Sugondo Djojopuspito: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 24:
Namun pada tahun 1930 beliau diminta oleh [[Ki Hadjar Dewantara]] untuk menjadi guru [[Taman Siswa|Perguruan Taman Siswa]] Bandung. Pada waktu di Bandung tahun 1930 ia mulai sebagai simpatisan [[PNI]] (''Perserikatan Nasional Indonesia'') pimpinan [[Sukarno]]. Tahun 1932, ia diangkat menjadi Kepala Sekolah Perguruan Tamansiswa Bandung. Tahun 1933 menikah dengan penulis [[Suwarsih Djojopuspito]] di Cibadak dan isterinya ikut membantu mengajar di Perguruan Tamansiswa Bandung. Kakak iparnya adalah Mr. [[A.K.Pringgodigdo]], suami dari kakak isterinya (Ny. Suwarni).
Pada tahun 1933 ketika Pemerintah Hindia Belanda di bawah Pemerintahan Gubernur General Mr. [[Bonifacius Cornelis de Jonge]], maka para aktivis politik mulai ditangkap. Ir. [[Soekarno]] ditangkap dan diasingkan ke [[Flores]] kemudian dipindahkan ke [[Bengkulu]]. Pada saat itu PNI pimpinan Ir. [[Soekarno]] beralih pimpinan pecah menjadi dua, yaitu dilanjutkan sebagai ''Partindo'' (Partai Inonesia) pimpinan ''Mr. Sartono'' dan ''Pendidikan Nasional Indonesia'' (PNI) pimpinan ''Drs. Mohammad Hatta'' dan ''Sutan Syahrir''. Sugondo memilih masuk dalam ''Pendidikan Nasional Indonesia'' (PNI) pimpinan Syahrir. Kemudian pada tahun 1934 gilirannya [[Mohammad Hatta]] dan [[Sutan Syahrir]] ditangkap dan diasingkan ke [[Boven Digoel]] kemudian dipindahkan ke [[Banda Neira]].
 
PadaDan selanjutnya tahun 1933-1934 ketikaitu dijuga, bawahgiliran PemerintahanSugondo Gubernur General Mr. [[Bonifacius Cornelis de Jonge]] para aktivis politikjuga ditangkap oleh Belanda, tahunnamun 1933tidak [[Soekarno]]terbukti dibuangbahwa keia [[Flores]]anggauta kemudian dipindahkan ke [[Bengkulu]]partai, sedangkansehingga tahunia 1934 [[Mohammad Hatta]] dan [[Sutan Syahrir]] dibuang ke [[Boven Digoel]] kemudian dipindahkan ke [[Banda Neira]]. Dan pada tahun 1934 itu juga, Sugondohanya mendapat larangan mengajar (''Onderwijs Verbod'') oleh Pemerintah Hindia Belanda. Setelah larangan mengajar dicabut tahun 1935 ia pindah ke Bogor dan mendirikan Sekolah ''Loka Siswa'', namun sepi murid, sehingga ditutup.
 
Setelah gagal mendirikan Sekolah ''Loka Siswa'' di Bogor, Sugondo pada tahun 1936 pindah mencari pekerjaan ke Semarang, dan ia mengajar di sekolah Tamansiswa Semarang, sedangkan isterinya bekerja di sekolah pimpinan Drs. Sigit. Namun kemudian akhir tahun 1936 ia pindah ke Surabaya bekerja sebagai wartawan lepas ''De Indische Courant Soerabaia''.