Aswatama: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
Rian asw (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 8:
Cerita dalam [[khazanah]] [[Sastra Jawa Baru]] dikenal sebagai lakon [[wayang]]: "Aswatama Gugat".
 
Aswatama pada kesempatan itu ingin membalas dendam kematian ayahnya, bagawan [[Drona]]. Pada perang [[Bharatayuddha]], Drona gugur karena disiasati oleh para [[Pandawa]]. Mereka berbohong bahwa "Aswatama" telah gugur, tetapi yang dimaksud bukan dia melainkan seekor [[gajah]] denganyang namabernama yangHestitama (Hesti = Gajah) namun terdengar seperti samaAswatama. Lalu Drona menjadi putus asa setelah ia menanyakannya kepada [[Yudistira]] yang dikenal tak pernah berbohong pun mengatakan iya.
 
Aswatama juga merasa kecewa dengan sikap Prabu [[Duryudana]] yang terlalu membela Prabu [[Salya]] yang dituduhnya sebagai penyebab gugurnya Adipati [[Karna]]. Aswatama memutuskan mundur dari kegiatan perang [[Bharatayudha]]. Setelah Perang Bharatayuda berakhir dan keluarga [[Pandawa]] pindah dari [[Amarta]] ke Astina, secara bersembunyi Aswatama masuk menyelundup ke dalam istana Astina. Ia berhasil membunuh [[Drestadyumena]] (pembunuh ayahnya, Resi Drona), [[Pancawala]] (putra Prabu Puntadewa), [[Dewi Banowati]] (Janda Prabu Duryudana) dan [[Dewi Srikandi]], sebelum akhirnya ia mati oleh [[Bima]], badannya hancur dipukul [[gada Rujakpala]].