Naskah Laut Mati: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 18:
 
=== Perpustakaan Bait Suci ===
Pada [[1963]] [[Karl Heinrich Rengstorf]] dari [[Universitas Münster]] mengajukan teori bahwa naskah-naskah Laut Mati berasal dari perpustakaan [[Bait Suci (Yerusalem)|Bait Suci Yerusalem]]. Teori ini ditolak oleh kebanyakan pakar pada tahun [[1960-an]], yang berpendapat bahwa naskah-naskah itu ditulis di [[Qumran]] dan bukan dipindahkan dari sebuah lokasi lain (posisi yang didukung oleh identifikasi de Vaux tentang sebuah kemungkinan perpustakaan di reruntuhan Qumran). Namun, teori itu dihidupkan kembali oleh [[Norman Golb]] dan para ahli lainnya pada tahun [[1990-an]], yang menambahkan bahwa naskah-naskah itu kemungkinan juga berasal dari sejumlah perpustakaan lain, selain dari perpustakaan Bait Suci.
 
=== Hubungan dengan pihak Kristen ===
Baris 62:
Perjalanan modern naskah Laut Mati dari tangan orang-orang [[Bedouin]] yang menemukannya ke Tim Internasional yang belakangan menyusunnya untuk memulai rekonstruksi dan penerjemahannya barangkali sama misterius dan luar biasanya dengan naskah-naskah itu sendiri. Semuanya dimulai, mungkin dengan tidak disangka-sangka, dengan seekor domba.
 
Datanya tidak jelas, dan berbagai pendapat telah dikemukakan selama tahun 1930-an dan 1940-an sebagai alternatif bagi waktu yang lebih banyak diterima yaitu tahun [[1947]]. Barangkali pada awal 1947, Mohammed Ahmed el-Hamed (nama julukan "edh-Dhib", "serigala"), seorang gembala Bedouin, pergi untuk mencari dombanya yang hilang. Ketika memeriksa gua-gua di lereng bukit yang terjal, ia melemparkan sebutir batu ke dalam gua itu dengan harapan menakut-nakuti dombanya hingga keluar. Dombanya tidak ditemukan, namun apa yang didengarnya menuntut penelitian lebih jauh — dentingan [[keramik]] yang pecah. Ia masuk ke gua itu dan menemukan sejumlah bejana kuno yang berisikan [[gulungan|naskah-naskah]] yang digulung dengan kain lenan.
 
Setidak-tidaknya demikianlah versi resmi yang diterima (berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh John C. Trever). Rinciannya tidak jelas; mungkin kambing dan bukan domba. Mungkin ada dua orang Bedouin dan bukan hanya satu orang. Mungkin mereka langsung mengambil gulungan-gulungan itu, atau kembali lagi pada hari berikutnya, atau beberapa hari kemudian. Usaha-usaha untuk menjelaskannya ternyata sia-sia, dan para pakar telah mewawancarai lebih banyak orang yang mengaku bernama '''Mohammed edh-Dhib''' daripada jumlah naskah-naskah yang diambil dari tempat persembunyian yang pertama, masing-masing dengan versi kejadiannya sendiri.
Baris 73:
Setelah meneliti gulungan-gulungan tersebut dan yakin bahwa mereka memang sangat tua, Mar Samuel menyatakan niatnya untuk membelinya. Keempat naskah itu jatuh ke tangannya, yaitu [[Gulungan Besar Kitab Yesaya|Gulungan Kitab Yesaya]], [[Aturan Komunitas]], [[Naskah Komentari Kitab Habakuk|Komentari Kitab Habakuk]] (Penafsiran Habakuk), dan [[Genesis Apocryphon|Apokrifon Kejadian]] (Naskah apokrif Kejadian). Lewat pasar barang antik, lebih banyak gulungan yang bermunculan, dan [[Eleazer Sukenik]] kemudian memiliki tiga gulungan naskah: [[Naskah Peperangan]], [[Nyanyian Pengucapan Syukur]], dan sejumlah potongan-potongan gulungan Yesaya lainnya.
 
Pada akhir 1947, Sukenik, secara sangat kebetulan, mendapat berita tentang naskah-naskah yang dimiliki oleh Mar Samuel dan berusaha membelinya. Mereka tidak berhasil mencapai kesepakatan, dan sebaliknya, naskah-naskah itu malah menarik perhatian John C. Trever, dari "Sekolah Penelitian Oriental Amerika" (ASOR). Trever menemukan kesamaan antara tulisan-tulisan dalam gulungan-gulungan itu dengan tulisan-tulisan pada [[Papirus Nash]], yang pada saat itu merupakan manuskrip Alkitab tertua.
 
Suatu kebetulan yang aneh, Trever, selain seorang sarjana Alkitab yang berbakat, juga seorang fotografer amatir yang sangat baik. Ia mengatur pertemuan dengan Mar Samuel pada [[21 Februari]] [[1948]], dan di situ ia memotret naskah-naskah itu. Setelah bertahun-tahun kualitas foto-fotonya seringkali jauh lebih baik daripada gulungan-gulungan itu sendiri, karena teks-teks itu segera menjadi rusak begitu mereka dikeluarkan dari tempat perlindungannya yang cukup aman berupa bungkusan kain lenan.