Semar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Andhiputra (bicara | kontrib)
M. Adiputra (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Semar Badranaya''' adalah tokoh punakawan yang dalam wayang Jawa /Sunda memiliki peran yang lebih utama ketimbang wayang babon (wayang dengan tokoh asli India). Merupakan Jelmaan dari Bambang Ismaya anak tertua dari [[Sang Hyang Tunggal]].
 
=== Kelahiran Semar ===
 
[[Sang Hyang Wenang]] berputra satu yang bernama [[Sang Hyang Tunggal]]. [[Sang Hyang Tunggal]] kemudian beristri [[Dewi Rekatawati]] putri kepiting raksasa yang bernama [[Rekata]]. Pada suatu hari [[Dewi Rekatawati]] bertelur dan dengan kekuatan yang menetap dari [[Sang Hyang Tunggal]]. telurTelur tersebut terbang menghadap [[Sang Hyang Wenang]], akhirnya telur tersebut menetas sendiri dengan berbagai keajaiban yang menyertainya, dimana kulit telurnya menjadi [[Tejamantri]] atau [[Togog]], putih telurnya menjadi [[Bambang Ismaya]] atau [[Semar]] dan kuning telurnya menjadi [[Manikmaya]] yang kemudian menjadi [[Batara Guru]].
 
Dalam riwayat lain telur tersebut menetas menajadi langit, bumi dan cahaya atau teja.
Sehingga dikatakan bahwa Semar adalah tokoh dominan sebagai pelindung bumi.
 
=== Persaingan atas suksesi kepimimpinan ===
 
Mereka bertiga sangat sakti dan semua ingin berkuasa seperti Ayahandanya [[Sang Hyang Tunggal]], akan tetapi menjadi perdebatan sehingga menimbulkan pertengkaran. Dikisahkan atas (kecerdikan (?) atau keculasan (?) [[Manikmaya]]) yang sebenarnya iapun mempunyai keinginan yang sama dengan mereka, [[Manikmaya]] mengajukan usul perlombaan untuk menelan gunung kemudian memuntahkannya kembali.
Dari sini banyak pelajaran yang dapat diambil karena gunung itu merupakan sesuatu untuk menancapkan atau mengokohkan kedudukan dibumi akan tetapi diperlombakan untuk ditelan walau kemudian untuk dimuntahkan kembali.Kemudian pelajaran yang diambil adalah janganlah memperebutkan sesuatu yang bukan haknya serta janganlah terhasut oleh usul yang nampaknya baik dan masuk akal.
Kemudian pelajaran yang diambil adalah janganlah memperebutkan sesuatu yang bukan haknya serta janganlah terhasut oleh usul yang nampaknya baik dan masuk akal.
 
[[Tejamantri]] yang mulai perlombaan pertama ternyata gagal untuk menelan gunung, dikarenakan tidak cukup ilmunya maka terjadi perubahan terhadap mulutnya.
[[Bambang Ismaya]] kemudian berusaha untuk menelan sebuah gunung dan berhasil akan tetapi sesuatu yang sudah ditelan pasti akan berubah dan [[Bambang Ismaya]] tidak dapat memuntahkannya kembali sehingga terjadi perubahan fisik pada perutnya yang membesar. Secara ilmu memadai akan tetapi kurang untuk memuntahkannya kembali.
 
Karena menelan gunung inilah maka bentuk Semar menjadi besar, gemuk dan bundar. Proporsi tubuhnya sedemikian rupa sehingga nampak sebagai orang cebol.
[[Manikmaya]] dalam cerita tidak dikatakan mengikuti perlombaan meski ia sendiri yang mengusulkan perlombaan ini, ia dikabarkan malah pergi memberitahukan periha kedua kakaknya kepada [[Sang Hyang Wenang]]. Atas berita dari [[Manikmaya]] tersebut [[Sang Hyang Wenang]] membuat keputusan bahwa [[Manikmaya]]lah yang akan menerima mandat sebagai penerus dan menjadi [[raja]] para [[dewa]].
Atas berita dari [[Manikmaya]] tersebut [[Sang Hyang Wenang]] membuat keputusan bahwa [[Manikmaya]] lah yang akan menerima mandat sebagai penerus dan menjadi [[raja]] para [[dewa]].
 
=== Akibat termakan hasutan dan tidak dapat menguasai diri ===
 
=== Akibat termakan hasutan dan tidak dapat menguasai diri ===
[[Bambang Ismaya]] dan [[Tejamantri]] harus turun kebumi, untuk memelihara keturunan [[Manikmaya]], keduanya hanya boleh menghadap [[Sang Hyang Wenang]] apabila [[Manikmaya]] bertindak tidak adil.
Dari sini terlihat dengan termakan isu adu domba ternyata [[Bambang Ismaya]] dan [[Tejamantri]] turun harkat derajatnya hanya sebagai pelindung keturunan [[Manikmaya]], semoga kita dapat mengambil pelajaran disini dan semoga bangsa kita ini jangan mau diadu domba lagi.
 
