemberi pesan. Efek sekunder diyakini lebih menggambarkan realitas yang sungguh-sungguh terjadi di masyarakat. Salah satu bentuk efek sekunder adalah efek dari teori penggunaan dan kepuasan, atau uses and gratifications, yang memfokuskan perhatian pada audience atau masyarakat sebagai konsumen media massa, dan bukan pada pesan yang disampaikan. Dalam perspektif teori tersebut, audience dipandang sebagai partisipan yang aktif dalam proses komunikasi, meski tingkat keaktifan setiap individu tidaklah sama. Contoh terjadinya efek sekunder adalah, saat media mengulas tentang peristiwa penembakan polisi oleh orang yang tidak bertanggungjawab, maka reaksi masyarakat begitu beragam. Mereka lebih berhati-hati. Tak hanya polisi yang membekali diri <ref>http://news.detik.com/bandung/read/2013/09/18/173238/2362607/486/pemprov-jabar-siap-beli-5000-ribu-rompi-antipeluru-buat-polisi</ref>, masyarakat pun akhirnya melakukan hal serupa, yaitu membekali diri mereka dengan membeli rompi dan helm anti peluru. Terbukti, bahwa tingkat penjualan rompi dan helm anti peluru, mengalami peningkatan. <ref>http://banjarmasin.tribunnews.com/2013/09/15/ramai-ramai-beli-rompi-antipeluru</ref>
====<br>TEORI-TEORI EFEK MEDIA====
Efek media pada manusia semakin besar, saat televisi komersial hadir di tengah masyarakat pada tahun 1935. Dimana sejarah awal studi tentang efek, lebih difokuskan pada segi sikap dan prilaku. Oleh karenanya, efek media terbagi dalam tiga periode, yaitu : <ref name="kit"></ref>
Baris 37 ⟶ 35:
Masyarakat yang semakin modern, semakin mampu menyaring efek yang ditimbulkan media massa. Artinya, banyak variable yang turut mempengaruhi proses penerimaan pesan, yaitu tingkat pendidikan, lingkungan sosial, kebutuhan dan sistem nilai yang dianut masyarakat itu sendiri. Jadi, semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin selektif pula dalam menyeleksi pesan yang ditimbulkan oleh media. Misalnya saja, masyarakat tidak mudah percaya akan isi pesan suatu [[iklan]]. Maraknya iklan-iklan di televisi, bahwa sebuah produk bisa memutihkan gigi atau kulit dalam sekejap, tentu diragukan kebenarannya. Mayarakat sudah mampu menyaring, bahwa suatu pesan itu benar ataukah tidak, meskipun ada di antara masyarakat yang menggunakan produk tersebut. Dengan demikian, pesan dan efek dalam komunikasi massa, merupakan proses interaksi dan hasil negoisasi antara media dan masyarakat. Teori yang tepat untuk menggambarkannya adalah Teori Kebudayaan atau Cultural Theories. Menurut Stanley Baran dan Dennies Davis (1995) <ref>Stanley Baran and Dennis Davis, Mass Communication Theory, Belmont, CA: Wadsworth, 1995</ref>, bahwa pengalaman terhadap kenyataan, merupakan suatu konstruksi sosial yang berlangsung terus-menerus, jadi bukan sesuatu yang hanya dikirimkan begitu saja ke publik. Masyarakat tidak hanya bersikap pasif, namun ikut aktif mengolah informasi tersebut, membentuknya dan hanya menyimpan informasi yang memang memenuhi kebutuhannya secara kultural.
====
Sedemikian dahsyatnya efek media pada manusia. Komunikasi massa berhasil mempengaruhi masyarakat mulai dari efek [[kognitif]] (pengetahuan), afektif (emosional dan perasaan) dan behavioral (perubahan pada prilaku). Namun pada dasarnya, efek yang ditimbulkan tersebut tidak akan pernah bisa berdiri sendiri, karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Karena saat masyarakat menerima pesan, mereka tidak langsung menerimanya, namun menyaring pesan tersebut, dengan berpikir dan mempertimbangkannya. Karena masih ada faktor pribadi dan faktor sosial, yang menentukan seberapa besar efek media massa pada perubahan sikap dan prilaku manusia.<ref name="nurudin"></ref>
|