Wikipedia:Bak pasir: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
SamanthaPuckettIndo (bicara | kontrib)
k reset
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Seni Terebang Tasikmalaya'''
 
 
 
Terebang adalah waditra perkusi. Dimainkan dengan cara ditepak, dengan telapak tangan, seperti memainkan rebana. Terbuat dari lingkaran kayu keras seperti kayu nangka, dengan penutup kulit kerbau jantan yang direntang tegang. Kulit tersebut dipasang pada kayu yang disebut kuluwung, dengan memakai pasak seperti halnya kulit yang dipasang pada bedug. Yang terbesar, berdiameter 70 cm, disebut terebang indung, yang kedua berdiameter 50 cm, yang ketiga berdiameter 40 cm, dan yang terkecil 30 cm. Tetapi ini bukan ukuran yang baku. Ukuran terebang bisa berbeda di setiap daerah.
 
Terebang digunakan dalam pertunjukan terebangan atau gembyung, untuk mengiringi lagu-lagu berbahasa Arab (solawatan). Sedangkan di Kabupaten Tasikmalaya, terebang juga dipakai untuk mengiringi kesenian beluk.
 
Ada beberapa jenis kesenian terebangan di Tasikmalaya, yakni terebang sejak, terebang gébés, terebang rudat, dan terebang gembrung, dan terdapat di beberapa kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya.
 
Terebang sejak, iramanya anca (lambat) hampir serupa dengan terebang rudat dan terebang gembrung. Sedangkan terebang gébés tabuhannya keras dan iramanya lebih cepat. Terebang yang digunakan pun berukuran sama besar, tidak seperti terebang yang digunakan dalam terebang sejak atau terebang gembrung. Durasi untuk satu lagu atau satu kali permainannya pun sangat panjang. Bisa sampai dua atau tiga jam, bahkan bisa berlangsung dari jam 21.00 sampai subuh, tanpa berhenti.
 
Grup kesenian terebangan yang masih bertahan, antara lain adalah grup Candralijaya, di Kampung Cirangkong, Desa Cikeusal, Kecamatan Tanjungjaya, Kabupaten Tasikmalaya. Grup yang dipimpin oleh Ipin Saripin ini berdiri sejak tahun 1979. Ipin dan sekelompok seniman tradisi di Kampung Cirangkong, berupaya melestarikan kesenian yang sudah terdapat di kampung tersebut sejak lama. Tidak hanya kesenian terebang sejak dan terebang gébés, tetapi juga kesenian rengkong, beluk, debus, tutunggulan (kesenian yang dimainkan sekelompok perempuan, dengan cara menabuhkan alu pada lesung), dan kesenian syi’iran (pembacaan kisah nabi dengan cara dinyanyikan, seperti nadoman).
 
Menurut Ipin Saripin, kesenian terebangan diperkirakan muncul dan berkembang seiring dengan perkembangan Agama Islam di tanah Jawa. Di Tasikmalaya sendiri, seni terebangan sudah menjadi kesenian rakyat sejak berdirinya Kabupaten Sukapura, di bawah kepemimpinan Wiradadaha I. Sedangkan di Kampung Cirangkong, kesenian terebangan, terutama gébés sudah ada sejak tahun 1870, dikembangkan oleh Embah Irja, seorang tetua kampung yang dikenal mempunyai kesaktian serta sangat mencintai seni terebangan. Setelah Embah Irja tiada, seni terebangan terus dipelihara oleh anak cucunya, antara lain oleh Embah Candrali, hingga seni terebangan, terutama terebang gébés, semakin berkembang pesat. Nama Embah Candrali kemudian diabadikan menjadi nama grup “Candralijaya” oleh Ipin Saripin.
Kesenian terebang gébés, dahulu, selain dipergelarkan untuk hiburan, juga untuk mengadu kekuatan atau kasaktén (kesaktian). Yakni, kelompok mana yang mampu lebih lama bertahan memainkan terebang gébés, maka kelompok itulah yang menang. Tidak jarang, saking keras dan lamanya menabuh terebang, tangan pemain sampai berdarah. Cara bermainnya pun sering dibarengi dengan aksi silih séréd (saling dorong dengan tubuh), dengan tujuan menghibur penonton. Karenanya, terebang gébés sering juga disebut terebang séréd, atau terebang ubrug, karena kerap juga dimainkan di ubrug; semacam gubuk berukuran luas yang berfungsi sebagai dapur, juga untuk menyimpan kayu bakar dan perkakas pertanian.
 
Dalam permainan terebang gébés, ada tiga jenis tepakan (tabuhan), yakni balaganjur, tepak dégdog, dan tepak jeungjleung, yang masing-masing memiliki tempo dan komposisi bunyi yang berbeda.
 
Dalam penampilan yang sedikit berbeda, terebang gébés juga terdapat di Kecamatan Pagerageung. Pelestarinya antara lain grup “Budaya Mekar” di Kampung Bojongmenteng, Desa Tanjungkerta, Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya. Di Pagerageung, terebang gébés dipakai untuk mengiringi pembacaan barzanji, lagu-lagu sholawatan dan nadoman. Dipentaskan saat acara syukuran khitanan, pernikahan, atau dalam acara-acara peringatan dalam Agama Islam, seperti Muludan atau Rajaban. Waditra terebangnya dibuat dari tunggul pohon kelapa, dan memakai kulit kambing. Ada sepuluh terebang yang biasa dipakai, dari yang terkecil berukuran 25 cm, sampai yang terbesar berdiameter 70 cm. Terebang gébés di Pagerageung ini kadang dalam pentasnya punya kesamaan dengan kesenian rudat. Lagu-lagu berbahasa Sunda atau Arab dinyanyikan oleh para pemain sambil menabuh terebang. Kadang sambil mengiringi penonton yang menari. Tariannya punya kesan khusyuk, bertumpu pada gerakan tangan dan langkah kaki yang memutari pekalangan, seperti tarian dalam pencak silat.
 
Selain terebang gébés, juga ada terebang sejak dan terebang gembrung yang biasa dipakai mengiringi nyanyian atau sholawatan. Terebang sejak selain dipagelarkan pada acara-acara syukuran, seperti syukuran khitanan, hajat lembur, pesta panen, acara imtihan (yang diselenggarakan untuk merayakan kelulusan murid madrasah diniah), atau syukuran peresmian bangunan, juga dahulu kerap dimainkan di kampung-kampung saat bulan purnama. Acara terebangan digelar di halaman rumah untuk hiburan warga sekampung.
Sedangkan terebang gembrung, terdapat di Kampung Naga, Kecamatan Salawu. Selain untuk hiburan saat perayaan di kampung tersebut, juga dipakai untuk mengiringi takbiran saat malam Lebaran. Langgam takbiran yang sangat nyunda, dalam irama saléndro, diiringi tepak bungbrung yang anca, dan tepak anjog yang berirama dinamis.
 
Selain di Tasikmalaya, kesenian terebangan juga terdapat di daerah lain. Misalnya ada kesenian terebang gedé di Banten, terebang buhun di Sumedang, dan terebang beluk di Cianjur.*[[Pengguna:Nazarudin Azhar|Nazarudin Azhar]] ([[Pembicaraan Pengguna:Nazarudin Azhar|bicara]]) 24 Oktober 2013 06.38 (UTC)