Arsitektur Jawa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 19:
Bangunan ini lazim disebut "''gerbang terbelah''", karena bentuknya seolah-olah menyerupai sebuah bangunan candi yang dibelah dua secara sempurna. Bangunan gapura tipe ini terutama banyak dijumpai di Pulau Jawa, Bali, dan Lombok. Bangunan gerbang terbelah seperti ini diduga muncul pertama kali pada zaman Majapahit. Di kawasan bekas Kesultanan Mataram, di Jawa Tengah dan Yogyakarta, gerbang semacam ini juga disebut dengan "supit urang" ("capit udang"), seperti yang terdapat pada kompleks Keraton Solo, Keraton Yogyakarta, [[Keraton Kasepuhan]] dan Pemakaman raja-raja Imogiri. Meskipun makna supit urang biasanya mengacu kepada gerbang dengan jalan bercabang dua, biasanya jalan dan gerbang yang mengapit kiri dan kanan bangunan pagelaran keraton.
<center>
<gallery caption="Candi Bentar" perrow="6">
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De kraton Kasepuhan Cheribon TMnr 60005176.jpg|Candi bentar [[Keraton Kasepuhan]] Cirebon
Berkas:Candi bentar Ceto.jpg|Candi bentar Ceto
Berkas:Masjid Menara Kudus Tampak Depan.jpg|Candi bentar di [[Masjid Menara Kudus]]
Berkas:Candi Bentar Museum Sonobudoyo.jpg|Candi Bentar Museum Sonobudoyo
Berkas:Wringin Lawang, Trowulan.jpg|[[Wringin Lawang]], Trowulan
Berkas:Indonesia Museum Balinese Split Gate.jpg|Candi bentar gaya Bali
</gallery>
</center>
==Punden berundak==
[[Punden berundak]] adalah bangunan teras bertingkat-tingkat meninggi yang menyandar di kemiringan lereng gunung. Punden berundak adalah ciri khas Jawa. Ukuran teras semakin mengecil ke atas, jumlah teras umumnya 3 dan di bagian puncak teras teratas berdiri altar-altar yang jumlahnya 3 altar (1 altar induk diapit dua altar pendamping di kanan-kirinya. Tangga naik ke teras teratas terdapat di bagian tengah punden berundak, terdapat kemungkinan dahulu di kanan kiri tangga tersebut berdiri deretan arca menuju ke puncak punden yang berisikan altar tanpa arca apapun. Contoh yang baik bentuk punden berundak masa Majapahit terdapat di lereng barat Gunung Penanggungan, penduduk menamakan punden-punden itu dengan candi juga, misalnya Candi Lurah (Kepurbakalaan No.1), Candi Wayang (Kep. No.VIII), Candi Sinta (Kep.No.17a), Candi Yuddha (Kep.No.LX), dan Candi Kendalisada (Kep.No.LXV).
|