Dalam cerita [[Semar Gugat]] terjadi perselisihan antara [[Batara Guru]] yang menyamar menjadi [[Resi Wisuna]] dengan [[Semar]] dimana [[Batara Guru]] kehilangan nalarnya karena rasa kasih sayang terhadap anaknya [[Batara Kala]]. Semar mengalami perang tanding dengan [[Resi Wisuna]] yang tidak lain adalah [[Batara Guru]]/adiknya sendiri, dimana Semar terkena senjata [[Trisara]] sehingga menyebabkan Semar gugat ke [[Sang Hyang Wenang]].
[[Semar]] mengalami perang tanding dengan [[Resi Wisuna]] yang tidak lain adalah [[Batara Guru]]/ adiknya sendiri, dimana [[Semar]] terkena senjata [[Trisara]] sehingga menyebabkan [[Semar]] gugat ke [[Sang Hyang Wenang]].
 
=== Turun derajat dan diganti nama ===
[[Sang Hyang Wenang]] kemudian mengganti nama-nama mereka.
#. [[Manikmaya]] menjadi [[Batara Guru]].
#. [[Tejamantri]] berubah menjadi [[Togog]].
#. [[Bambang Ismaya]] berubah nama menjadi [[Semar]].
 
=== Tugas dan Jabatan ===
 
=== Tugas dan Jabatan ===
Kakak dari [[Batara Guru]] yang menguasai Swargaloka. Berada di Bumi untuk memberikan nasihat atau petuah petuah baik bagi para Raja [[Pandawa]] dan Ksatria juga untuk audiens tentunya. Memiliki [[Pusaka Hyang Kalimasada]] yang dititipkan kepada [[Yudistira]] yang merupakan pusaka utama para Pandawa. Memiliki tiga anak dari Istrinya Sutiragen, dalam versi Jawa Tengah maupun Timur adalah : [[Gareng]], [[Petruk]], [[Bagong]]. Sedangkan dalam versi Sundanya bernama : [[Astrajingga]] (Cepot), [[Dawala]], dan [[Gareng (bungsu)]].
 
Semar Badranaya adalah tokoh Lurah dari desa (Karang) Tumaritis yang merupakan bagian dari Kerajaan Amarta dibawah pimpinan Yudistira. Meskipun peranannya adalah Lurah namun sering dimintai bantuan oleh Pandawa dan Ksatria anak-anaknya bahkan oleh Batara Kresna sendiri bila terjadi kesulitan.
 
=== Kehebatan Semar ===
Disini hanya akan diungkapkan sebagian saja dari kehebatan-kehebatan Semar, diantaranya adalah :
#.* Tokoh ini bersama tokoh punakawan lainnya dibuat oleh para wali diantaranya Sunan Kalijaga dalam menebarkan Agama Islam di Jawa yang melalui akulturasi budaya. Dengan adanya tokoh punakawan, pagelaran cerita wayang menjadi lebih hidup karena ada dialog dan interaksi antara dalang (wayang) dengan audiens serta merupakan sentral para dalang dalam menyampaikan nasihat nasihat dalam lakon atau pertunjukkan yang mungkin tidak dapat dicerna oleh orang awam bila tidak menggunakan tokoh tokoh punakawan. Istilah [[Pusaka Hyang Kalimusada]] merupakan perlambang Dua Kalimat Syahadat.
 
* Kehebatan lainnya adalah memiliki [[Wahyu Tejamaya]], yang sangat diperebutkan oleh [[Pandawa]] maupun [[Kurawa]] atau siapa saja yang hendak memimpin alam ini, sebaiknya menguasai [[Wahyu Tejamaya]] ini.
 
#.* Karena Semar telah menelan gunung maka ada yang menganggap bahwa Semar merupakan lamabang dari alam semesta juga, dengan kata lain Semar dianggap sama dengan akal budi [[Ratu Adil]], meskipun peranan Semar sebagai pembantu, perbuatannya menunjukkan bahwa ia adalah tokoh utama atau pokok dan bukanlah ia merupakan tokoh marjinal atau kecil yang tak berarti. Kesederhanaan pada umumnya orang Jawa menganggap sebagai tanda bahwa orang itu dapat menguasai diri dan sekitarnya dan juga mempunyai kekuatan mengekang nafsu keduniawian setiap waktu dan tidak terpengaruh olehnya. Sebagai tokoh yang tertua namun Semar tidak ingin memegang nafsu kekuasaan duniawi.
#. Kehebatan lainnya adalah memiliki [[Wahyu Tejamaya]], yang sangat diperebutkan oleh [[Pandawa]]
maupun [[Kurawa]] atau siapa saja yang hendak memimpin alam ini, sebaiknya menguasai [[Wahyu Tejamaya]] ini.
 
#.* Pada dasarnya menurut mitos kesaktian Semar ini hampir tidak terbatas.
#. Karena Semar telah menelan gunung maka ada yang menganggap bahwa Semar merupakan lamabang dari alam semesta juga, dengan kata lain Semar dianggap sama dengan akal budi [[Ratu Adil]], meskipun peranan Semar sebagai pembantu, perbuatannya menunjukkan bahwa ia adalah tokoh utama atau pokok dan bukanlah ia merupakan tokoh marjinal atau kecil yang tak berarti.
Kesederhanaan pada umumnya orang Jawa menganggap sebagai tanda bahwa orang itu dapat menguasai diri dan sekitarnya dan juga mempunyai kekuatan mengekang nafsu keduniawian setiap waktu dan tidak terpengaruh olehnya.
Sebagai tokoh yang tertua namun Semar tidak ingin memegang nafsu kekuasaan duniawi.
 
==Lihat pula==
#. Pada dasarnya menurut mitos kesaktian Semar ini hampir tidak terbatas.
* [[Tualen]]
 
[[Kategori:Punakawan]]